Dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk mengembangkan sebuah PC game. Kali ini, GameChanger Studio membagikan kisah mereka selama mengembangkan game PC Ascender.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Semua (memang) berawal dari mimpi. Berikut adalah kisah kami selama dua tahun mengembangkan Ascender.
Perjalanan membuat game ini dimulai pada awal tahun 2015. Saat itu saya baru saja melepas pekerjaan
full time saya sebagai pustakawan untuk memulai perjalanan mustahil bernama
Ascender. Sebelumnya, perkenalkan, saya Riris Marpaung alias Ruby, Produser dari game
Ascender. [duniaku_baca_juga]
Ascender adalah game 2D
puzzle platformer. Latarnya sendiri adalah di dunia bawah tanah bernama Goa. Pemain adalah robot kecil bernama Sky yang harus memecahkan berbagai teka-teki untuk menemukan tiga metal legendaris demi menyelamatkan sahabatnya bernama Ocean.
Ascender memiliki
visual art yang unik dengan pendekatan
hand-drawn. Apakah kami penggemar berat
Dunia Ascender[/caption] Art Director GameChanger yang bernama Rizal adalah orang yang pertama kali menciptakan dunia Ascender. Rizal-lah yang membuat garis besar cerita tentang dunianya. Awalnya hanya ada satu peradaban sempurna bernama Atlas yang dihuni oleh para dewa. Demi melestarikan kesempurnaan tersebut para dewa menutup akses Atlas oleh mahluk lainnya dengan mengangkat permukaan laut sebagai penghalang. Peradaban ini disebut Ut. Di bawah Ut terdapat 3 peradaban lain yaitu Mahael, Ataran dan Goa. Nah, Ascender mengambil setting peradaban Goa yang berada di bawah tanah. Sketsa Peradaban Goa[/caption] [duniaku_adsense] Marcel Bonar yang bertanggung jawab dalam penulisan cerita, mulai merangkai cerita utama dan quest yang harus diselesaikan pemain. Cukup lama waktu yang dihabiskannya untuk membuat cerita yang menarik dan memiliki keunikan pada premise-nya. Tidak heran Ascender menyabet Best Narrative di ajang | | Proses pewarnaan distrik Rajumla
Terdapat 7 distrik di peradaban Goa yaitu Dolopo, Mustang, Hymla, Rajumla, Helion, Everest dan Ranesh. Setiap kota memiliki cirinya masing-masing sesuai dengan kondisi dan sumber daya alamnya. Deskripsi lengkap tiap kota terdapat di tautan ini. Rizal sang Art Director masih memiliki pekerjaan full time sebagai Dosen. Sepulang dari kampus dia menghabiskan malamnya dengan menggambar setiap wilayah di tiap distrik. Ratusan jumlah gambar yang dibuat di ukuran kertas A4. Terkadang dia bahkan tidak sadar matahari sudah bersinar dan dia masih terus menggambar. Setelah gambar selesai ada 4 artist yang melanjutkan proses pewarnaan secara digital yaitu Dayinta, Daru, Emily, dan Rhea. Jika kamu tertarik mengetahui proses/perjalanan "menyakitkan" yang dilalui kelimanya kamu dapat meluangkan waktu untuk membaca tautan ini dan ini. Di bagian artist masih ada 3 intern lagi yang membantu dalam pembuatan dynamic environment dan NPC. Mereka adalah Faiz, Dio dan Icha. Jadi jumlah total artist yang terlibat dalam pembuatan Ascender adalah 8 orang. [read_more id="285948"] Bagaimana dengan proses pengembangan dari sisi programming-nya? Lanjut ke halaman kedua. Jika membahas proses yang dilalui 2 orang programmer game ini yaitu Archie & Roderick maka diwakili dengan satu kata yaitu irritating. Archie sang Lead Programmer belum pernah mendapatkan tantangan untuk membuat game dengan tingkat kompleksitas tinggi. [duniaku_baca_juga] Untuk mengetahui secara detil proses yang dilalui para programmer Ascender, silakan membaca tautan berikut. - Kontrol Karakter
- Rune System
Meski tantangan dan hambatan begitu besar harus dihadapi para programmer, namun mereka selalu mencari cara untuk membuat pemain mendapatkan kenyamanan dalam menyelesaikan berbagai puzzle yang ada di Ascender. Tidak heran kemudian Ascender menjadi juara pertama dalam kategori Leading Engineers of Game Mechanic tahun 2015. Harapan dan kenyataan di kontrol karakter
Dimas dan Handrey adalah dua musisi berbakat yang mengerjakan efek suara dan musik Ascender. Dimas mendapat tantangan cukup besar untuk membuat berbagai efek suara yang sangat variatif mulai dari karakter utama, NPC, ambience dan suara lain yang dibutuhkan. Handrey adalah orang yang bertanggung jawab untuk membuat musik. Setiap distrik di Ascender memiliki musik latar yang berbeda-beda sesuai dengan karakternya. Seringkali Dimas dan Handrey mendapat penolakan untuk suara atau musik yang telah susah payah dibuatnya. Proses pembuatan efek suara dan musik Ascender lebih detilnya ada di tautan berikut. Nah, orang terakhir yang punya peran besar adalah Dodick, desainer game Ascender. Dodick adalah orang yang memperkenalkan dan mengajarkan berbagai hal tentang game kepada saya. Sejak kecil Dodick telah bercita-cita menjadi [duniaku_adsense] - Desain Prototype
- Desain Puzzle
Hari demi hari dilewati, diskusi antar tim terus terjadi. Bonar, Dodick dan Rizal sering kali terlibat dalam debat yang seru. Hal ini disebabkan ketiganya memiliki passion yang berbeda. Bonar saya sebut sebagai ‘the narrative’, Rizal bisa dibilang ‘the dreamer’ dan Dodick ‘that complicated guy’ berusaha membuat permainan yang menyenangkan bagi para pemain. [read_more id="301493"] Mendapatkan berbagai penghargaan di dalam dan di luar negeri tidak serta merta membuat perjalanan mulus Ascender menuju garis finish. Pada tulisan selanjutnya saya berusaha menceritakan proses yang sebenarnya tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Bersambung... Download Ascender: Steam – Rp79.999 Diedit oleh Febrianto Nur Anwari