Review Marrowbone: Kisah Rumah Berhantu yang Sendu nan Manis

Marrowbone membuktikan bahwa film horor tidak harus melulu bergantung pada jumpscare, namun juga pada kedalaman emosional yang tidak biasa kita temui di film-film ber-genre serupa.

Review Marrowbone: Kisah Rumah Berhantu yang Sendu nan Manis

Review Marrowbone: Kisah Rumah Berhantu yang Sendu nan Manis

El secreto de Marrowbone atau juga dikenal dengan judul yang lebih sederhana Marrowbone merupakan sebuah drama tragedi keluarga yang luar biasa emosional, dikemas sebagai sebuah kisah horor tentang rumah berhantu.

Cukup banyak variasi film horor bagus di tahun 2017 ini. Ada IT: Chapter One yang meramu elemen film horor dengan film petualangan anak-anak klasik ala The Goonies atau E.T.: The Extraterrestrial, Get Out yang menyimpan banyak subteks mengenai rasisme, dan Happy Death Day yang menggabungkan elemen film slasher dengan timeloop ala Groundhog Day yang dikemas dalam sajian komedi hitam.

[duniaku_baca_juga]

Namun, di antara tiga film horor yang cukup populer dengan audiens itu, terselip sebuah film horor Spanyol berbahasa Inggris bertajuk Marrowbone, yang sempat "gentayangan" di beberapa festival film ternama tahun ini, namun nyaris tidak terdengar gaungnya, sebelum akhirnya sempat tayang selama satu malam saja di bioskop-bioskop Tanah Air.

Melihat trailer-nya, mungkin Marrowbone terlihat seperti tipikal film horor lengkap dengan formula yang sangat khas. Rumah besar terpencil yang sudah lama tidak ditempati? Check. Munculnya aktivitas paranormal setelah seorang anggota keluarga meninggal? Check. Tokoh remaja dan anak-anak yang menjadi protagonis? Check. Tokoh adik kecil yang sensitif dengan hal-hal mistis? Check!

Apakah orang-orang mulai kehabisan ide baru untuk membuat film horor? Bisa jadi, bisa tidak. Karena memang penulis dan sutradara Sergio G.Sanchez (The Orphanage, The Impossible) ingin menjebak penonton ke dalam premis yang luar biasa klise, namun kemudian "melempar" mereka ke dalam tontonan yang jauh, JAUH lebih istimewa dibandingkan apa yang mungkin terlintas di pikiran anda ketika membaca sinopsisnya.

Sinopsis

Review Marrowbone: Kisah Rumah Berhantu yang Sendu nan Manis

Mengambil latar di tahun 1969, setelah orang tua mereka bercerai, empat kakak beradik Jake (George Mackay), Billy (Charlie Heaton), Jane (Mia Goth), dan Sam Marrowbone (Matthew Stagg) terpaksa harus pindah dari Inggris ke rumah masa kecil sang Ibu yang berada di pinggiran sebuah kota kecil di Amerika.

Sayangnya, sang Ibu tak lama kemudian jatuh sakit dan meninggal. Tak ingin rumah masa kecil sang Ibu diambil oleh tuan tanah, Marrowbone bersaudara terpaksa harus menyembunyikan kematian sang Ibu dari orang lain, dan kondisi tersebut memaksa mereka untuk mundur dari kehidupan mereka di luar rumah dan mengurung diri mereka.

[read_more id="324859"]

6 bulan setelah kematian sang Ibu, Marrowbone bersaudara hidup dengan kondisi yang semakin memprihatinkan. Jake, sang putra sulung terpaksa harus menjadi kepala keluarga yang harus menghidup ketiga adiknya yang hidup terisolir, jauh dari keramaian kota. Kondisi mereka diperparah ketika sesosok hantu misterius muncul untuk mengusik mereka.

Kendati tinggal di dalam kondisi yang mencekam dan menyedihkan, empat kakak beradik ini telah bersumpah setia kepada satu sama lain, bahwa tidak akan ada seorangpun, atau apapun yang bisa memisahkan mereka. Apapun risikonya. Apapun taruhannya.

Apa yang membuat Marrowbone begitu spesial? Cek ulasan lengkapnya di halaman kedua!


Bukan Kisah Rumah Berhantu Biasa

Review Marrowbone: Kisah Rumah Berhantu yang Sendu nan Manis

Bukan tidak mungkin bila yang terpintas di kepala anda ketika membaca sinopsis lengkap film ini adalah Pengabdi Setan (2017). Ya, entah ini kebetulan semata atau memang trope-trope film horor seperti ini sudah terlalu sering muncul di banyak film horor, memang ada cukup banyak kesamaan antara film ini dan remake film horor klasik garapan Joko Anwar itu, bahkan ada adegan di mana salah satu karakter menyetel lagu ciptaan tokoh sang Ibu!

