Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App

Untuk yang bertanya-tanya kenapa di Dragon Ball Super tidak ada darah, penjelasan ini mungkin bisa memuaskan rasa ingin tahumu.

Benarkah di

Dragon Ball Super

tidak ada darah? Sebagai bahan pembanding, mari kita lihat apa yang terjadi saat lengan Piccolo lepas di

Dragon Ball

lama.

Kalau kamu bingung, memang di awal-awal darah Piccolo berwarna merah. Baru kemudian darahnya menjadi ungu.

Lalu di

Dragon Ball Super

, saat Piccolo serta duo Namek Saonel dan Pirina kehilangan lengan, efeknya begini.

Ada cairan yang muncrat, tapi warnanya kehijauan, bukan ungu maupun merah. Itu pun jumlahnya sama sekali tak bisa dibandingkan dengan yang di seri

Dragon Ball

lama. Apa yang terjadi?

Sensor di Jepang Semakin Ketat

Ya, bukan hanya Indonesia saja negara yang memperketat sensor di televisi. Di Jepang pun badan sensornya terus mengetatkan penampilan dari adegan-adegan yang dinilai kurang pantas.

Pernah lihat

JoJo's Bizarre Adventure: Stardust Crusaders

? Setiap Jotaro merokok, seluruh mulutnya ditutupi oleh bayangan hitam. Kamu harus nonton

blu-ray

untuk menyaksikan adegan ini tanpa diganggu. Padahal di

Rurouni Kenshin

dulu saja, yang serial tahun 90an, Saito dapat merokok dengan bebas.

Masih di

Stardust Crusaders

juga, bila organ seseorang berlubang, ada bayangan hitam yang menutupinya.

Kemudian untuk kasus

fanservice nudity

, penggunaan kilau cahaya atau asap untuk menutupi tubuh karakter juga sering dilakukan.

Nah, anime

Dragon Ball

pertama diputar di tahun 1986. Saat itu, standar sensor di Jepang masih lebih rendah dari sekarang. Bahkan adegan kekerasan dengan darah dan organ muncrat di

Fist of North Star

saja dapat tersaji dengan bebas.

Sekarang, kekerasan, merokok, dan

fanservice

sudah lebih diamati. Jadi studio tidak bisa dengan bebas membuat pancuran darah, terutama untuk serial yang ditayangkan di televisi. (Serial yang ditujukan ke

blu-ray,

atau versi

blu-ray

anime TV, kadang lebih bebas dalam hal ini).

Bahkan sebenarnya bukan darah saja. Masih ingat petarung Universe 4 yang mencoba menggoda Master Roshi?

Saat dia menggoda Roshi, pakaian gadis ini tetap tergolong cukup sopan. Paling hanya bagian kulitnya yang terlihat lebih banyak.

Sementara itu, di seri

Dragon Ball

asli Krillin menarik turun pakaian Bulma, memperlihatkan dadanya, agar Master Roshi mimisan. (Adegan ini juga disensor di televisi Indonesia tentunya).

Secara keseluruhan, unsur kekerasan dan sensualitas yang diizinkan di TV Jepang sudah lebih ketat dibanding tahun 80an akhir.

Dragon Ball Super Ditarget untuk Semua Umur

JoJo

ditarget untuk penonton remaja hingga dewasa. Karenanya adegan seperti Jotaro merokok atau kekerasan brutal tetap ada, hanya disensor dengan selubung hitam saja.

Nah, faktor lain

Dragon Ball Super

tidak ada darah adalah karena seri yang satu ini ditargetkan untuk semua umur. Jadi

mindset

para animator sejak awal adalah tidak menambahkan darah, tidak memberi adegan sensual berlebihan, dan sekalian saja tidak ada rokok.

Seri ini juga ditayangkan di jam

prime time

untuk anak-anak, seperti di Indonesia dulu: Minggu pagi jam 09.00 sampai 09.30. Lengkaplah alasan para animator untuk menahan diri agar tidak menyajikan darah.


Nah, itulah penjelasan kenapa

Dragon Ball Super

tidak ada darah. Bagaimana pendapatmu? Apakah ketiadaan darah dan kekerasan berlebihan ini mengganggu kenikmatanmu dalam menonton? Sampaikan di kolom komentar!

Silakan juga

share

dan

tag

artikel ini ke teman-temanmu yang penasaran terhadap topik ini!

Editorial Team