Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sejak pertamakali melihat trailernya, saya begitu terpikat dengan film terbaru garapan Ben Stiller ini. Trailer The Secret Life of Walter Mitty menunjukkan kebebasan imajinasi tak terbatas dan keberanian Walter Mitty sang tokoh utama dalam melakukan perjalanan. Ketertarikan saya tidak sebatas pada latar belakang cerita saja, tetapi juga warna film dan musik latar. Nama Ben Stiller sebagai sutradara, aktor utama dan produser juga ikut menarik minat saya untuk menonton film ini. Saya tidak tahu emosi apa yang harus diharapkan dalam film, apakah lelucon khas ala Ben Stiller, drama, atau malah ideology pemikiran yang berbeda. Sebelumnya saya sempat pesimis bahwa The Secret Life of Walter Mitty akan diputar di Indonesia, sebab film dengan gaya demikian seringkali tidak diputar di Indonesia. Rasa pesimis saya hilang ketika minggu lalu (2 Januari 2014) The Secret Life of Walter Mitty diputar. Tanpa pikir panjang, saya langsung pergi menyaksikan film tersebut akhir minggu kemarin. The Secret Life of Walter Mitty menceritakan kehidupan Walter Mitty, kepala bagian aset negatif film majalah Life, sebuah majalah fotografi. Seiring dengan perkembangan jaman, majalah cetak mengalami penurunan yang signifikan. Pembaca majalah mulai beralih ke digital, begitupula dengan majalah-majalah cetak dan Life tentunya. Peralihan ke versi digital memaksa Life untuk mengurangi pekerjanya dalam jumlah besar. Kecemasan mulai merasuki para pekerja Life, termasuk Walter Mitty. Walter Mitty merupakan seorang pekerja kantoran yang terjebak pada rutinitas sehari-hari membosankan. Dibalik rutinitas tersebut, Walter Mitty selalu membayangkan petualangan luar biasa yang melibatkan orang-orang sekitarnya. Imajinasi ini membawa Walter MItty untuk melamun dan diam secara sejenak ditengah aktifitasnya. Konflik mulai terjadi ketika Walter Mitty memperoleh paket negatif dari O’Connell, fotografer terbaik Life. Paket tersebut berisi foto-foto terakhirnya untuk Life termasuk negatif nomor 25 yang berisi foto untuk cover terakhir majalah Life. Namun Walter Mitty tidak bisa menemukan negatif nomor 25 yang dimaksud. Terdesak oleh permintaan Ted Hendricks sang manajer transisi, Walter terpaksa untuk melacak lokasi keberadaan O’Connell. Berbekal keberanian yang sebagian besar dari rasa nekat, Walter Mitty memutuskan untuk pergi ke Greenland untuk mencari O’Connell. Kisah The Secret Life of Walter Mitty memang terkesan membosankan dan biasa, namun Ben Stiller berhasil mengemas film ini dengan tumpukan imajinasi Walter Mitty sehingga memberikan campuran emosi pada setiap adegannya. Kemasan tersebut dilengkapi dengan desain film bergaya indie dengan nuansa warna beragam. Lagu latar juga ikut melengkapi emosi penonton sehingga terbawa dalam nuansa imajinasi liar sang tokoh utama. Visual merupakan nilai utama The Secret Life of Walter Mitty. Film ini menggunakan gaya Neo-Noir dalam menunjukkan emosi Walter Mitty. Namun alih-alih menggunakan bayangan sebagai penunjuk emosi, The Secret Life of Walter Mitty menggunakan warna sebagai simbol dan karakteristik. Hal ini sangat terlihat ketika Walter Mitty berada di luar kantor, warna yang ditampilkan sangat beragam dan cerah, sementara warna di sekitar kantor bernuansa hitam-putih yang membosankan. Hal ini juga terlihat pada warna baju-baju karakter film ini yang menunjukkan emosi dan semangat yang diberikan pada Walter Mitty. Gaya ini berhasil disajikan dengan rapid dan tanpa sadar menunjun penonton pada emosi serta pertimbangan tokoh utama dalam menentukan pilihannya. Simbol lain selain warna juga ikut menghiasi penceritaan film ini. Simbol-simbol seperti jenggot yang menunjukkan kewibawaan dan kekuasaan adalah yang sangat terlihat sepanjang film ini. Selain itu gaya berpakaian seperti kemeja kantor, celana pendek, dan kaos polo juga menunjukkan orientasi karakter dalam berpikir. Selain cerita, visual dan musik latar, pilihan aktor dan aktris film ini benar-benar terasa sesuai. Ben Stiller dengan mimik khasnya berhasil menunjukkan emosi terpendam seorang imajiner yang terjebak dalam rutinitas keseharian membosankan. Adam Scott dengan gaya berhasil menunjukkan Ted Hendricks yang menyebalkan dengan gaya kepemimpinan manajer muda berkuasa yang tidak benar-benar mengerti kondisi di sekitarnya. Pemain lain yang ikut menarik perhatian adalah Kristen Wiig yang berperan sebagai Cheryl Melhoff dan menjadi motivasi Walter Mitty dalam petualangannya. The Secret Life of Walter Mitty berhasil membawa saya untuk tertawa, tersentuh, sekaligus berpikir kembali mengenai kehidupan. Film ini merupakan sebuah film yang dapat dilihat berkali-kali dan kembali memperoleh pesan yang baru.