Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dua tahun lalu, Ouya membuat kita terkesima, karena konsol game Android ini memikat banyak backer Kickstarter melalui konsepnya, hingga mendapatkan suntikan dana yang sangat besar, mencapai Rp. 110 milyar [baca: OUYA Tutup Penggalangan Dana dengan Meraih US $8.6 Juta]. Selama proses pengembangannya pun, sudah banyak dukungan masuk untuk ikut ambil bagian menjadi gamenya [baca: Dapatkan Dukungan Lebih Banyak Game, Kontroler OUYA Juga Menjadi Lebih Nyaman]. Sampai konsol mikro ini dirilis pun, sepertinya "kehebohan" terus berlanjut, karena banyak sekali yang mengekor konsepnya, dan tak terhitung ada berapa banyak microconsole baru menyapa. Sampai Google pun tidak ingin ketinggalan masuk di pasar game mobile yang sangat besar tersebut melalui AndroidTV [baca: Google Kembali Masuk Ruang Keluarga Dengan AndroidTV, Lengkap Dengan Gamepad Untuk Menjadi Konsol Mikro], dan bahkan Sony pun mengajukan solusi main game di ruang keluarga dengan perangkat mininya, PlayStation Vita TV. Baca: [Game On] Apakah Ada Pasar untuk OUYA? Sayangnya, walaupun kita juga tahu pasti jika gamer mobile tetap lebih suka main game-game mobile melalui layar smartphone atau tablet mereka, yang lebih santai, tanpa harus keluar dari kamar tempat ternyaman mereka, pada akhirnya konsep microconsole ini pun juga masih belum jelas sasarannya, karena minimnya game eksklusif. Bisa jadi karena itu juga, Ouya yang meskipun ditawarkan dengan harga murah, hanya US $99 saja, namun jalan mesin game Android tersebut tidak semulus yang diharapkan. Berbagai usaha sudah dilakukan, mulai memangkas harga jualnya, biaya langganan murah untuk memainkan game berbayar (termasuk juga mendapatkan in-app purchase-nya), sampai juga akhirnya memberikan toko online khusus Ouya untuk produk rivalnya, yaitu Mad Catz M.O.J.O. Sampai akhir tahun lalu, sudah mulai terdengar jika Ouya sudah mencari langkah akuisisi dengan beberapa perusahaan Amerika Serikat dan Tiongkok. Saat itu nama-nama seperti Xiaomi, Tencent, Google dan Amazon terdengar menjadi pihak yang sudah melakukan pendekatan utnuk mengambil alih Ouya. Namun baru beberapa hari lalu kami mendapatkan update, jika ternyata Ouya tidak jadi dijual. Tim Ouya sepertinya belum menyerah, dan mereka ingin meneruskan proyek konsol mikro ini dengan kekuatannya sendiri, khususnya jika mereka jadi mendapatkan suntikan dana besar melalui raksasa retail Tiongkok, Alibaba, yang dilaporkan oleh The Wall Street Journal, berencana menyuntik Ouya dengan investasi sebesar US $10 juta, atau sekitar Rp. 127 milyar! Meskipun belum jelas untuk apa Alibaba menyuntikkan dana yang begitu besar, namun kemungkinan ada hubungannya dengan langkah pemerintahan Tiongkok baru-baru ini yang menghapus larangan penjualan konsol game di negara tersebut. Kesempatan itu segera disambut oleh Microsoft dengan menjual Xbox One di sana, dan diikuti oleh Sony melalui PS Vita dan PlayStation 4. Selain gamer Tiongkok mendapatkan kesempatan main konsol dan handheld tersebut secara resmi, juga banyak bermunculan set-top-box berharga murah yang menjalankan Android serta sekaligus bisa main game. Bisa jadi Alibaba tertarik dengan Ouya karena itu. Perstujuan ini masih belum final. Dan jika benar terjadi, semoga saja segera hadir penerus Ouya [baca: Sebelum OUYA 2 Dirilis Tahun Depan, OUYA 1 Dapatkan Revisi Kontroler], dan mengganti prosesor Tegra 3 yang digunakan konsol mikro ini, karena sudah terlalu jadul untuk ukuran game Android masa kini. Sumber: [outbound_link text="WallStreet" link="http://blogs.wsj.com/digits/2015/01/29/alibaba-breathes-new-life-into-game-console-maker-ouya/"]