Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Meskipun terkesan absurd, The Gods Must Be Crazy sukses mengocok perut dari awal perilisannya sampai sekarang. Mengapa film ini mampu mendapatkan pujian dari kritikus film legendaris, Roger Ebert, dan rating yang nyaris mendekati sempurna? Simak pembahasannya hanya di Duniaku.net!
Tak terasa sudah film ini sudah berumur tiga puluh tujuh tahun menghibur semua penonton di seluruh dunia. The Gods Must Be Crazy dirilis di Afrika Selatan pada tahun 1980 oleh Ster Kinekor Picturers pernah menjadi pemecah rekor box-office di tiga negara: Amerika Serikat, Jepang dan Afrika Selatan.
Film ini juga dirilis dalam bentuk kaset video di AS oleh perusahaan CBS/Fox melalui label Playhouse Video. Tak tanggung-tanggung, The Gods Must Be Crazy berhasil meraup untung seratus juta dolar, sebuah angka yang sangat besar pada zaman tersebut. Selain itu, film ini juga mendapatkan skor 95% atau "Fresh" di Rotten Tomatoes.
Jadi mengapa film ini dikatakan sebagai salah satu film komedi terbaik sepanjang masa? Simak ulasannya di bawah ini!
Sinopsis
Awalnya, suku Bushmen berpikir bahwa botol kaca tersebut merupakan pemberian para dewa dan menggunakannya untuk berbagai keperluan. Sayangnya, hanya karena satu botol kaca yang diberikan, suku Bushmen sering bertengkar dan bahkan melakukan kekerasan demi mendapatkan botol itu.
Xi yang menyadari bahwa benda tersebut lebih banyak membawa dampak negatif memutuskan untuk segera membawa botol tersebut ke “ujung Bumi”. Petualangan Xi demi membebaskan kaumnya dari “kutukan” botol pun dimulai.
Ia juga pernah menolong Kate Thompson, wartawan yang rela menjadi guru sekolah desa agar bisa menjauh dari kehidupan kota. Selain itu, Xi juga harus melawan segerombolan teroris amatir yang dipimpin oleh Sam Boga dan bekerja sama dengan pemandu tur safari bernama Jack Hind.
Mampukah Xi menunaikan tugasnya di tengah kacaunya situasi yang dialaminya? Tonton saja filmnya!
Plot dengan Banyak Cerita yang Bersinergi
Bingung, kan? Itulah letak keistimewaan film ini. Menikmati film ini tak seperti mengarungi sungai yang mengalir lurus. Ada banyak pilihan jika ingin menontonnya. Mau tentang kisah petualangan anggota suku pedalaman? Ada! Mau romansa ala zaman papa dan mama? Ada! Mau lihat kekonyolan pasukan teroris yang masih hijau? Ada!
Meski alurnya terkesan sangat ramai, tapi tetap berhasil bersinergi satu sama lain. Semuanya terhubung dalam sebab-akibat yang logis dan bisa diterima. Tanpa pertolongan Xi, Andrew mungkin tak bisa menyatakan cinta pada Kate. Tanpa Andrew, Kate bisa saja dibawa pergi oleh Sam Boga.
Karakterisasi yang Alami
Bagaimana dengan Marius Weyers dan Sandra Prinsloo? Penulis bisa mengatakan akting mereka juga bisa dibilang sangat bagus. Keduanya berhasil membangun momen-momen ala anak muda yang baru saja belajar apa itu cinta. Marius juga dinilai sukses mampu bertindak ala orang yang pintar dan sekaligus bodoh di saat yang sama.
Hanya saja penulis agak sedikit menyayangkan ekspresi pemeran anggota pemerintahan yang terkesan gak niat saat tertembak. Tapi hal itu bisa dimaklumi karena memang genre-nya sendiri memang komedi sehingga wajah gak niat mati tentu saja menjadi gimmick tersendiri.
Tapi yang paling membuat penulis terkesan adalah seekor baboon yang bisa berakting seolah menuruti perkataan N!xau.
Apa sih yang membuat film ini begitu menggelitik? Gaya bicara atau tingkah laku para tokohnya yang konyol? Klik halaman selanjutnya!
Formula Komedi yang Harmonis
Mungkin kalian bertanya-tanya, apa sih yang membuat film ini begitu lucu hingga sukses membuat gelak tawa meledak? Gaya bicara para tokoh, tingkah lakunya atau sederet kejadian aneh yang menimpa mereka? Penulis rasa semua jawaban itu benar adanya.
Salah satu karya Jamie Uys ini mampu memadukan antara komedi observasi, karakter dan komedi cringe dengan sempurna. Kita bisa lihat bagaimana Xi dengan polosnya menyikapi kehidupan modern di sekitarnya, cara Andrew saat bertatap muka dengan Kate dan memanggil mobilnya dengan sebutan Anti-Kristus karena sering membawa sial.
Momen-momen kocak yang dipersiapkan dengan memperhitungkan timing yang pas itulah yang menjadi resep khusus andalan Jamie Uys dalam memancing tawa para penontonnya. Hal yang tentu saja sulit ditemukan pada film-film lain dengan genre yang sama.
Melawak Boleh, Tapi Tetap Ada Pesan Moralnya
Meskipun bergenre komedi, The Gods Must Be Crazy juga memiliki sebuah pesan moral yang terkandung di dalamnya. Dari filmnya, kita bisa belajar bahwa sesungguhnya ukuran sebuah kebahagiaan bukanlah tentang material belaka.
Hal itu telah dibuktikan oleh Xi dan Kate Thompson. Xi sadar, botol kaca yang dianggapnya merupakan pemberian dewa hanya akan membawa perpecahan bagi sukunya. Kate sendiri yang merupakan mantan jurnalis juga sadar kehidupannya sebagai guru ternyata lebih membahagiakan daripada hidup di perkotaan yang serba ketat.
Kesimpulan: It's Over 9000 of Laugh
Selain itu penggambaran suasana khas Afrika seolah juga turut mengajak para penggemarnya untuk bertualangan sejenak melupakan hingar-bingar khas perkotaan. Film ini juga mengajarkan bahwa tak selamanya materi akan membahagiakan, hanya cinta dan keluargalah yang pasti bisa membuat diri kita terasa sempurna.
Tak heran kritikus film Roger Ebert pernah berkomentar sebagai berikut: "Mungkin mudah untuk membuat lelucon tentang kejadian sinting di padang pasir, tapi itu jauh lebih sulit untuk menciptakan interaksi yang lucu antara alam dan sifat manusia. Film ini adalah harta kecil yang bagus."