TUTUP

Winter is Coming

Mulai tanggal 1 April ini season kedua dari serial TV fantasi Game of Thrones akan ditayangkan di stasiun TV HBO. Artikel ini akan membahas serial tersebut secara keseluruhan, dan kenapa itu merupakan salah satu karya fantasi terpenting dan terbaik.

Pada tanggal 1 April ini season kedua dari serial TV fantasi Game of Thrones telah tayang di stasiun TV HBO (Amerika, benua lain menyusul). Jika anda sudah menonton season pertamanya, saya kira tak perlu lagi meyakinkan anda untuk menontonnya, namun jika anda belum menontonnya (atau membaca seri novelnya A Song of Ice and Fire) biar saya yakinkan kepada anda kenapa seri tersebut bukan seri fantasi biasa dan kenapa anda perlu menontonnya. Kata "fantasi" sebagai sebuah genre mengandung banyak ekspektasi yang didasarkan oleh karya-karya Tolkien: kekuatan supernatural seperti sihir, makhluk supernatural seperti naga, elf, dwarf. Segala sesuatu yang luar biasa, yang fantastis, yang tidak ada di dunia nyata. Tak jarang merupakan sebuah dunia tersendiri, dengan budaya, geografi, dan sejarah tersendiri. Tak jarang pula merupakan sebuah kisah kepahlawanan, di mana seorang pahlawan yang terpilih melawan suatu unsur kejahatan murni. Tapi dunia yang dibuat George R. R. Martin dalam seri A Song of Ice and Fire bukanlah dunia yang fantastis. Dia membuat dunia yang begitu mirip dengan dunia nyata, di mana tak ada 'pahlawan', di mana naga telah dianggap punah, di mana sihir merupakan ilmu yang terlupakan. Tak ada hitam-putih yang jelas di dunia A Song of Ice and Fire. Kejahatan terjadi karena keegoisan, karena orang-orang yang mendahulukan kepentingan pribadinya dengan mempercayai bahwa itu adalah hal yang benar.  Tak jarang itu membuat mereka melupakan hal yang sebenarnya lebih penting secara luas. Hal ini ditunjukkan sejak awal A Game of Thrones, seri pertama A Song of Ice and Fire. Dua hal penting terjadi. Di sisi utara kerajaan Westeros, muncul tanda-tanda kekuatan supernatural yang sudah terlupakan selama ratusan tahun bangkit. Namun di saat yang sama, tangan kanan raja meninggal. Kecurigaan keluarga Stark akan keterlibatan keluarga Lannister yang merupakan pihak istri raja memulai konflik dari mereka. Konflik yang mengancam kedamaian yang rapuh. Semakin penonton mengikuti konflik antar kedua keluarga tersebut, jalinan intrik semakin berbelit, satu demi satu pemain memasuki kesempatan dari konflik tersebut. Melupakan ancaman sebenarnya dari utara. Dan dari barat, di mana di benua seberang keluarga Targaryen yang tergusur oleh raja sekarang merencanakan cara untuk merebut kembali tahta. Tanpa dunia yang fantastis, perlu hal lain yang kuat untuk menarik perhatian penonton. Dalam hal ini adalah para karakternya. Tak berlebihan jika A Song of Ice and Fire dikatakan memiliki ratusan karakter. Setiap anggota keluarga Stark, keluarga Lannister, raja dan para kanselirnya, dan banyak pemain lainnya semuanya memiliki karakteristik sendiri-sendiri dengan pribadi dan motivasi yang dapat dimaklumi. Beberapa contoh: Eddard Stark (Sean Bean) seorang penguasa dan prajurit yang terhormat, namun kejujurannya membuatnya tak berdaya di kerajaan yang penuh intrik. Tyrion Lannister (Peter Dinklage) sang kerdil cerdik yang ingin membuktikan kepada ayahnya bahwa dia kompeten. Robert Baratheon (Mark Addy), sang raja yang merasa hancur akibat bebannya sebagai seorang raja.

A Song of Ice and FireA Game of ThronesGame of Thrones. A Song of Ice and Fire