Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tidak pernah ada dalam sejarah Star Wars, dua film dirilis dalam kurun waktu hanya enam bulan saja. Setelah promosi besar-besaran untuk The Last Jedi yang tayang akhir Desember 2017 lalu, Disney sepertinya "kehabisan bensin" dengan promosi yang cukup minim untuk Solo: A Star Wars Story yang rilis bulan Mei ini.
Dengan promosi dan hype yang tidak terlalu besar, apakah film ini berhasil memuaskan fans Star Wars yang ingin mengetahui kisah origin dari karakter yang sudah identik dengan Harrison Ford ini? Berikut review Solo dari Duniaku.net.
Sinopsis
Setelah berhasil lepas dari kehidupan jalanan yang keras di planet Corellia, Han Solo (Alden Ehrenreich) kabur dari planet tersebut untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan menjadi pilot terbaik di galaksi. Han muda rela melakukan apapun untuk mendapatkan uang guna membeli pesawat yang diimpikannya, dan akhirnya mempertemukan dia dengan Chewbacca (Joonas Suotamo) kompatriot andalannya.
Bersama dengan Chewie, Han mendapatkan misi dari Dryden Vos (Paul Bettany) untuk mencuri kargo hyperfuel yang sangat berharga. Dia bekerja sama dengan Tobias Beckett (Woody Harrelson) dan juga teman (atau kekasih?) lamanya Qi'ra (Emilia Clarke). Kebutuhan akan pesawat yang tangguh dan cepat untuk menyelesaikan misi pun membuat mereka akhirnya bertemu dengan Lando Calrissian (Donald Glover), pemilik pesawat ikonik Millenium Falcon. Apakah mereka berhasil menyelesaikan misi tersebut?
Nuansa segar untuk franchise Star Wars
Galaksi Star Wars sangatlah luas, dan banyak fans Star Wars mengapresiasi Rogue One yang rilis dua tahun lalu. Rogue One hadir tanpa menghadirkan perseteruan Jedi dan Sith, yang menggambarkan bahwa galaksi Star Wars lebih besar dari itu. Masih banyak kisah yang bisa dieksplorasi, dan tidak kalah menarik.
Solo pun mengambil pendekatan yang serupa. Tidak ada perseteruan Jedi dengan Sith, bahkan tidak ada peperangan antara Empire dengan Rebel Alliance. Pun tidak ada karakter pengguna Force kuat yang muncul dalam film ini. Film ini terfokus kepada aksi heist ala film-film bergaya western yang dilakukan Han dan rekan-rekannya. Kisah yang simpel, aksi yang menegangkan dan tidak banyak plot twist membuat film ini cukup menghibur.
Yang membedakan dengan Rogue One adalah film ini lebih banyak memiliki unsur humor dan tidak terlalu kelam. Di beberapa bagian mungkin akan menguras emosimu, namun di beberapa bagian lain ada beberapa adegan yang bisa membuatmu tertawa lepas karena aksi-aksi Han Solo muda yang tidak banyak perhitungan saat membuat keputusan.
Menjawab beberapa pertanyaan, tapi memunculkan pertanyaan baru
Bagi sebuah film origin, menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar akan asal-usul karakter menjadi salah satu poin yang penting. Bagaimana proses pertemuan Han Solo dengan Chewie? Atau dari mana dia mendapatkan blaster ikoniknya? Bagaimana bisa Han akhirnya mendapatkan Millenium Falcon? Semua pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan baik di film ini.
Namun sayangnya, menjelang akhir film justru ada beberapa pertanyaan lain yang bermunculan. Mengingat film ini tidak ada hubungan langsung dengan film Star Wars lainnya (berbeda dengan Rogue One yang langsung nyambung dengan A New Hope), beberapa pertanyaan ini justru membuka kemungkinan sekuel di masa yang akan datang. Tidak harus dalam bentuk film mungkin, bisa juga dalam bentuk serial, komik atau novel untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan baru ini.
Meskipun tidak terkoneksi langsung, namun Solo memiliki beberapa referensi ke film-film Star Wars lainnya. Bahkan menjelang akhir film, kamu akan menemukan kejutan yang tidak akan kamu duga-duga!
Tapi ada juga beberapa kekurangannya. Simak kelanjutan review Solo di halaman selanjutnya.
Banyak karakter baru yang kurang dikembangkan dengan baik
Ada banyak karakter baru yang diperkenalkan di film ini, seperti Beckett, Rio, Val, droid kesayangan Lando L3-37, termasuk Qi'ra sendiri. Beberapa karakter ini dikemas dengan sangat baik, salah satunya L3-37 yang penulis anggap bisa menyaingi popularitas K2SO di Rogue One dulu.
Namun cukup banyak karakter yang kurang dikembangkan dengan baik, bahkan banyak yang "dibunuh" sebelum menampilkan potensi terbaik mereka. Meskipun tidak mendapatkan screen time yang cukup lama, namun beberapa karakter baru ini bisa jadi andalan lain Disney untuk mengeruk keuntungan, dalam bentuk merchandise tentunya.
Eksekusi mantap meskipun kurang hype
Disney nampak nothing to lose saat mengkampanyekan Solo. Seperti yang sudah saya sebutkan di awal, tidak banyak materi promosi yang dirilis untuk film ini. Lini mainan dan merchandise pun tidak sebanyak Rogue One yang sama-sama menyandang subjudul A Star Wars Story. Bahkan tidak ada antrian berlebih pemesanan tiket di awal seperti film-film Star Wars lainnya. Mungkin Disney berpikiran, "untung besar Alhamdulillah, untung sedikit ya tidak masalah.."
Namun bukan berarti LucasFilm dan Disney asal-asalan dalam menggarap film ini. Eksekusi film ini bisa dibilang cukup oke dan layak menyandang nama besar Star Wars. Musik khas aransemen John Williams pun tidak kalah epik dibandingkan film-film lainnya.
Kesimpulan
Solo: A Star Wars Story berhasil menyajikan kisah origin yang cukup oke dari Han Solo. Meskipun memunculkan beberapa pertanyaan baru, ada beberapa plot hole dan juga karakter yang kurang dikembangkan dengan baik, namun Solo merupakan salah satu film aksi yang cukup menghibur. Namun untuk A Star Wars Story, film ini tidak lebih bagus dari Rogue One.
Oiya akan lebih bagus jika kamu menonton film ini setelah menonton beberapa produk lain Star Wars seperti serial animasi Clone Wars dan Rebels, karena ada beberapa referensi yang mengarah ke sana.