Kristo Immanuel di red carpet The Shadow Strays. (Dok. Netflix, infinitiPR)
The Shadow Strays ini menyajikan penampilan menarik dari sejumlah aktrisnya.
Aurora Ribero oke dalam menyajikan aksi 13, sang tokoh utama yang punya kemampuan tempur sangat berbahaya. Hana Malasan, pemeran Umbra sang sosok mentor 13 juga oke.
Ali Fikry saya rasa berhasil dalam menyajikan karakter Monji, sebagai anak yang dalam interaksi singkatnya dengan 13 bisa memberi kesan yang cukup mendalam hingga 13 berujung mempertaruhkan nyawa untuk mencoba menolongnya.
Andri Mashadi, Adipati Dolken, dan Agra Piliang menyajikan karakter antagonis Ariel, Prasetyo, dan Haga dengan eksentrik. Sosok-sosok bermasalah ini memiliki cara membawa diri yang berbeda-beda, mulai dari Haga yang paling terasa lepas gilanya hingga Prasetyo dan Ariel yang awamnya terkendali tapi punya sisi yang sangat kelam. Kesamaannya sih mereka semua terasa punya kegilaan sendiri-sendiri.
Tapi yang paling menarik perhatian saya di film ini justru Kristo Immanuel yang memerankan Jeki.
Jeki terasa sebagai salah satu karakter normal yang terjebak di situasi fantastis. (Karakter lain yang terasa paling normal selain dia mungkin Monji). Soalnya di satu sisi ada sosok seperti 13 dan Umbra yang merupakan pembunuh super, di sisi lain ada Ariel, Prasetyo, dan Haga yang jahatnya pun terasa super. Mereka semua karakter dengan daya tarik sendiri-sendiri, namun tak satu pun bisa dikatakan sebagai sosok normal.
Kenormalan Jeki ini membuat relate ke tokohnya mudah. Sudah begitu cara Kristo menyajikan Jeki, baik dari cara dia menyampaikan ucapannya, gerak-geriknya, juga mantap, hingga saya rasa Jeki adalah salah satu sosok di The Shadow Strays yang paling berpotensi mencuri perhatian penonton.