4 Dampak Buruk dari Kebiasaan Oda Bikin Kematian Palsu di One Piece
Fans jadi sulit percaya seorang karakter beneran mati
Eiichiro Oda gak suka membangkitkan kembali karakter yang sudah mati. Sebagai gantinya, dia bikin karakter One Piece sulit sekali mati.
Banyak momen di mana karakter One Piece disangka mati namun kemudian terungkap masih hidup. Salah satu contoh yang paling jelas adalah Pell.
Apa sih dampak buruk kebiasaan Oda bikin kematian palsu di One Piece?
1. Membuat adegan pengorbanan mereka jadi kurang epik
Ada adegan pengorbanan One Piece yang bisa terasa epik dan memukul kalau karakternya beneran mati.
Salah satunya ya adegan Pell. Mengingat setelah kejadian itu Pell gak berperan banyak, membiarkan Pell mati sebagai pahlawan mungkin bakal membuat momen meledaknya bom di atas Alabasta terasa sangat mengharukan.
Satu-satunya efek buruk kalau Pell mati di situ mungkin Luffy dan Vivi akan lebih sulit memaafkan Crocodile. Kita lebih mudah menerima Crocodile karena pada akhirnya, si penjahat itu tidak membuat kematian berarti di alur Alabasta.
Tapi karena Pell kemudian terungkap masih hidup, kalau kamu baca ulang adegannya ya impact-nya jadi gak terasa seberapa.
Baca Juga: Teori One Piece: Kapan Luffy dan Zoro Bakal Balik Bertarung?
2. Bikin kesal beberapa fans
Biasanya kalau ada karakter yang terungkap masih hidup, fans One Piece akan terbagi.
Ada yang senang, ada juga yang kesal karena beberapa karakter itu sebenarnya momen kematiannya sudah terasa keren.
Apalagi kalau ada jeda panjang antara momen karakter itu dikira mati dan kemudian diungkap masih hidup.
Jadinya semakin sulit juga percaya kalau ada tokoh One Piece mati.
3. Begitu ada kematian beneran, fans sulit percaya
Yasuie tewas karena ditembak? Pedro tak berbekas setelah meledak?
Izo dan Ashura Doji ternyata mati di Onigashima?
Kalau di manga lain, kejadian begini akan membuat pembaca terkejut karena karakter-karakter seperti itu ya pastinya mati.
Tapi karena ada banyak kematian palsu di One Piece, dan karakter One Piece sendiri terkenal luar biasa tangguh, fans jadi susah memproses momen kematian sejati begini.
Teori Oden masih hidup namun ditahan oleh Kaido, misalnya, sempat mengemuka saat Oden palsu muncul di hadapan Akazaya Nine.
4. Impact dari adegan pengorbanan karakter jadi berkurang karena fans masih mengira karakter tertentu bisa saja selamat
Ini berhubungan dengan poin ketiga.
Karena fans telanjur sulit percaya seorang karakter beneran mati, maka kalau ada pengorbanan epik, momennya kadang kerasa berkurang impact-nya karena persepsi pertama kita adalah si karakter bisa saja selamat.
Ini terjadi saat Kiku dan Kanjuro sepertinya tewas di bab 1014, lalu Kinemon ditusuk di bab 1015.
Luka mereka tampaknya fatal. Tapi karena Oda terlalu sering membuat kematian palsu, pembaca jadi belum yakin apakah mereka beneran mati atau tidak.
Saya pribadi ketimbang terpukul dengan pengorbanan mereka malah jadi lebih memikirkan, "Ini sudah beneran mati apa masih bangun lagi nanti?"
Akhirnya impact adegannya jadi terasa tidak sebesar seharusnya. Ada yang masih bakal mikir kalau karakter-karakter ini mungkin bisa bangkit lagi nanti. Seperti rekan-rekan Wyper yang disangka mati disetrum Enel, tapi begitu perang selesai semuanya bangun lagi.
Pada akhirnya, Izo dan Ashura Doji memang terungkap mati.
Tapi Kinemon kemudian terungkap masih hidup, dengan penjelasan yang kurang memuaskan pula, jadinya tren ini masih berlanjut.
Nah, itu empat dampak buruk kebiasaan Oda bikin kematian palsu di One Piece.
Gimana menurut kamu? Setuju gak? Sampaikan di kolom komentar!
Pertama diterbitkan 11 Juni 2021, diterbitkan kembali 29 Juni 2024.
Baca Juga: Yuk Kenalan! Ini 7 Fakta OPFCI, One Piece Fans Club Indonesia!