Narratage adalah film drama Jepang yang menceritakan kisah cinta antara guru dan murid yang penuh kebimbangan. Apakah film ini menarik? Simak review film Narratage berikut ini!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Narratage adalah sebuah film dari negeri Jepang yang menceritakan tentang kisah cinta terlarang, antara seorang murid perempuan dan gurunya yang tentunya beberapa tahun lebih tua dibandingkan si murid. Duniaku Network berkesempatan untuk menyaksikan film ini, namun apakah film ini seru dan memiliki cerita yang menarik untuk ditonton? Simak review film Narratage berikut ini!
Sinopsis
Film
Narratage menceritakan tentang kisah cinta terlarang antara seorang murid perempuan bernama Izumi Kudo (Kasumi Arimura), dengan gurunya sendiri saat SMA, Takashi Hayama (Jun Matsumoto). Karena perbedaan umur dan status, menjadikan kisah cinta yang dialami si gadis tersebut sebagai sebuah kebimbangan. Akhirnya Kudo menutup rasa cintanya dengan sang guru, sampai akhirnya dia sudah lulus, berada di perguruan tinggi, dan mendapatkan panggilan telepon untuk kembali ke sekolah untuk membantu klub Drama tempatnya dahulu bertemu dengan teman-teman saat SMA dan juga guru Takashi. Setelah bertemu kembali dengan cinta pertamanya, benih-benih rasa suka yang sudah lama Kudo pendam pun kembali lagi. Namun, Kudo masih terjebak dengan kebimbangan yang sama.
Cerita yang Cukup Unik
Pada awal menonton, penulis berpikir bahwa film ini akan menyajikan kisah cinta bertepuk sebelah tangan antara Kudo dan gurunya, mirip seperti kisah-kisah cinta antara guru dan murid lainnya, namun penulis salah. Sebenarnya, cerita jauh lebih kompleks dan unik, meskipun tetap hanya berputar dalam kebimbangan sang tokoh utama, Izumi Kudo. Izumi Kudo antara ingin memiliki sang guru, namun guru tersebut juga memiliki kebimbangan tersendiri (yang tidak akan penulis jabarkan karena akan menjadi
spoiler), di sisi lain, Kudo juga ingin membuka hatinya untuk lelaki lain yang seumuran dengannya, namun belum tentu berakhir baik.
Pemeran yang Baik
Dalam jajaran pemeran, ada dua tokoh utama dan satu tokoh pendukung yang cukup menarik hati para penonton. Sang guru diperankan oleh salah satu member Arashi, Idol grup laki-laki Jepang yaitu Jun Matsumoto. Bagi penulis sendiri, perannya di sini cukup oke saat menampilkan seorang guru yang baik dan pengayom bagi murid-muridnya (meskipun di beberapa adegan terlihat berlebihan). Kasumi Arimura sebagai Izumi Kudo juga sukses menarik penonton ke dalam kebimbangan cintanya, dan Kentaro Sakaguchi, pemeran Reiji Ono, pacar Kudo yang seumuran juga unik. Terkadang dia baik, dan terkadang dia memiliki sifat posesif seperti anak muda pada umumnya (namun dilebih-lebihkan).
Kilas Balik dalam Kilas Balik
Ya, ini serius, mungkin kekurangan pertama yang akan penulis sebutkan adalah ini. Pada awal film, kita diperlihatkan sosok Izumi Kudo yang sudah dewasa dan bekerja di sebuah perkantoran. Singkat cerita, karena sebuah jam saku yang penuh kenangan, adegan masuk ke kilas balik saat dia di perguruan tinggi, dan mendapatkan panggilan untuk kembali ke SMA-nya untuk membantu klub Drama. Masih belum cukup, di kilas balik perguruan tinggi itu, masih ada kilas balik lagi saat dia SMA, dan awal-awal dia menyukai guru Takashi. Kilas balik yang memiliki kilas balik jelas membuat beberapa penonton bingung, terlebih yang membedakan hanyalah pakaian yang dikenakan Kudo (baju bebas ala anak kuliahan dan seragam SMA), sedangkan guru Takashi seakan mengenakan kemeja yang sama. Color Grading atau warna film juga sebenarnya berbeda, kuning untuk kilas balik perguruan tinggi sedangkan biru untuk kilas balik SMA, namun penonton awam pasti sulit menyadarinya.
Karakter Sulit Mendapatkan Simpati
Di dua poin sebelumnya, penulis memang mengatakan peran aktor di film ini cukup oke, namun bukan berarti karakter di film tersebut bisa mendapatkan simpati atau perhatian dari para penonton, hal ini berkaitan dengan dialog dan skenario. Sebagai contoh, guru Takashi memiliki masalahnya sendiri dalam hidup, dan jika diperhatikan, sang sutradara; Isao Yukisida ingin membuat kesan menyedihkan pada karakter ini, sehingga para penonton menjadi iba. Namun sayang, pendekatannya agak sedikit buruk, ditambah dengan karakter guru Takashi yang "labil" seperti anak muda, antara ingin dengan muridnya, namun juga tidak ingin. Di akhir film, justru guru Takashi melakukan adegan yang membuat banyak penonton jengkel.
Kesimpulan
Film ini sebenarnya memiliki potensi, sayang pengarahan dialog dan adegannya terkesan tidak melakukan pendekatan yang baik, sehingga para penonton kurang memberikan simpati pada para karakter. Di luar poin tersebut, film ini masih cukup layak untuk ditonton mengisi waktu luang kalian.