Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Film SAS: Red Notice atau yang dikenal juga sebagai SAS: Rise of the Black Swan akhinya dibawa ke layar bioskop Indonesia. Sebuah film aksi thriller yang diperankan oleh Ruby Rose, Sam Heughan, dan Andy Serkis memberikan beberapa guilty pleasure ke orang-orang yang menyukai film militer, tetapi sebenarnya film ini memiliki banyak kelemahan yang sulit untuk diabaikan.
Film berdurasi 123 menit ini mengajak kita berkenalan pada pasukan spesial Inggris yang biasanya dikerahkan pada misi-misi rahasia dan kegiatan anti terorisme. Film ini merupakan adaptasi novel Andy McNab yang terbit di tahun 2012.
1. Pengkhianat di dalam SAS
Grace Lewis (Ruby Rose) merupakan anggota dari tentara bayaran Black Swan yang dipimpin oleh sang ayah. Mereka menjalankan tugas kotor atas suruhan komandan SAS, George Clements (Andy Serkis) untuk pemerintah Inggris.
Tapi karena sebuah serangan yang bocor ke media, Black Swan lalu dianggap sebagai teroris dan mendapatkan perintah penangkapan dan pembubaran. Setelah sang ayah dibunuh, Grace membawa anggota Black Swan kabur lalu mereka membajak kereta bawah laut dari London ke Paris.
Tom Buckingham (Sam Heughan) yang merupakan tentara SAS dan pacarnya, Dr Sophie (Hannah John-Kamen) kebetulan berada di dalam kereta tersebut. Pertarungan antara Tom yang ingin menyelamatkan pacarnya dengan Black Swan pun tak terhindarkan.
Pada akhirnya Tom dan George mengetahui kalau banyak anggota SAS yang melakukan pengkhianatan pada seragam dan negaranya sendiri. Keduanya adalah orang-orang yang terjebak di dalam sebuah intrik dan konflik kepentingan yang lebih besar dari yang mereka kira.
Baca Juga: Review Babylon, Curhatan Hollywood Melalui Brad Pitt dan Margott Robie
2. Penuh bumbu politik dan militer
Film SAS: Red Notice dihiasi dengan berbagai unsur politik dan balas dendam. Beberapa twist pun dihadirkan untuk membuat penonton terus tertarik ke dalam film. Sayangnya beberapa eksekusi dirasakan kurang menarik dan berantakan.
Salah satunya adalah, karakter utama yang terkesan seperti Terminator yang tidak bisa mati atau terluka secara serius. Bahkan ledakan yang luar biasa besar saja tidak mampu menggores Tom. Hal ini menjadikan kami bertanya-tanya mengenai kapan Tom berkata “I'll be back” ala T-1000 di Terminator 2.
Bukan apa-apa, tetapi rasanya karakter yang digambarkan sangat kuat dan tidak bisa mati itu sudah lama ditinggalkan Hollywood. Bahkan pada kebanyakan film aksi modern lainnya, kebanyakan karakter utama akan tertatih-tatih kesakitan ketika terkena ledakan atau tertembak pada bagian tertentu.
Terlepas dari pilihan sinemanya yang terkesan kuno dan kurang konsisten, tema yang diangkat sangat menggoda. Pesan tentang orang-orang yang ingin membalas dendam setelah disingkirkan oleh penguasa yang tak ingin kebusukannya terbongkar bisa kita saksikan di dalam film ini.
Selain itu kita juga dihadapkan pada akting Ruby Rose yang dipaksakan untuk jadi bengis. Walaupun ekspresinya mukanya terlihat tajam dan jahat, tetapi kami seperti melihat penjahat generik yang biasanya hadir di film aksi. Yah memang secara teori SAS: Red Notice kemungkinan besar memiliki budget film kelas B.
3. Kesimpulan
Sebenarnya film SAS: Red Notice tidak terlalu jelek untuk sebuah film aksi. Tapi plot yang terlalu berkepanjangan dan buruknya karakterisasi setiap pemerannya, membuat film ini hanyalah sebuah guilty pleasure yang harus ditonton kalau kamu suka dengan film militer.
Premisnya sebenarnya sangat menarik, meskipun dieksekusi dengan cara yang kurang apik. Hal ini menjadikan SAS: Red Notice hanya mampu mendulang 3 dari 5 bintang review yang biasa kami berikan pada film-film yang kami review.
SAS: Red Notice sebentar lagi bisa kamu nikmati di bioskop-bioskop Indonesia. Jangan sampai kamu lewatkan film ini, terutama kalau kamu mencari film aksi militer non Amerika.