The Animal Kingdom menawarkan cerita yang menyentuh, menegangkan, dan penuh imajinasi. Tentunya lengkap dengan efek kreatur yang mengesankan.
Film ini juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang evolusi, identitas, dan kemanusiaan. Sutradara Thomas Cailley berhasil menggabungkan elemen-elemen genre sci-fi dengan drama keluarga yang realistis dan emosional.
Para pemeran, terutama Romain Duris dan Paul Kircher, memberikan penampilan yang kuat dan meyakinkan sebagai ayah dan anak yang mengalami konflik batin yang luar biasa.
Film ini juga tidak menggambarkan para hibrida sebagai makhluk jahat atau ganas, tetapi sebagai korban yang masih memiliki sisi manusiawi. Film ini menunjukkan bahwa para hibrida memiliki keinginan, perasaan, dan komunitas mereka sendiri, yang membuat penonton simpati dan empati dengan mereka.
Sayangnya The Animal Kingdom memiliki banyak sekali sub plot yang tidak tergarap dengan baik, menjadikan film ini kehilangan banyak potensinya. Sebagai contoh, film ini mencoba untuk mengeksplorasi berbagai tema dan isu, seperti diskriminasi, ekologi, keluarga, dan cinta, tetapi tidak semua dari mereka mendapat penanganan yang memadai atau konsisten.
Beberapa sub-plot, seperti hubungan Émile dengan teman-teman sekolahnya atau rencana pemerintah untuk menangani krisis, terasa kurang penting atau terputus dengan alur utama. Akhir film ini juga terasa terburu-buru dan ambigu, tanpa memberikan resolusi yang jelas atau memuaskan bagi para karakter atau penonton.