Review The Black Phone, Film Thriller dari Sutradara Doctor Strange
Horor cerdas yang membuatmu menantikan setiap teror
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Scott Derrickson kembali ke genre film horor di tahun 2021 lalu. Film tersebut menyebabkan dirinya keluar dari bangku sutradara Dr. Strange 2 yang berujung pada kembalinya Sam Raimi dengan semua visinya ke jagat Marvel Cinematic Universe.
The Black Phone merupakan film yang diadaptasi dari sebuah novel kumpulan cerita pendek berjudul 20th Century Ghosts yang digarap oleh Joe Hill pada 2004. Cerita tersebut akan membawa kita ke tahun 70-an, di mana sistem kepolisian Amerika belum terlalu canggih sehingga banyak misteri pembunuhan berantai yang tidak terpecahkan.
Simak Review The Black Phone berikut ini.
1. Penculikan yang mengincar anak-anak
Pada tahun 1978, lima orang anak kecil dilaporkan menghilang di kota kecil yang berada di Colorado. Penculikan tersebut sangat misterius dan tidak meninggalkan jejak apapun kecuali balon berwarna hitam.
Finney Shaw (Mason Thames) merupakan korban penculikan keenam dari sang penculik yang dijuluki sebagai The Grabber (Ethan Hawke). Finney bertemu The Grabber saat hendak pulang ke rumah. Tanpa menaruh curiga, dia menolong The Grabber yang sengaja menjatuhkan barang-barang di depannya.
Setelah mendekat, The Grabber membuat pingsan Finney dengan menggunakan obat bius yang langsung disemprotkan ke dalam mulutnya.
Saat terbangun dari kondisi pingsan, Finney menemukan kalau dirinya berada di dalam ruang bawah tanah yang kedap suara dan terputus dari dunia luar. Di ruangan tersebut hanya ada sebuah telepon hitam yang kabelnya terputus.
Setiap malam, telepon tersebut berbunyi dengan nyaring. Sebuah telepon yang tidak terhubung ke manapun, tetapi memiliki lawan bicara yang berbeda-beda.
Baca Juga: Sinopsis Ranah 3 Warna, Film Kedua dari Trilogi Novel Negeri 5 Menara
2. Horor Cerdas yang Jarang Ada
Biasanya kami tersiksa dengan film horor yang buatan Hollywood. Apalagi bila film tersebut diproduksi oleh Blumhouse Studio yang biasa menangani Insidious dan kawan-kawan.
Entah karena kami sudah terlalu kebal atau terlalu takut, yang jelas film-film horor buatan Blumhouse selalu membuat kami meringis dan mengejamkan mata. Terutama ketika film-film tersebut mengeluarkan tanda-tanda “big jumpscare” yang sangat jelas tanpa tedeng aling-aling apapun.
Di The Black Phone, kami menantikan dengan semangat setiap “jumpscare” yang dilemparkan sang sutradara. Bukan apa-apa, sebab di balik setiap adegan yang ngeri-ngeri sedap tersebut, pasti ada petunjuk baru yang bisa digunakan oleh Finney untuk kabur dari The Grabber.
Tapi bukan berarti jumpscare yang ada di film ini payah. Justru kami merasakan keseimbangan yang pas sekaligus sebuah cara cerdas untuk menyampaikan petunjuk baru. Bisa dibilang, Scott Derrickson mengubah momen jumpscare yang biasanya mematikan di film horor, menjadi momen yang penuh harapan dan ditunggu-tunggu.
3. Penculik yang Tidak Terlalu Jelas Motifnya
Walaupun film ini memampang nama Ethan Hawke besar-besar, bukan berarti film ini menceritakan semuanya dari sudut pandang sang penculik. Muka Ethan Hawke saja hanya muncul cuman sebentar. Selebihnya dia akan lebih sering menggunakan topeng yang sangat menyeramkan.
Motif The Grabber sendiri sebenarnya tidak pernah dijelaskan secara detail di dalam film. Yang jelas dia digambarkan sebagai penculik yang suka menyiksa anak-anak melalui permainan “hukuman” yang melibatkan “roleplay” ayah dan anak.
Mungkin bila disuruh menjelaskan apa motif di balik perilaku The Grabber, kami akan langsung menebak dengan perbuatan kejam yang dilakukan oleh ayahnya ketika dia masih kecil. Tapi di luar analisa ini kami, sang pembuat film sepertinya enggan untuk menceritakan latar belakang The Grabber.
Detail ini sebenarnya tidak penting-penting amat untuk diperlihatkan. Sebab dengan melihat semua perilaku yang ditunjukkan oleh The Grabber, kita langsung tahu kalau dia adalah penjahat yang mengerikan. Tapi tetap saja, rasanya seperti ada yang kurang.
4. Kesimpulan Akhir
The Black Phone adalah sebuah horor cerdas yang sangat menghibur. Pantas saja film ini mendapatkan review positif di mana-mana. Rasanya seperti menyaksikan adegan akhir dari Once Upon a Time in Hollywood. Merinding tapi sangat memuaskan.
Pantaslah juga kami memberikan nilai 4,5 dari 5 bintang review untuk The Black Phone. Film ini berhasil menghipnotis kami selama 102 menit waktu durasinya. Selain itu, kami juga sangat menikmati setiap momen yang ditampilkan di The Black Phone.
The Black Phone sudah tayang di seluruh bioskop XXI Indonesia. Jangan lewatkan film yang membuat Scott Derrickson “kelupaan” melanjutkan Dr. Strange ini.
Itulah Review The Black Phone dari Duniaku. Bagaimana? Jangan lupa tulis di kolom komentar, yah!
Baca Juga: Thor 4 Bisa Jadi Film Terakhir Chris Hemsworth di MCU