Ratu Tritoma One Piece dari suku Kuja. (Dok. Shueisha, Eiichiro Oda, Toei Animation/One Piece)
Melihat pola dari kasus Shakuyaku dan Gloriosa, ada satu teori yang bisa menjelaskan nasib tragis Ratu Tritoma.
Seperti dua pendahulunya, besar kemungkinan Tritoma juga jatuh cinta pada seseorang. Namun berbeda dari Shakuyaku yang cintanya terbalas, dan Gloriosa yang kemungkinan ditinggal mati oleh orang yang dicintainya, Tritoma mungkin mencintai seseorang yang tidak membalas perasaannya, dan yang masih hidup saat ia wafat. Dalam skenario ini, Penyakit Cinta yang ia derita tidak menemukan jalan keluar, hingga akhirnya merenggut nyawanya.
Yang menarik, Tritoma tampaknya tidak mengikuti jejak dua ratu sebelumnya yang meninggalkan Amazon Lily demi menyikapi masalah cinta mereka.
Shakuyaku keluar dari pulau dan berujung tinggal di Kepulauan Sabaody, hidup berdampingan dengan Rayleigh. Gloriosa bahkan sempat meninggalkan pulau dan reputasinya tercoreng, hanya diizinkan kembali karena pengampunan dari Tritoma sendiri. Itu pun Gloriosa sadar diri dan memutuskan hidup menyendiri di luar desa.
Namun tidak ada catatan atau dialog yang mengindikasikan Tritoma pernah hidup di luar Amazon Lily selain dalam kapasitasnya sebagai kapten Bajak Laut Kuja. Ia tampaknya tidak pernah benar-benar mencari pelampiasan atau solusi di luar pulau. Ia tetap tinggal dan memikul tanggung jawab sebagai pemimpin sampai akhir hayatnya.
Mungkin justru karena ia terlalu setia pada tugas dan tidak pernah menghadapi rasa cintanya secara langsung, Penyakit Cinta itu berkembang tanpa henti, hingga akhirnya mengakhiri hidupnya, tak seperti Gloriosa dan Shakuyaku yang menemukan jalan selamat, baik karena cinta terbalas maupun karena takdir yang menyakitkan.
Memang ini hanya teori. Tapi jika benar, maka nasib Tritoma adalah yang paling pahit di antara empat ratu Kuja.
Kalau kamu punya teori sendiri soal Tritoma atau Penyakit Cinta ini, bagikan pendapatmu di kolom komentar!