Tapi semua kesamaan antara Marrowbone dengan film-film horor lain yang memiliki premis cukup mirip terhenti di situ, karena Sanchez selaku penulis dan sutradara tidak ingin film ini jatuh pada tipikal film horor rumah berhantu pada umumnya.

[read_more id="342673"]

Ketika film-film horor modern lain mengandalkan teknik pemainan kamera dan musik skor yang mengejutkan untuk mengeksekusi adegan kejut atau "jumpscare" mereka, Marrowbone dengan premis rumah hantu yang klise memiliki sesuatu yang telah lama hilang dari banyak film-film horor saat ini: Rasa penasaran dan misteri.

Marrowbone memiliki kisah penuh misteri yang perlahan-lahan membeberkan dirinya sendiri, membuat penonton menebak-nebak alur kisahnya yang penuh tanda tanya, namun tidak pernah terlalu rumit hingga membuatnya sulit untuk diikuti.

Suspense yang dibangun film ini juga tidak main-main, kendati sang sosok hantu nyaris tak terlihat sepanjang durasi film, hawa keberadaannya yang terus mengintai begitu terasa di tiap adegan seram.

Kendati memiliki atmosfer muram dan beberapa adegan mencekam yang dieksekusi dengan baik, "hati" dari Marrowbone bukanlah pada unsur horornya, namun pada sebuah kisah kekeluargaan yang manis nan emosional, serta sodoran pertanyaan tentang apa yang membuat sebuah rumah terasa seperti "rumah" bagi mereka yang menempatinya.

Review Marrowbone: Kisah Rumah Berhantu yang Sendu nan Manis

Tidak ada banyak film horor yang membuat kita peduli pada karakter-karakter di dalamnya, dan untungnya film ini tidak jatuh ke dalam kategori itu. MacKay, Heaton, Goth, dan Stagg memiliki chemistry yang sempurna dan fenomenal sebagai empat kakak beradik yang tak bisa terpisah satu sama lain ini, dalam durasi singkat bisa membuat penonton terikat secara emosional dengan empat karakter fiksi ini.

Intimnya perasaan penonton kepada merekalah yang membuat klimaks film ini benar-benar mengejutkan dan mengesakkan. Layaknya film horor Spanyol berbahasa Inggris lainnya yaitu The Others (2001), Marrowbone memiliki sebuah plot twist yang luar biasa kurang ajar, namun juga masuk akal dan tidak menganggap penontonnya bodoh, menuju sebuah ending yang akan membuat penonton dengan hati paling tegar pun meneteskan air mata.

[read_more id="341276"]

Montase-montase manis di awal film tertangkap dengan indah oleh lensa kamera yang diarahkan oleh sinematografer Xavi Gimenez, dengan cepat membuat dunia di Marrowbone terasa begitu hidup dan alami berkat establishing shots yang indah dan tegas, bahkan beberapa di antaranya sangat layak untuk dibingkai dan dipajang di ruang tamu anda.

Meskipun sudah mendengarkan album skor-nya jauh-jauh hari sebelum menonton filmnya sendiri, pengalaman mendengarkan skor musik gubahan Fernando Velazquez dengan sistem audio bioskop memang tiada duanya.

Nuansa sendu dan muram Marrowbone diiringi dengan indah oleh musik tema yang sebenarnya lebih cocok bila dipakai di film-film fantasi atau romantis, namun entah kenapa pemakaiannya terasa amat pas di sini.

Review Marrowbone: Kisah Rumah Berhantu yang Sendu nan Manis

Bagi anda yang lelah dengan film-film horor Hollywood yang semakin lama semakin mengandalkan template ala The Conjuring, Marrowbone mungkin bisa menjadi "pintu masuk" menuju dunia gothic horror Spanyol yang jauh lebih variatif dan unik dalam penuturan kisahnya.

Didukung dengan jajaran pemain yang luar biasa dan kisah emosional yang akan membuat anda meneteskan air mata di penghujung cerita, Marrowbone layak berada di dalam jajaran film-film horor terbaik tahun ini, atau bahkan film-film terbaik tahun ini secara keseluruhan.

Marrowbone membuktikan bahwa film horor tidak hanya harus mengandalkan pada jumpscare belaka. Ada tema tentang kasih sayang yang tak lekang oleh waktu yang dikemas dengan baik sebagai sebuah gothic horror yang tidak hanya sukses menyajikan keseraman, namun kedalaman emosi yang tidak bisa kita temui di dalam film-film dengan genre serupa.

Diedit oleh Doni Jaelani

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU