Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
GENRE: Action
ACTORS: Luke Evans, Sung Kang, Lun-Mei Gwei
DIRECTOR: George Huang
RELEASE DATE: 13 Oktober 2024
RATING: 3/5
Weekend in Taipei, yang dipromosikan dengan tagline "Dari Pencipta Taken dan The Transporter," membawa ekspektasi besar bagi para penonton yang mengharapkan aksi seru penuh adrenalin.
Nama Luc Besson, yang menjadi sosok di balik dua film aksi ikonik tersebut, turut menulis naskah bersama sutradara George Huang, yang telah lama tidak terlibat dalam dunia penyutradaraan layar lebar. Sayangnya, harapan tersebut tidak sepenuhnya terwujud, karena film ini tidak menawarkan sesuatu yang benar-benar baru dalam hal cerita maupun adegan aksinya.
1. Sebuah Film Aksi yang Seru
Dengan menyematkan nama Luc Besson di dalamnya, Weekend in Taipei seolah menjanjikan kualitas yang sama dengan Taken atau The Transporter, film-film yang identik dengan aksi cepat dan cerita yang intens. Maka tidak heran kalau Weekend In Taipei dipenuhi juga dengan aksi yang seru.
Namun, keterlibatan George Huang sebagai sutradara dan penulis skenario ternyata tidak membawa dampak signifikan. Huang terakhir kali menyutradarai episode-episode serial American Heiress pada 2007 dan menjadi penulis naskah untuk Hard Target 2 pada 2016. Jarak waktu yang cukup lama sejak proyek-proyek terakhirnya membuat kehadirannya terasa kurang pas dalam film ini, meski ada dukungan dari Besson.
Dari segi pemain, kehadiran aktor-aktor ternama seperti Sung Kang dan Luke Evans menambah daya tarik film ini. Sung Kang, yang dikenal lewat perannya dalam The Fast and the Furious: Tokyo Drift, memerankan Kwang, seorang bos mafia yang tengah diadili di Taipei.
Sementara itu, Luke Evans, yang dikenal lewat perannya dalam The Hobbit dan No One Lives, memerankan John Lawlor, seorang agen rahasia yang berjuang mengungkap jaringan kriminal Kwang. Meskipun aktor-aktor ini tampil cukup solid, sayangnya naskah yang mereka mainkan terlalu generik dan klise untuk benar-benar memanfaatkan potensi mereka.
Baca Juga: Review Canary Black, Kate Beckinsale Sebagai Agen CIA yang Diperas
2. Alur Cerita yang Ringan
Dari awal, cerita film ini terkesan sudah bisa ditebak. Kwang, yang tengah menghadapi sidang di Taipei, menjalani kehidupannya yang penuh kekuasaan, sementara istrinya Joey (Lun-Mei Gwei) sibuk menikmati kemewahan. Di tengah perayaan ini, Joey membeli sebuah Ferrari baru dan menjalani tes mengemudi cepat di jalanan kota Taipei.
Di sisi lain, John Lawlor, seorang agen rahasia di Minneapolis, baru saja menyelesaikan misi penyamaran yang gagal menghubungkan jaringan narkoba dengan Kwang. Sebagai hukuman, ia dikirim "berlibur", tentu saja ke Taipei, di mana semua masalah baru menantinya.
Plot ini semakin memperkuat unsur klise dengan hadirnya Raymond (Wyatt Yang), putra remaja Joey yang mencuri buku catatan milik Kwang. Alasan di balik pencurian ini agak unik, yaitu karena bisnis penyelundupan Kwang merusak ekosistem laut, membunuh ribuan lumba-lumba.
Namun, ketika twist besar terungkap bahwa John adalah ayah kandung Raymond dan memiliki masa lalu dengan Joey, alur cerita menjadi semakin standar dan bisa ditebak. Film ini terasa seperti template aksi generik yang dibuat tanpa terlalu banyak inovasi di dalamnya.
3. Kesimpulan
Weekend in Taipei pada akhirnya adalah film aksi yang bisa dinikmati dengan ekspektasi rendah. Meskipun dipenuhi dengan nama besar dan diangkat dengan promosi yang menarik, film ini hanya mampu menawarkan aksi standar yang sering kita lihat di film-film sejenis. Tidak ada adegan yang benar-benar menegangkan atau orisinal, sehingga penonton yang mencari sensasi baru mungkin akan merasa kecewa.
Meski demikian, bagi kamu yang ingin menonton sesuatu di akhir pekan tanpa terlalu memikirkan alur cerita atau sekadar mencari hiburan ringan, Weekend in Taipei bisa menjadi pilihan.
Film ini mungkin tidak akan meninggalkan kesan mendalam atau membuat kamu ingin menontonnya lagi, namun setidaknya, ia memberikan hiburan yang cukup untuk satu kali tonton. Bagi penggemar berat aksi, film ini bisa jadi cara mengisi waktu saat tidak ada rilis baru yang lebih menarik.
Baca Juga: Review Joker: Folie à Deux, Sebuah Sekuel Tanpa Arah