Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
GENRE: Drama
ACTORS: Tom Hanks, Robin Wright, Paul Bettany
DIRECTOR: Robert Zemeckis
RELEASE DATE: 1 November 2024
RATING: 3/5
Film Here, adaptasi dari novel grafis karya Richard McGuire, membawa penonton pada perjalanan melalui waktu di satu ruang yang sama, sebuah ruang keluarga di rumah tua Amerika yang berusia seabad.
Alih-alih menyajikan kisah naratif konvensional, Here menawarkan perspektif yang tetap pada satu sudut, sementara panel berbentuk persegi panjang mengungkapkan aksi dan momen dari berbagai tahun, bahkan era yang berbeda.
Dengan pendekatan ini, Here menantang kita untuk merenungkan ide: tentang kenangan, jejak, dan arti dari tempat yang menyimpan jejak hidup banyak generasi.
1. Sebuah Narasi yang Tidak Biasa
Kisah film ini mengundang kita merenung, pernahkah kita duduk di suatu tempat, mungkin di kamar hotel atau bangku taman, dan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi di sana sebelumnya? Berapa banyak orang yang jatuh cinta di tempat itu, bertengkar, atau bahkan mengekspresikan rasa yang sama?
Konsep ini memancing pertanyaan yang dalam tentang pengalaman manusia — tentang bagaimana tindakan kita saling terhubung oleh ruang, dan bagaimana tempat dapat menjadi penjaga kenangan serta rahasia.
Namun, meski ide dasarnya menjanjikan, versi film dari Here kadang justru kehilangan arah, teralihkan oleh fokus pada kehidupan generik dari empat keluarga yang menempati rumah tersebut di waktu-waktu berbeda.
Dalam kolaborasinya dengan penulis Forrest Gump, Eric Roth, serta aktor Tom Hanks dan Robin Wright, sutradara Robert Zemeckis mencoba mereplikasi gaya kamera tetap yang digunakan dalam novel grafis aslinya. Namun, yang seharusnya menjadi eksplorasi mendalam tentang waktu dan memori malah terasa lebih seperti eksperimen efek visual yang rumit.
Baca Juga: Review Venom: The Last Dance, Aksi Terakhir Venom yang Emosional
2. Cerita yang Terlalu Generik
Adegan pembuka Here memperlihatkan momen singkat di rumah tersebut, lalu membawa kita kembali ke lebih dari 65 juta tahun lalu, saat dinosaurus memilih tempat itu untuk bertelur. Adegan ini mengingatkan pada The Tree of Life karya Terrence Malick, yang menggambarkan betapa singkatnya kehidupan manusia di antara ledakan alam semesta. Seperti dalam novelnya, McGuire tidak berusaha menyajikan cerita linear, tetapi mempertemukan waktu dan tindakan dari banyak tokoh asing dalam satu ruang yang sama.
John dan Pauline Harter (Gwilym Lee dan Michelle Dockery) adalah pasangan pertama yang menghuni rumah ini pada tahun 1907. Pauline selalu khawatir akan suaminya yang sering berangan-angan, seorang penerbang yang dia takutkan akan jatuh. Meski begitu, kecemasan berlebihan di film ini tidak berujung pada apapun, seolah mempertegas pesan bahwa memikirkan masa depan seringkali membuat kita kehilangan momen saat ini.
Karakter lain yang tampil adalah Richard Young (Hanks), seorang seniman yang meninggalkan karirnya demi keluarganya. Ketika ayah Richard, Al (Paul Bettany), dan ibunya, Rose (Kelly Reilly), membeli rumah ini pada tahun 1945, itu menjadi simbol warisan mereka. Sayangnya, keluarga-keluarga lain — termasuk keluarga Afrika-Amerika yang membelinya di kemudian hari serta suku pribumi yang pernah tinggal di sana, lebih terasa simbolik dan kurang tereksplorasi.
3. Pendekatan yang Unik
Sebagian besar penonton mungkin belum pernah membaca novel grafis Here, dan bagi yang sudah, strategi yang digunakan oleh Zemeckis dan Roth sedikit berbeda. Alih-alih mencari koneksi yang tak terduga, versi film ini lebih fokus pada transisi cerdas antar era, berusaha menyelaraskan alur generasi-generasi yang hidup di ruang tersebut. Namun, penggunaan teknik overlapping-frames terkadang mengaburkan garis di antara keluarga yang berbeda, menjebak kita dalam “salju digital” di mana musim berganti secara virtual dan waktu bergerak maju melalui jendela bay yang luas. Sementara rumah kolonial di seberang jalan tampak statis, impian para karakter tampak melampaui dinding-dinding rumah ini.
Zemeckis menghadirkan suasana yang sedikit kuno dan sentimental, mengingatkan pada ilustrasi Currier and Ives di beberapa vignette era kolonial. Namun, posisi kamera yang tetap seakan memperkuat referensi visual ke sitcom klasik. Blocking yang statis ini semakin memperjelas inspirasi dari model sitcom, dan saat akhirnya kamera bergerak pada adegan kunci di menit-menit terakhir, sudah terasa terlambat. Seandainya Here dihadirkan sebagai instalasi seni daripada film, konsep pandangan tetap mungkin terasa lebih cocok. Namun, film ini berusaha untuk menyentuh kita secara emosional, dan untuk itu, seharusnya kamera juga bergerak seiring dengan kisah yang diceritakan.
Baca Juga: Review Smile 2, Horor Psikologi Dibalut dengan Selebriti