Potret perbedaan anime dan kartun (dok. Otaku No Club/ Perbedaan anime dan kartun)
Untuk bisa membahas topik ini, ada yang harus kita perhatikan.
Seperti sudah saya sebutkan di poin pertama, di Jepang sebenarnya anime mengacu kepada segala jenis animasi.
Tapi untuk pembahasan ini, kita anggap anime murni mengacu pada animasi Jepang, sementara kartun adalah animasi internasional.
Setelah mengetahui pengertian anime dan kartun, selanjutnya mari simak beberapa perbedaan anime dan kartun yang cukup mencolok.
1. Pendekatan Visual yang Khas dari Anime
Salah satu ciri utama anime terletak pada desain visualnya. Mata besar yang ekspresif, bentuk wajah yang lebih ramping, serta tata warna yang berani menjadi elemen yang sering terlihat. Bahkan di era ketika animasi barat mulai lebih "berani" secara visual, gaya anime tetap mempertahankan estetika tertentu yang khas, seperti yang kita lihat pada serial seperti Demon Slayer atau Jujutsu Kaisen.
Latar belakang dalam anime pun sering kali sangat detail, hampir menyerupai lukisan digital. Ini memberikan suasana yang sinematik, berbeda dari banyak animasi barat yang lebih minimalis untuk efisiensi produksi.
2. Emosi yang Dieksplorasi Mendalam dalam Anime
Anime dikenal dengan caranya menggambarkan emosi, sering kali melalui adegan sunyi, monolog batin, atau ekspresi wajah yang intens.
Ekspresi hiperbola dalam anime juga digunakan bukan hanya untuk komedi, tetapi untuk menegaskan momen-momen emosional, seperti rasa malu, marah, atau kehilangan.
Bukan berarti animasi barat tidak bisa emosional. BoJack Horseman dan Steven Universe adalah contoh kuat, terutama BoJack Horseman yang benar-benar bisa bikin penonton merenung. Tapi anime cenderung menyelami perasaan karakter hingga ke akar psikologisnya, bahkan dalam genre aksi atau fantasi sekalipun.
3. Lagu Pembuka dan Penutup yang Ikonik dan Variatif dari Anime
Anime dikenal memiliki lagu pembuka (opening) dan penutup (ending) yang bukan hanya pengantar, tapi juga bagian tak terpisahkan dari identitas serial. Lagu-lagu ini sering kali berganti di setiap musim atau arc cerita, dan liriknya biasanya mencerminkan tema atau emosi karakter. Tak jarang, lagu pembuka menjadi begitu populer hingga dikenang lebih lama dari serialnya sendiri, contohnya seperti “Guren no Yumiya” dari Attack on Titan atau “Unravel” dari Tokyo Ghoul.
Animasi barat juga memiliki opening yang ikonik, seperti The Simpsons, Avatar: The Last Airbender, atau Teen Titans. Namun, perbedaannya terletak pada format dan intensitas penyegaran. Animasi barat cenderung menggunakan lagu tema instrumental (BGM) atau jingle pendek yang konsisten dan jarang berubah sepanjang musim. Ini memberikan rasa akrab, tapi tidak terlalu fleksibel dalam mengikuti perkembangan cerita atau perubahan nada emosional seperti pada anime.
Dengan kata lain, jika animasi barat mengandalkan kekuatan nostalgia dari satu lagu tema yang terus digunakan, anime memanfaatkan keragaman musikal sebagai bagian dari ekspresi cerita.
4. Struktur Cerita Anime yang Lebih Panjang dan Tersegmentasi
Anime sering dirancang dengan cerita panjang, dibagi menjadi arc atau musim. Cerita bisa berkembang selama puluhan bahkan ratusan episode, memungkinkan pengembangan karakter dan dunia yang mendalam.
Selain itu, anime memiliki segmentasi demografi seperti shounen (remaja laki-laki), shoujo (remaja perempuan), seinen (dewasa pria), hingga josei (dewasa wanita). Setiap kategori punya gaya bercerita dan tema yang berbeda.