Infinity War wajib banget ditonton lho, apalagi buat fan Marvel Cinematic Universe. Ini sebabnya!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Akhirnya harinya tiba. Avengers: Infinity War sudah rilis di Indonesia. Penonton yang sudah lama banget penasaran sama Thanos akhirnya bisa melihat sendiri kenapa dia ditakuti oleh Ronan, Gamora, Loki, dan banyak lagi. Tapi... pantas nggak sih film ini ditonton di bioskop? Apa mending nunggu nanti saja, sampai tersedia di DVD, blu-ray, atau bahkan disiarkan di stasiun televisi swasta? Singkatnya sih gini: film yang satu ini layak ditonton. Versi panjangnya dapat kamu baca di review Infinity War di bawah ini!
Sinopsis Infinity War
Thanos akhirnya bergerak. Setelah lama tidak melakukan apa-apa, sang Mad Titan mengumpulkan Infinity Stone. Xandar, Asgard, Bumi, Knowhere; semua tempat yang menyimpan Infinity Stone antara akan mendapat kunjungan dari sang Mad Titan sendiri atau oleh “anak-anaknya.” Guardians of the Galaxy dan Avengers bersatu untuk memerangi Thanos dan kelompoknya. Jika gagal, maka separuh semesta akan lenyap bersama mereka.
Film Marvel Cinematic Universe Paling Kelam
Penulis sudah menyaksikan film Marvel Cinematic Universe sejak
Iron Man 1. Sisi negatif dari ini adalah sekarang saya dapat melihat pola dari semua film Marvel. Jangan salah, ini pola yang sudah terbukti berhasil. Film-film Marvel pun selalu sukses menghibur. Meski begitu mungkin ada yang khawatir kalau bahkan
Infinity War yang merupakan film pamungkas pun masih mengikuti pola seperti
Ant-Man, Age of Ultron, atau
Black Panther. Tapi ternyata tidak. Mungkin aneh, tapi karena pembaca
Duniaku.net juga banyak yang pembaca
One Piece, izinkan penulis menggunakan manga itu sebagai analogi. Kamu tahu betapa sakitnya kematian Portgas D. Ace di
One Piece? Salah satu penyebab fan benar-benar syok dengan kejadian itu adalah karena Eiichiro Oda selaku mangaka memiliki pola dalam bercerita. Salah satunya adalah dia tidak pernah membunuh tokoh penting selain di kilas balik. Kematian Ace merusak pola itu. Kejutan-kejutan serupa akan kamu temui sepanjang
Infinity War. Tokoh yang kamu kira tak akan gugur bisa jadi mati dengan mendadak, menohok kamu dengan telak. Korban jiwa di film ini juga banyak sekali. Lalu ada satu pola khas film Marvel yang benar-benar dirusak oleh Russo Bersaudara untuk menuturkan kisah di film ini. Jangan salah, Russo Bersaudara tetap memasukkan komedi ke dalam film ini. Namun ketimbang seperti
Thor: Ragnarok (di mana saat kamu keluar bioskop yang teringat kemungkinan besar lawakannya), film ini lebih mirip
The Winter Soldier. Saat kamu keluar bioskop, yang akan kamu ingat adalah betapa kelamnya sebenarnya kisah ini.
Winter Soldier punya komedi.
Civil War juga. Namun, kecuali beberapa kasus, bukan komedinya yang paling kamu ingat. Russo Bersaudara masih memperlihatkan kepiawaian
Lanjutan review Infinity War dapat kamu cek di halaman kedua! Kepiawaian Russo Bersaudara Menggerakkan Begitu Banyak Karakter
Hampir semua Avengers dan Guardians of the Galaxy tampil di film ini. Jangan lupakan juga Thanos dan Black Order serta suku-suku Wakanda dan tokoh yang diperankan oleh Peter Dinklage. Penulis sempat takut kalau Russo Bersaudara akan melakukan kesalahan yang sama dengan yang dilakukan Joss Whedon di
Age of Ultron. Di film itu Whedon memang dapat menyajikan beberapa tokoh dengan baik, namun ia harus mengorbankan karakterisasi dari penjahat utamanya. Lalu ada juga adegan-adegan yang sampai perlu dihapus, seperti visi Thor. Russo Bersaudara ternyata tidak terjebak kesalahan seperti itu. Tokoh yang penulis rasa kurang dimanfaatkan dengan benar oleh Russo Bersaudara hanya semua Black Order. Sisanya, mereka sudah menentukan siapa pahlawan utama kisah ini (Thor) dan siapa penjahat utamanya (Thanos). Kamu akan melihat perjalanan dan perkembangan keduanya, didukung oleh tokoh-tokoh Avengers dan Guardians of the Galaxy yang tampil dengan oke sebagaimana mestinya. Salah satu pola berbeda dari film Marvel kebanyakan memang adalah Thanos. Dia bukan sekedar tiran sinting yang haus kekuatan, seperti Hela dan Ronan. Motivasinya diperlihatkan, sisi baik dan buruknya diperlihatkan, dan pada akhirnya kamu dijamin akan memahami apa yang ia inginkan. (Kamu mendukungnya atau tidak sih lain cerita). Penulis tidak menyangka akan melihat pendalaman karakter antagonis sebaik ini. Thanos sudah melampaui Killmonger sebagai antagonis terbaik di film Marvel sejauh ini. Oh, tidak ada penambahan kontroversial seperti romansa Black Widow dan Bruce Banner di film ini, jadi kalau kamu cemas akan ada yang seperti itu lagi kamu bisa tenang.
Bukan Film Kaliber Oscar, Tentu Saja
Tapi, pada dasarnya
Infinity War tetaplah film
blockbuster superhero. Kalau kamu ingin melihat gebuk-gebukan maha dahsyat, dengan dimensi yang tak pernah tersaji sebelumnya di film Marvel,
Infinity War dijamin akan memuaskan kamu. Hanya saja, ya, jangan harapkan plot yang rumit dan dalam seperti film-film kaliber Oscar.
Infinity War pada dasarnya tetap gebuk-gebukan antara kekuatan jahat melawan kekuatan baik.
Cocokkah Ditonton Anak-anak?
Rating resmi
Infinity War di Indonesia adalah 13 tahun plus. Anak-anak rasanya bisa menontonnya bila dibimbing orang tua. Orang tua juga tidak perlu menjelaskan ke anak mereka soal topik seperti rasisme dan kolonialisasi di dunia, topik berat yang diangkat oleh
Black Panther. Meski begitu... ya... sekali lagi, seperti judul
review Infinity War ini, ini adalah film Marvel yang paling kelam. Penulis melihat ada anak-anak yang keluar dari bioskop dengan wajah syok melihat apa yang terjadi. Penulis menyarankan baik anak-anak maupun orang tua siap untuk menyaksikan kejutan yang menanti mereka di layar lebar.
Akhir kata, skor
review Infinity War versi
Duniaku.net adalah:
90! Film seru yang wajib ditonton oleh penikmat film Marvel dan tampaknya akan diperbincangkan berkali-kali ke depannya. Sudah menyaksikan film ini? Setujukah dengan
review ini? Sampaikan pendapatmu di kolom komentar!