Poster Sleep Call. (Dok. IDN Pictures/Sleep Call)
Salah satu kesan saya saat menyaksikan Sleep Call adalah sekali lagi, IDN Pictures berhasil menyajikan visual yang mantap di film mereka.
Penyajian visual ini, terutama penyajian Jakarta yang menjadi latarnya, terasa mantap.
Tapi bagaimana dengan kualitas filmnya sendiri?
Meski filmnya dibuka dengan adegan yang cukup brutal, kira-kira separuh awal Sleep Call itu sebenarnya lebih fokus ke drama ketimbang thriller. Di sini kamu akan diperlihatkan soal sulitnya hidup Dina, yang kerja di perusahaan pinjol sementara dia sendiri terjerat utang.
Kita akan diperlihatkan interaksi Dina dengan rekan-rekannya, pekerjaannya yang tergolong kejam, dan juga kegembiraannya saat berinteraksi dengan Rama.
Mungkin ada penonton yang akan merasa bagian drama ini cukup lama. Saya bahkan tak heran kalau misalnya kamu akan sempat bertanya-tanya, apakah film ini beneran thriller atau drama psikologis.
Namun begitu film ini memasuki bagian thriller-nya, yang memiliki beberapa twist mengejutkan, film ini cukup memukau saya.
Tiba-tiba beberapa hal yang sudah disajikan di bagian awal film terasa merupakan petunjuk dari kejutan yang dipersiapkan di akhir-akhir. Situasi di bagian thriller ini pun bagi saya terasa semakin mengena karena bagian awal film sudah memberi kita gambaran soal karakter-karakter film ini.
Unsur-unsur yang dibawakan di film ini pun bisa terasa relatable dengan kehidupan sekarang. Topik seperti sleep call, jeratan pinjaman online, dan kesendirian saya rasa akan mudah dipahami oleh para penontonnya.
Laura Basuki secara keseluruhan berhasil menyajikan karakter Dina dengan mantap. Deretan aktor dan aktris lain pun berhasil membawakan peran mereka dengan baik.