Akaza di sampul bab 156. (Dok. Shueisha/Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba)
Meski kepalanya sudah terputus, tubuh Akaza kemudian masih bisa bertarung dan menyerang balik di bab 153.
Tanjiro merasakan Akaza ingin membuat kepalanya bukan lagi jadi titik lemahnya.
Akaza benar-benar hampir jadi iblis yang tidak mati meski lehernya sudah ditebas. Bahkan, meski kepalanya yang sudah terlepas telah sirna, kemudian muncul kepala baru dari leher Akaza.
Namun, Akaza teringat masa lalu tragisnya sebagai Hakuji, identitasnya saat masih jadi manusia dulu. Bab 154 dan 155 diisi dengan kilas balik masa lalu sedih Hakuji.
Kemudian, ada momen di bab 156 dimana Tanjiro mencoba menyerang Akaza, tapi pedangnya terlepas dari tangannya. Jadi Tanjiro hanya bisa meninju Akaza.
Tinju Tanjiro itu membuat Akaza mengingat kalau dia membenci orang lemah, seperti orang yang meracuni sumur yang digunakan tunangan dan gurunya untuk minum.
Lalu Akaza juga mengingat dia sudah membunuh orang dengan tinjunya, dia telah menodai gaya Soryuu gurunya, dan dia tidak bisa menghormati kata-kata terakhir ayahnya.
Kemudian Akaza mengeluarkan tekniknya untuk menghancurkan dirinya sendiri. Ia sempat tersenyum pada Tanjiro sebelum kepalanya hancur lagi.
Tubuh Akaza masih mencoba beregenerasi, tapi justru Akaza sendiri yang meminta tubuhnya untuk tidak beregenerasi, dan dia mengatakan pertarungan sudah berakhir dengan kekalahannya.
Bagi Akaza di bab 156, dia sudah kalah sejak lehernya tertebas Tanjiro di bab 152.
Setelah sempat berinteraksi dengan jiwa ayahnya, gurunya, dan tunangannya, tubuh Akaza sirna di akhir bab 156.