Reinaldo Marcus Green, sutradara film ini, nampaknya kehilangan arah dalam pembuatan narasi yang kuat dan kohesif. Meskipun memiliki beberapa kesempatan untuk menyoroti momen penting dalam kehidupan Marley, seperti konser Smile Jamaica, film ini gagal menyampaikan dampak emosional dan politik dari peristiwa-peristiwa tersebut. Alih-alih, kita disuguhkan dengan adegan-adegan yang terasa datar dan kurang bermakna, tanpa penjelasan yang memadai tentang latar belakang dan motivasi karakter-karakter utamanya.
Naskah film juga tidak luput dari kritik. Meskipun mencoba untuk menangkap beragam aspek kehidupan Marley, dari masa kecilnya hingga karir musiknya yang gemilang, naskah ini terasa seperti sekadar daftar peristiwa tanpa aliran naratif yang jelas. Kilas balik yang digunakan untuk menjelaskan latar belakang Marley terasa tergesa-gesa dan klise, tanpa memberikan wawasan yang mendalam tentang karakter utama kita.
Selain itu, penampilan para aktor juga tidak dapat diselamatkan oleh kelemahan penyutradaraan dan penulisan. Meskipun memiliki potensi, mereka terjebak dalam dialog yang dangkal dan adegan-adegan yang kurang bermakna. Bahkan, penampilan Lashana Lynch sebagai Rita Marley, meskipun berusaha keras, terasa terbatas oleh kurangnya pengembangan karakter yang memadai.
Seharusnya Reinaldo Marcus Green memberikan waktu yang cukup untuk mengembangkan setiap karakter, hingga akhirnya mereka memiliki alasan ataupun latar yang kuat di dalam kisah hidup Bob Marley yang penuh warna ini.