Kalau kamu melihat sosok Dave Bautista dan Kumail Nanjiani, kamu seharusnya bisa membayangkan bagaimana kalau keduanya beradu akting di dalam mobil listrik nan sempit. Polisi berbadan besar, garang, dan super maskulin, harus memburu penyelundup narkoba kelas kakap dengan bantuan seorang Stu, supir Uber yang sopan, pemalu, dan tidak suka kekerasan.

Keduanya berhasil membangkitkan
chemistry
sebagai seorang
partner
yang sangat bertolak belakang, melalui lawakan dan cerita-cerita yang mereka bawakan sepanjang perjalanan. Bisa dibilang kekompakkan keduanya menjadi poin paling penting dari kisah
Stuber
. Tanpa hal tersebut, mustahil film ini bisa dinikmati.
Di sisi lain, Iko juga berhasil memerankan sosok Tedjo yang sulit untuk ditangkap dan sangat lihai dalam urusan baku-hantam. Walaupun rambut kuningnya sedikit banyak mengingatkan kami pada sosok Naruto, tetapi Iko tetap bisa membawakan karakter Tedjo yang ganas tanpa ampun.

Selain menjadi penjahat, Iko juga dipercaya untuk menjadi koreografer
martial arts
untuk film ini. Jadi kamu akan tetap merasakan ganasnya pertarungan di film-film Iko sebelumnya, tanpa adanya
gore
yang berlebihan.
Satu-satunya kelemahan dari
Stuber
justru datang dari detail yang kerap terlupa oleh sang sutradara. Misalnya, dalam satu adegan diceritakan Vic dan Stu terluka parah akibat perkelahian dengan Tedjo, pada adegan berikutnya luka-luka mereka tahu-tahu hilang seperti ditelan Bumi.

Terlepas dari satu kekurangan tersebut, film ini terbilang berhasil menjadi hiburan yang segar, dengan komedi, laga, dan drama yang cukup seimbang.