Review Musim Pertama American Gods: Persiapan Untuk Hal yang Lebih Besar
Musim pertama serial tentang perjuangan para dewa di Amerika modern akhirnya berakhir. Kira-kira gimana, sih?
Musim pertama American Gods berakhir dengan epik pada tanggal 18 Juni kemarin. Apakah layak ditonton dan ditunggu musim keduanya? Berikut reviewnya.
Lewat episode delapan yang tayang pada 18 Juni waktu Amerika kemarin, musim pertama American Gods akhirnya tamat. Sekarang mari kita lihat mendalam apa saja unsur positif dan negatif di serialnya.
Oh iya, sekedar mengingatkan, American Gods adalah serial televisi yang dikhususkan untuk orang dewasa. Banyak konten di dalamnya yang tidak cocok disaksikan oleh orang yang masih di bawah 21 tahun.
[duniaku_baca_juga]
American Gods bercerita tentang perjuangan para dewa di Amerika modern, berusaha tetap relevan di kehidupan masyarakat yang tidak lagi terlalu percaya dengan dewa dan Tuhan. Musim pertama American Gods berusaha dengan sangat keras untuk menetapkan hal tersebut, tapi....
Sinopsis
Musim pertama American Gods menceritakan tentang perjuangan karakter utamanya, Shadow Moon yang hidupnya mendadak berubah drastis. Di awali dari saat dia dibebaskan dini dari penjara, Shadow mendapati istrinya meninggal karena kecelakaan dan lalu menyadari kalau istrinya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Untuk orang biasa sih pengungkapan itu bisa terasa sangat menohok. Tapi itu hanya sebagian kecil saja dari persoalan yang harus diurus Shadow. Pria yang satu ini ternyata akan terseret ke konflik besar berskala dewata.
[read_more link="https://www.duniaku.net/2017/05/20/serial-american-gods/" title="Serial American Gods, Petualangan Para Dewa di Amerika Modern"]
Dalam masa yang penuh kesedihan tersebut, Shadow bertemu dengan orang misterius yang menamakan dirinya Mr. Wednesday. Orang tua misterius tersebut datang untuk menawarkannya pekerjaan, dan awalnya Shadow menolak. Baru setelah mengetahui dia tak lagi memiliki apa-apa, dia menerima pekerjaan itu.
Yang tidak diketahui oleh Shadow adalah ketika musim pertama American Gods selesai, hidup yang pernah ia miliki tidak akan bisa kembali lagi. Dunianya telah berubah dan Mr. Wednesday adalah kuncinya.
Efek Komputer yang Berlebihan
Efek komputer pada Games of Thrones terlihat nyata[/caption]
Resep untuk membuat sebuah serial televisi aksi adalah efek komputer. Game of Thrones menggunakan itu, jadi apa yang menghentikan American Gods melakukan hal yang sama?
Tidak ada, memang. Tapi, musim pertama American Gods tidak melakukannya dengan moderasi yang cukup. Dalam Game of Thrones, efek komputer tidak dibuat terlalu “wah”. Semuanya proporsional dengan eranya, termasuk naga dan para White Walker.
American Gods, dalam episode 1 saja sudah memberikan penonton “muntahan” efek komputer yang saya rasa berlebihan. Tumpahan darah, bukannya terlihat keren dan menarik malah membuat haus karena lebih mirip dengan sirup kokopandan sebuah merek tertentu.
[duniaku_adsense]
Meski begitu, ada juga bagian-bagian yang benar-benar indah seperti misalnya pada bagian pembuka episode 5. Bagian tersebut menceritakan tentang perjalanan seorang gadis bersama Nunyunnini, Dewa yang memiliki wujud tengkorak dari seekor Mammoth.
Ngomong-ngomong soal bagian pembuka sebuah episode, ada yang unik dari musim pertama American Gods. Apa sih? Coba lihat di halaman berikutnya.
Hal Unik dari American Gods
[duniaku_adsense]
Sejatinya, American Gods bercerita tentang bagaimana para dewa kuno seperti misalnya Anubis dari Mesir dan Anansi dari Afrika berusaha hidup di Amerika yang modern. Tapi kenapa mereka ada di Amerika?
Nah, pada setiap awal episode, musim pertama American Gods menyajikan sebuah narasi pendek tentang bagaimana seorang dewa bisa tiba di Amerika atau masa-masa pertama mereka di negara bebas tersebut. Episode pertama tentang Odin, kedua tentang Anansi, ketiga tentang Anubis, dan seterusnya.
