TUTUP

5 Alasan Kenapa Doraemon Jelas Bukan Untuk Anak Kecil!

Lha, kalau ceritanya begini, mestinya ratingnya untuk dewasa saja!

Semenjak dari kemunculan pertamanya pada akhir tahun 60-an, Doraemon sepertinya menargetkan konsumen anak kecil. Hal ini terbukti dengan ceritanya yang ringan, lucu, dan sederhana. Hanya setelah ada versi film bioskop bertema petualangan, Doraemon mulai memperkenalkan plot baru dengan alur cerita yang lebih kompleks, seperti alien dan romatika remaja. Walau demikian, rumitnya film tersebut masih dapat dinikmati anak kecil, terbukti dengan derasnya antusiasme pengunjung film bioskopnya, tentu termasuk peminat di Indonesia Baca: 7 Alasan Kenapa Kamu WAJIB Nonton Stand By Me Doraemon Namun demikian, entah disadari atau tidak, sebenarnya dari awal Doraemon memiliki tema yang kompleks dan rumit, bahkan mengusung paradoks yang tidak mudah dijelaskan. Inilah beberapa alasan yang menjelaskan kenapa Doraemon sebenarnya bukan untuk anak kecil.


[page_break no="1" title="Nobita Terlalu Mesum"]
Seperti kebanyakan anak usia remaja, wajar jika agak "penasaran" dengan lawan jenis. Namun sepertinya Nobita berbeda karena punya akses gadget Doraemon untuk "urusan" ini. Salah satu contoh adalah seringnya Nobita muncul di kamar mandi Shizuka menggunakan pintu kemana saja. Nah, tentunya jika hanya ingin main ke rumah Shizuka tidak lewat kamar mandinya, kan?. Baca: Para Shizuka Dunia Nyata Yang Cantik Banget! Tentunya pembaca duniaku ingat bahwa pintu kemana saja akan mengantarkan sesuai dengan lokasi yang ada didalam pikiran pemakaianya. Jadi, tidak berlebihan jika kita menganggap di pikiran Nobita selalu muncul Shizuka sedang mandi. Memang sih, kultur jepang sedikit berbeda dengan Indonesia, misalnya dengan adanya bath house yang sharing antara laki laki dan perempuan. Tapi rasanya untuk usianya, Nobita terhitung sangat mesum.
[page_break no="2" title="Karakter Nobita Punya Kecenderungan Psikopat"]
Penggambaran tokoh Nobita yang malas, canggung dan sering di-bully memang mampu memikat masyarakat. Karakter ini sangat berbeda dengan kebanyakan masyarakat Jepang tahun 70-an yang harus bekerja sangat keras untuk memperbaiki ekonomi pasca kekalahannya di perang dunia ke- 2. Pasca hadirnya Doraemon, Nobita sendiri digambarkan malah semakin tergantung bahkan memanfaatkan gadget dari masa depan untuk kepentingannya sendiri. Bahkan beberapa kali penggunaan alat tersebut mencelakakan orang lain, khususnya Doraemon, atau bahkan orang tuanya sendiri. Selain itu Nobita juga dikenal ingin menjadi yang paling hebat, selalu iri dengan pencapaian dan fasilitas dan rekan-rekannya. Contohnya adalah pada saat Suneo memamerkan mainannya, Nobita pasti selalu merengek kepada Doraemon untuk bisa melebihinya menggunakan alat masa depan. Di kesempatan lain, Nobita seringkali ingin berbuat curang! Salah satunya pada saat diberikan alat Doraemon untuk pena yang selalu menjawab benar. Alih-alih hanya menggunakannya pada saat mengerjakan PR, Nobita malah menggunakannya untuk ujian. Karakter Nobita ini sepertinya memunjukkan kecenderungan gejala penyakit psikosis menurut ICD 10 atau lebih dikenal dengan sakit jiwa. Di mana ciri cirinya sudah disebutkan dalam beberapa kejadian sebelumnya seperti tidak mau kalah secara akut, cenderung curang dan mencelakai orang lain. Memang sih karakter nobita dibuat secara komikal, artinya memang lucu lucuan dan tidak harus rasional. Tapi dengan pertanda ini entah disadari atau tidak memiliki beberapa ciri khas penyakit psikosis.
[page_break no="3" title="Paradoks Mesin Waktu"]
