Meruem (dok. Madhouse/ Hunter x Hunter)
Sebagai protagonis dalam anime shounen, Gon Freecss menonjol bukan karena kekuatan luar biasa sejak awal, tapi karena pertumbuhannya yang terasa realistis. Dalam Ujian Hunter, Gon bertumpu pada insting, kecerdikan, dan ketekunan, dan itu pun tetap belum cukup untuk menyaingi tokoh seperti Hisoka atau Hanzo.
Seiring waktu, Gon berkembang. Di Greed Island, ia mulai mempelajari Jajanken, teknik Nen khasnya yang ikonik. Namun puncak ujiannya sebagai karakter bukan terjadi di sana, melainkan dalam Chimera Ant Arc, sebuah bagian cerita yang bisa dibilang sebagai kulminasi naratif dan tematik dari seluruh seri.
Arc ini menyetir tone Hunter x Hunter ke arah yang jauh lebih gelap dan dewasa. Kita melihat Gon, Killua, dan Kite berhadapan dengan ancaman yang begitu ekstrem, hingga terasa mustahil bagi anak-anak seusia mereka untuk bisa menghadapinya. Tak seperti petualangan seru sebelumnya, Chimera Ant Arc mengupas brutalnya moralitas, eksistensi, dan apa artinya menjadi “manusia”.
Salah satu momen paling mengejutkan adalah ketika Gon, yang selama ini dikenal sebagai tokoh penuh empati, berubah menjadi sosok penuh amarah kelam karena kematian Kite. Amarahnya cukup besar untuk membuat Neferpitou salah satu villain paling ditakuti, yang sebelumnya mampu memenggal Kite tanpa masalah, mengalami ketakutan sejati. Gon kehilangan sisi kepolosannya dan berubah menjadi manifestasi kemarahan dan balas dendam, mengorbankan segalanya demi kekuatan sesaat. Transformasi ini bukan hanya emosional, tapi juga tragis.
Tapi Chimera Ant bukan hanya tentang Gon. Arc ini kaya akan pertarungan yang menegangkan dan penuh aksi: dari pertempuran penuh strategi antara Youpi dan para Hunter, hingga duel epik Netero vs Meruem yang dipenuhi aksi seru dan dialog menarik. Namun, di balik semua aksi tersebut, justru karakterisasi Meruem, sang Raja Semut, yang menjadi sorotan paling tajam.
Diperkenalkan sebagai makhluk buas yang dingin dan superior, Meruem perlahan mengalami perubahan drastis setelah bertemu Komugi, seorang gadis buta dan lemah secara fisik, namun dengan kejeniusan luar biasa dalam permainan Gungi. Dari hubungan sederhana ini tumbuh empati, keingintahuan, dan pada akhirnya… kemanusiaan. Evolusi Meruem dari predator ke individu yang mampu mencintai adalah salah satu narasi redemption terbaik dalam anime.
Dan ironinya, Meruem yang tampak tak terkalahkan bukan dikalahkan melalui kekuatan melainkan oleh radiasi nuklir. Ia tidak kalah dalam duel, tapi justru dihadapkan pada sisi kelam manusia: senjata pemusnah massal. Sebuah pesan tajam dari Togashi, bahwa kegelapan manusia bukan terletak pada kekuatan fisik, tapi pada kapasitas untuk menghancurkan. Bahkan Chimera Ant pun tidak siap dengan potensi kehancuran manusia yang dibawa Netero lewat Miniature Rose di dalam dirinya.
Akhir Meruem dan Komugi yang tenang dan mengharukan menjadi penutup sedih dari kekacauan yang mereka lewati, sebuah titik damai dalam dunia yang brutal. Chimera Ant Arc bukan hanya salah satu arc terbaik dalam Hunter x Hunter, tapi juga salah satu yang paling kompleks, emosional, dan filosofis dalam sejarah anime.