Menurut penulis, ini adalah cara yang unik untuk menyampaikan narasi tambahan yang berguna untuk melebarkan mitos ceritanya tanpa membuang waktu terlalu banyak di plot utama.
Dan ngomong-ngomong masalah narasi...
Ada Narasi yang Baik, Tapi...
Mr. Nancy/Anansi mengatakannya jauh lebih baik daripada saya.
Saya yakin bahwa ada narasi yang baik di dalam American Gods. Kalau tidak, mana mungkin novel tersebut bisa sempat menjadi novel terlaris? Tapi sayang, musim pertama American Gods menghalangi kilau narasi tersebut lewat berbagai keputusan kreatif yang amat bisa dipertanyakan.
Selain banyaknya hal yang dimasukkan ke dalam musim pertama ini, ada beberapa bagian yang saya rasa tidak perlu ada.
Sebagai contoh adalah di episode satu, tiba-tiba kita diperkenalkan dengan Bilquis, ratu dari Sheba. Mungkin akan tidak apa-apa jika kemudian kita diberikan satu episode yang terfokus pada Bilquis dan efeknya pada narasi, tapi ternyata sampai akhir musim pertama American Gods, Bilquis muncul tanpa efek apapun.
Mungkin memang seperti itu yang terjadi di dalam novelnya, tapi ketika diadaptasi ke layar televisi, saya rasa ada cara yang lebih baik. Daripada secara acak menempatkan perkenalan Bilquis dalam episode satu, kenapa tidak berikan dirinya sebuah episode sendiri? Atau sekalian simpan untuk musim kedua daripada memaksa ada di musim pertama American Gods.
Casting merupakan salah satu hal penting dalam film maupun serial televisi. Bagaimana musim pertama American Gods dari sisi casting karakter? Di halaman berikutnya, bisa kita lihat bersama dengan final verdict-nya!
Casting yang Luar Biasa
Yang agak tricky dari membuat adaptasi sebuah cerita adalah mencari pemeran yang tepat. Salah memilih aktor untuk suatu peran bisa membuat karakter tersebut tidak dianggap serius oleh penonton.
Untuk urusan pemilihan aktor sih tim casting American Gods mengambil pilihan-pilihan yang sangat tepat.
Ian McShane sebagai Odin bukan lagi luar biasa, tapi seakan dia adalah sosok Odin jika dewa perang yang licik tersebut hidup di dunia nyata.
Bruce Langley sebagai Technical Boy juga mantap djiwa. Muka yang amat sangat minta untuk dipukul tersebut selaras dengan kepribadian dari Dewa Baru yang memegang kendali akan teknologi dan internet.
Aktris lain yang perlu disorot adalah Gillian Anderson sebagai Media, Dewa Baru yang mengendalikan media. Karakter Media selalu berubah-ubah. Pertama bertemu Shadow, dia adalah Lucille Ball. Selanjutnya, dia adalah David Bowie, dan berikutnya Marilyn Monroe.
Final Verdict
Meskipun saya memiliki sedikit masalah dengan keputusan kreatif dari musim pertama American Gods, tidak langsung membuat serial televisi ini jadi terjelek sepanjang masa. Terlepas dari persoalan-persoalan tadi, kita masih bisa melihat banyak hal-hal yang cukup menarik seperti cerita tentang Anansi si Dewa Laba-Laba dari Afrika dan Odin yang berbeda dari Odin di Thor.
Banyak hal-hal menarik seperti karakterisasi Mad Sweeney, Czernobog, bahkan Easter yang menjadi basis dari hari paskah. Tapi kalau mereka ingin menjadi "Game of Thrones killer," jalan mereka masih panjang.
Saya juga tidak akan bosan mengingatkan seperti yang dibilang di awal tadi: American Gods adalah serial televisi yang dikhususkan untuk orang dewasa. Banyak konten di dalamnya yang tidak cocok disaksikan oleh orang yang masih di bawah 21 tahun.
Diedit oleh Fachrul Razi
Konferensi komunitas Game terbesar di Indonesia! Coba berbagai macam game dan dapatkan doorprize di GAME PRIME 2017, Balai Kartini, Jakarta, 29-30 Juli 2017. Info >>> http://www.gameprime.asia