Review Elvis, Kisah Hidup Sang Raja Rock and Roll

Elvis (Austin Butler) merupakan anak orang miskin yang terpaksa tinggal bertetangga dengan orang-orang Afro Amerika. Pada tahun 30-an, hal ini dianggap tidak lazim karena adanya segregasi golongan yang kala itu sedang gencar-gencarnya didengung-dengungkan di Amerika.

Tinggal bersama dengan orang-orang Afro Amerika membuat Elvis jatuh cinta pada lagu-lagu pujian yang dinyanyikan oleh mereka ketika di gereja. Lagu-lagu itu juga yang membuat Elvis terkenal di radio. Rupanya orang-orang Amerika kala itu jarang mendengarkan lagu-lagu pujian bergaya Afro Amerika.

Saat bernyanyi Elvis juga bergoyang dengan cara yang sangat seksi, sehingga membuat para gadis histeris. Di mata Colonel Thomas Parker (Tom Hanks), gerakan tersebut adalah “buah terlarang” yang selama ini tidak ada di pertunjukkan manapun. Gadis-gadis itu seperti ingin “memakan” Elvis hidup-hidup.

Melihat potensinya yang sangat besar, Colonel Tom langsung mendatangi Elvis dan menawarinya untuk ikut pertunjukkan yang digelar di sekitar Memphis. Dari situ karir Elvis terus menanjak hingga akhirnya dia menjadi sosok raja rock and roll yang kita kenal hingga saat ini.

Berbeda dengan biopic lainnya, Elvis diceritakan dari sudut pandang Colonel Thomas Parker yang menjadi manajer Elvis. Sosok Thomas sendiri sebenarnya mengundang kontroversial, karena dialah yang memeras Elvis dan melakukan berbagai kegiatan yang bisa dianggap ilegal ketika memanajeri artis.

Hasilnya kita akan diajak melihat bagaimana Elvis berhadapan dengan seluruh masalah hidupnya yang membuat karirnya jatuh bangun, sekaligus berbagai manipulasi yang dilakukan Thomas untuk mendapatkan hal-hal yang dia inginkan. Termasuk mencekoki Elvis dengan obat penenang yang pada akhirnya “diperkirakan” membuat dia tewas karena serangan jantung.

Selain masalah hidup, kita juga disuguhi bagaimana hubungan cinta Elvis dengan Lisa Marie Presley. Mereka bertemu ketika Elvis menjalani wajib militer karena dicekal oleh pemerintah Amerika yang kala itu membenci gaya “bergoyang” Elvis Presley.

Saat melihat cast Elvis pertama kali, kami langsung tahu kenapa Austin Butler dipilih menjadi sang raja Rock and Roll. Paras keduanya sangat mirip, sehingga kita cukup menambahkan suara Elvis untuk melengkapi peran tersebut.

Kekhawatiran kami malah datang dari kualitas akting miliknya yang mungkin belum terlalu terasah. Apalagi dalam film ini Butler harus bersanding dengan sang aktor legendaris Tom Hanks yang sudah makan asam garam seni peran kelas atas.

Di luar dugaan Butler benar-benar menjelma menjadi Elvis Presley, lengkap dengan seluruh pesonanya. Bahkan ketika dirinya satu frame dengan Tom Hanks, mata kita tetap tidak teralihkan dari sosoknya. Mungkin inilah yang dirasakan para gadis tersebut ketika menyaksikan goyangan Elvis Presley di atas panggung.

Pada sisi lainnya, Tom Hanks juga tidak mengalami kesulitan untuk mengimbangi kemampuan akting yang diperlihatkan oleh Butler. Walaupun sebenarnya menyaksikan akting Tom Hanks di sini itu seperti menyaksikan akting Tom Hanks di kebanyakan film lainnya belakang ini. Mungkin ini terjadi karena faktor usia karakter yang diperankan oleh Tom Hanks.

Melihat sosok Elvis Presley yang diperankan oleh Austin Butler mengingatkan kami bagaimana sosok tersebut sangat dekat dengan kita. Walaupun kita belum lahir saat Elvis Presley mangkat di usianya yang ke-42.

Rupanya kedekatan tersebut muncul dari gaya bermusiknya yang mempengaruhi musik dunia hingga saat ini. Bahkan di Indonesia sendiri kita punya sosok Rhoma Irama yang mengkopi gaya berdandan Elvis Presley sekaligus perjalanan karirnya secara ekstrim.

Elvis merupakan sebuah biopic yang sangat apik, tetapi rasanya Baz Luhrmann kurang menonjolkan berbagai momen dan lagu yang penting di sepanjang karir Elvis Presley. Hal ini menjadikan film biopic Elvis berjalan datar saja meskipun sebenarnya memiliki potensi yang lebih besar bila dibandingkan dengan Queen atau Beatles.

Hal inilah yang menjadi film Elvis hanya bisa kami ganjar dengan nilai 3,5 dari 5 bintang review. Sebuah film biopic yang menarik, tetapi tidak berhasil mengeluarkan seluruh potensi yang dimiliki oleh sang raja Rock and Roll. Seharusnya film ini memiliki banyak momen yang lebih menarik, tapi sayangnya momen tersebut seperti tidak berhasil dituangkan dengan baik ke dalam durasi 159 menit yang dimiliki oleh film Elvis.