Paradoks mesin waktu adalah situasi paradoksal yang terkait dengan perjalanan waktu. Situasi ini muncul karena timbul pertanyaan, apa yang terjadi jika ada penjelajah waktu yang pergi ke masa lalu untuk mengubah kejadian yang terkait dengan keberadaan dirinya. Contohnya adalah apa mungkin seorang penjelajah waktu kembali ke masa lalu untuk membunuh orang tuanya sendiri. Di Doraemon sendiri, tema ini menjadi plot utama yang mendasari seluruh jalan cerita. Doraemon sendiri merupakan robot canggih dari abad 22 yang dikirim oleh cucu dari cucu Nobita, Sewashi. Tujuan dari pengiriman Doraemon tidak lain adalah untuk membuat Nobita bahagia, salah satunya dengan membantunya mengubah masa depan yang tidak menyenangkan. Salah satu masa depan berubah adalah Nobita tidak jadi menikah dengan Jaiko, namun dengan Shizuka. Dengan demikian muncul pertanyaan, jika Nobita menikah dengan Shizuka, lalu bagaimana nasib Sewashi? Padahal Sewashi sendiri harusnya merupakan keturunan dari Nobita dan Jaiko. Beberapa edisi manga selanjutnya menjelaskan bahwa Sewashi sendiri masih ada, bahkan membawa Dorami ke zaman Nobita melalui mesin waktu. Lalu apa yang terjadi, bagaimana mungkin Sewashi masih ada, padahal Nobita menikah dengan orang lain? Satu satu kemungkinan yang terjadi adalah alur waktu yang dialami Sewashi dan Nobita bercabang, alias paralel, sehingga jikapun sejarah Nobita berubah, jalan sejarah Sewashi juga tidak akan terpengaruh. Jika ini yang terjadi maka jalan cerita Doraemon mengikuti teori alam semesta paralel. Para ilmuwan pendukung hipotesa bahwa alam semesta paralel sendiri cukup terkenal, diantaranya Stephen Hawking dalam beberapa karyanya. Dalam teorinya Hawking mengatakan bahwa alur waktu bukan seperti sungai namun seperti jaringan dengan banyak percabangan dan kemungkinan. Masing masing kemungkinan kemudian membentuk alam semesta baru. Namun demikian, harusnya Sewashi tidak ada gunanya kembali ke masa lalu untuk membantu Nobita. Toh kalaupun tidak dibantu, dirinya pun tidak terpengaruh. Atau jika ternyata alur masa adalah paralel maka Sewashi harus membantu semua Nobita yang di masa lalu-yang bisa berjumlah tak terbatas.
[page_break no="4" title="Paradoks Mesin Waktu (Lagi)"]
Walau sudah dijelaskan pada butir sebelumnya bahwa hadirnya Doraemon tidak mengubah masa depan, rupanya teori dan penjelasan ini tidak sejalan dengan film terbaru Doraemon Stand By Me. Baca: Stand By Me Doraemon Sukses Bikin 90% Penonton Nangis di Dalam Bioskop! Kita bisa perhatikan kondisi kota yang diusung pada saat Nobita melamar Shizuka nampak bahwa perkembangan teknologi sudah sedemikian maju. Padahal pada saat Nobita masih di sekolah dasar, sepertinya perkembangan teknologi masih setara dengan tahun 80 an, bahkan 70-an. Lalu apa yang mungkin terjadi dalam masa yang hanya belasan tahun itu. Rasanya ada dua kemungkinan yang masuk diakal. Kemungkinan yang pertama adalah ada intervensi alien, sehingga perkembangan teknologi sangat cepat dalam masa 20 tahun tersebut. Kemungkinan kedua adalah hadirnya Doraemon dengan gadget ajaibnya mengakselerasi perkembangan teknologi umat manusia. Jika berasumsi ternyata kemungkinan kedua yang terjadi, maka kehadiran Doraemon dapat mengubah jalannya sejarah. Dengan demikian karena kedua versi cerita tersebut resmi, maka satu satunya kemungkinan adalah alam semesta Doraemon selain bercabang juga linier. Dengan alam semesta serumit ini, bisa jadi semesta Doraemon ternyata hanyalah program komputer yang memungkinkan ketidakkonsistenan dengan teori fisika yang sekarang kita kenal.
[page_break no="5" title="Pesan Moral Yang Diusung Sulit Dipahami"]
Dalam setiap akhir cerita, Nobita seringkali mendapatkan "pelajaran" dari keusilannya saat menggunakan alat masa depan. Namun anehnya Nobita selalu mengulang kesalahan yang sama, yaitu menyalahgunakan alat dari Doraemon di kesempatan lain. Bahkan seringkali sampai mencelakakan orang banyak. Tentunya melihat kejadian ini pesan moral yang diusung cukup sulit dipahami. Karena walaupun Nobita selalu dihukum, tapi dia tetap boleh mengulang kesalahan yang sama. Apakah sebenarnya yang terjadi? Apakah di dunia Nobita memang boleh anak berbuat kesalahan yang sama berulang ulang ? Apakah Doraemon tidak mengambil sikap disini ? Lalu, apakah orangtuanya diam saja melihat keadian ini? Entahlah, yang jelas premis ini selalu diulang ulang, bahkan sampai film Doraemon paling baru Stand By Me. Karena kompleksnya pesan moral di cerita Doraemon, sepertinya hanya orang lebih dewasa yang dapat memahami sehingga harusnya film ini diganjar rating semua umur.