TUTUP

Salah Kaprah Sensor Televisi Indonesia, Sebenarnya Siapa Sih Yang Memberi Sensor?

Sebenarnya, siapa sih yang memberi sensor televisi Indonesia? Apakah KPI, LSI, atau... Illuminati? Berikut ini penjelasannya serta contoh bahwa sensor dalam anime/kartun bisa dilakukan tanpa asal main blur.

Sebenarnya, siapa sih yang memberi sensor televisi Indonesia? Apakah KPI, LSI, atau... Illuminati? Berikut ini penjelasannya serta contoh bahwa sensor dalam anime/kartun bisa dilakukan tanpa asal main blur.

[read_more id="239372"]

Belakangan ini, ramai kembali sensor yang dilakukan terhadap Versi Barat∇

Versi Jepang∇

Versi Barat∇

Kasusnya hampir sama seperti Shizuka, yaitu anak-anak perempuan yang mengenakan baju renang. Bedanya, sensor diatas terlihat lebih niat: alih-alih diberi efek blur, pakaian renang mereka diedit. Sensor yang mereka lakukan pun tidak hanya sebatas edit sedikit dari adegan yang ada lho! Bahkan ada adegan yang diganti seluruhnya. Misalnya adegan yang memperlihatkan cowok-cowok gymn mengenakan celana dalam pun diganti total dengan acara memasak:

Versi Jepang∇

Versi Barat (diganti total) ∇

[read_more id="238469"]

Hal yang sama juga pernah diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap Doraemon supaya anime tersebut jadi lebih cocok untuk dikonsumsi anak-anak disana. Untuk animasi dan kartun, contoh-contoh diatas jelas jauh lebih baik daripada asal blur. Masalah bisa atau tidaknya stasiun televisi untuk melakukan sensor seperti diatas, itu masalah mereka karena memang itu pekerjaan mereka.

Mungkin terdengar egois, tapi itu sudah menjadi tanggung jawab pihak stasiun televisi yang bersangkutan. Lalu bagaimana jika pihak televisi memutuskan untuk tidak menayangkan anime karena mereka tidak mau rugi (baca: tidak mau repot) mengeluarkan biaya untuk melakukan sensor? Berarti mereka memang sejak awal tidak memikirkan penonton. Sederhana.

Gambar: Kaskus, Rocketnews