8 Fakta Culling Game Jujutsu Kaisen, Permainan Kematian?
Sekarang peserta bisa mundur dari permainan maut tersebut
Culling Game merupakan kompetisi hidup dan mati yang menjadi fokus utama cerita Jujutsu Kaisen sekarang, di mana Yuji dan teman-temannya harus menjadi pesertanya demi menghentikan aksi keji Kenjaku.
Apa saja fakta menarik dari Culling Game? Berikut daftarnya!
Baca Juga: 12 Peserta Culling Game Jujutsu Kaisen Terkuat di Koloni Tokyo 1
1. Culling Game dibuka ketika para pesertanya dibangkitkan dengan teknik Idle Transfiguration oleh Kenjaku
Culling Game sendiri aktif pasca berakhirnya peperangan di Shibuya.
Saat itu, Kenjaku yang berhasil menelan Mahito menggunakan teknik Idle Transfiguration untuk membangkitkan dua macam orang yang ia tandai, yaitu manusia yang memiliki objek kutukan dan individu dengan teknik kutukan yang terukir.
Pada kasus pertama, fenomena ini akan melahirkan kemunculan para penyihir dari era kuno seperti Ryu Ishiguro, Hajime Kashimo dan Yorozu yang baru bangkit di tubuh Tsumiki.
Sedangkan yang kedua akan menjadi penyihir baru seperti Hiromi Higuruma dan Fumihiko Takaba.
2. Terdapat beberapa koloni yang akan menjadi arena pertarungan para peserta
Dalam Culling Game ada beberapa koloni yang akan menjadi tempat para peserta bertarung.
Koloni di Culling Game sendiri dibedakan berdasarkan nama kota seperti Tokyo, Sendai dan Sakurajima.
Nah, daerah yang menjadi koloni sendiri akan ditutupi penghalang raksasa yang mengijinkan semua peserta atau makhluk hidup bisa masuk jika mau namun tak akan membiarkan mereka keluar sesuka hati.
Biasanya, peserta yang masuk akan diteleport secara random seperti pada kasus Megumi dan Yuji yang terpisah meski mereka masuk secara bersamaan.
Meski terkurung dalam penghalang, sistem kelistrikan di dalam koloni masih berjalan normal sehingga para peserta masih bisa memakai fasilitas yang ada seperti peralatan elektronik.
3. Semua jenis peserta akan memiliki Kogane tanpa kecuali
Untuk memudahkan peserta dalam menghitung poin, pihak penyelenggara Culling Game akan memberikan shikigami bernama Kogane kepada semua peserta.
Shikigami ini sendiri bisa ditanya mengenai detail aturan Culling Game atau menyebutkan poin yang didapat peserta sejauh ini. Ia juga bertugas untuk mengkonfirmasi aturan baru yang diajukan peserta kepada pihak penyelenggara bisa diterima atau tidak.
Hanya pemain saja yang bisa memberi perintah pada Kogane miliknya sendiri. Makhluk itu akan menolak semua perintah dari pihak luar kecuali jika disetujui si pemilik.
4. Calon peserta yang sudah ditunjuk harus mendeklarasikan untuk ikut dalam waktu 19 hari
Masih sehubungan pada poin pertama, peserta yang dibangkitkan Kenjaku harus mendeklarasikan keikutsertaannya setelah 19 hari semenjak kebangkitkan.
Contohnya, jika Tsumiki bangun pada tanggal 31 Oktober, ia harus mengkonfirmasi akan ikut Culling Game sebelum tanggal 19 November.
Jika mereka melanggar, akan ada hukuman yang disebut pengangkatan teknik kutukan. Shoko sendiri berteori bahwa hukuman tersebut akan mempengaruhi bagian otak pemain sehingga bisa mengakibatkan kematian.
Aturan ini sendiri tak berdampak pada peserta lain seperti Maki Zenin yang memang tak punya teknik kutukan sejak awal.
5. Orang yang sejak awal berada di dalam koloni sebelum permainan dimulai diijinkan keluar dalam satu kali kesempatan
Pada poin kedua, kita sempat membahas penghalang pada suatu koloni mengijinkan orang yang ingin ikut bisa masuk namun tak akan membiarkan mereka keluar.
Nah, jika ada penduduk yang sejak awal berada di lokasi sebelum penghalang terbentuk, mereka punya kesempatan satu kali untuk keluar dengan aman.
Contoh kejadian tersebut pernah terjadi pada salah satu kakak kelas Yuji, Sasaki. Ia mengalami peristiwa itu saat terbangun di dalam koloni Sendai. Gadis itu memilih keluar dari koloni dengan dipandu oleh Kenjaku secara langsung.
6. Terdapat aturan mengerikan soal perolehan poin
Untuk mendapatkan poin dalam Culling Game, peserta diketahui harus mengakhiri riwayat peserta lain.
Ada beberapa perbedaan dalam angka yang diperoleh pemain tergantung target mana yang dihabisi.
Jika peserta menghabisi non-penyihir, maka poinnya cuma satu. Namun jika yang dibunuh adalah seorang penyihir atau roh kutukan, maka poin yang didapat adalah lima.
Kalau poin yang dimiliki tidak berubah dalam waktu sembilan hari, peserta itu akan menghadapi pengangkatan teknik kutukan dan dipastikan akan tewas.
Namun berkat usaha Yuji yang berhasil mempersuasi Higuruma, sekarang para peserta bisa saling transfer poin tanpa perlu saling membunuh.
7. Diperbolehkan menambah aturan jika memiliki 100 poin atau lebih
Ada satu hak istimewa yang bisa digunakan setiap peserta jika mereka berhasil mendapatkan minimal 100 poin.
Yup, hak itu adalah menambah aturan sesuai kesepakatan dengan pihak penyelenggara. Jika poinnya berhasil memenuhi kuota, peserta tinggal menghubungi Kogane masing-masing dan mengajukan aturan baru.
Jika dirasa cocok dan tidak bertentangan dengan aturan sebelumnya, Kogane akan menyetujuinya dan mengumumkan aturan baru tersebut ke semua peserta.
8. Peserta diperbolehkan mundur jika berhasil mengundang pemain baru ke dalam koloni dan menghabiskan 100 poin yang didapat
Awalnya, Culling Game sendiri didesain untuk menahan semua pemainnya agar tidak keluar sebelum kompetisinya berakhir.
Akan tetapi, Megumi berhasil membuat celah dengan menambah aturan di mana peserta boleh mundur dari Culling Game jika memenuhi dua syarat, yaitu bisa mengundang pemain baru untuk masuk ke dalam koloni dan memiliki 100 poin sebelum keluar.
Jika memenuhi dua syarat tersebut, peserta bisa bebas secara penuh dari permainan kematian tersebut.
Itulah fakta menarik tentang Culling Game, permainan kematian yang diselenggarakan Kenjaku demi ambisinya sendiri.
Bagaimana pendapat kalian?
Baca Juga: 8 Pemain Culling Game yang Bisa Lawan Sukuna yang Kuasai Megumi di JJK