Evil Eye Dandadan. (Dok. Muse Indonesia, Studio Saru/DAN DA DAN: EVIL EYE)
Saya sempat berpikir (dan mungkin memang ini berlaku untuk semua arc DAN DA DAN) kalau Cursed House arc yang jadi pembuka season 2 DAN DA DAN ini sebenarnya sangat layak dijadikan film.
Tentu, perlu ada recap singkat di awal untuk memberi konteks bagi penonton baru. Tapi dari segi struktur plot, ritme cerita, dan eksekusi visual yang memikat dari Science SARU, tiga episode perdana ini punya kualitas sinematik yang kuat. Alurnya terasa mulus, dengan arah cerita yang jelas dan atmosfer yang padat.
Sayangnya, ada satu masalah utama: karena hanya terdiri dari tiga episode, kisahnya terasa nanggung.
Cursed House arc yang tersaji di DAN DA DAN: EVIL EYE ini diadaptasi hingga sekitar pertengahan bab 45 manga, sementara versi manganya untuk alur ini berlanjut hingga bab 50. Artinya, film ini berakhir di titik yang mendekati klimaks namun belum sampai ke resolusi. Tepat saat tensi naik, kita malah diajak berhenti.
Sebagai film preview, DAN DA DAN: EVIL EYE jelas menjalankan fungsinya dengan baik: memberi gambaran tentang musim kedua dan memancing antusiasme untuk episode selanjutnya.
Tapi untuk penonton yang sudah terbawa suasana oleh alur tiga episode beruntun tanpa jeda (seolah sedang menonton film utuh) akhir yang menggantung ini justru terasa kurang memuaskan.