Apa sih yang bisa membuat game mobile laris di Asia Tenggara? Berikut jawaban dari Google Play!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Asia Tenggara menjadi salah satu pasar yang "menggiurkan" bagi developer game mobile dalam beberapa tahun terakhir. Apa sebabnya?
Sebagai salah satu regional yang bisa dibilang sedang berkembang, Asia Tenggara terlihat cukup seksi di mata para pelaku industri game dunia. Perkembangan ini dibuktikan dengan pendapatan dari game yang mencapai US $i 1,4 miliar di tahun 2016, dan diprediksi akan meningkat hampir tiga kali lipat menjadi US $ 3,9 miliar di tahun 2019 mendatang. [duniaku_baca_juga] Perkembangan tersebut sejalan dengan pertumbuhan jumlah gamer yang mengeluarkan uang untuk bermain game. Rata-rata, pertumbuhannya mencapai dua kali lipat untuk setiap tahunnya. Selain itu, metode pembayaran dengan menggunakan pulsa juga meningkat cukup pesat, dimana setiap tahunnya pertumbuhan mencapai 167%.
Pasar yang besar ini menjadi tantangan bagi developer-developer yang menjadi “tuan rumah”, seperti Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar, ataupun negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand dan Filipina. Untuk itu, Guy Charusadirakul dari Google Play di hari pertama Casual Connect Asia 2017 membeberkan 7 alasan yang membuat game (terutama game mobile) bisa tumbuh dan berkembang di Asia Tenggara. [page_break no="1" title="Menjamurnya IP Laris di Mobile"]
[duniaku_adsense] Guy mengungkapkan beberapa IP yang terbukti laris di pasar Asia Tenggara, antara lain mengenai dinasti di Cina, anime/manga, dan juga IP game PC. Menggandeng para pemilik IP dan membuat game tentang IP tersebut tentu menjadi jaminan sukses untuk game yang dibuat. [page_break no="2" title="Lokalisasi"] Lokalisasi penting untuk meraih pasar yang sebelumnya sulit untuk ditembus. Salah satunya adalah Thailland yang memiliki pasar yang cukup besar di Asia Tenggara. Namun, keterbatasan para penduduknya dalam menggunakan bahasa Inggris menjadi handicap tersendiri. Sehingga, lokalisasi ke bahasa dan aksara Thailand bisa menjadi pembuka jalan untuk menembus pasar negara ini. [page_break no="3" title="Ukuran File yang Sesuai"] Mayoritas para gamer mobile di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Filipina memiliki
smartphone dengan spesifikasi
middle-low. Sehingga game-game yang lebih laris adalah game yang memiliki ukuran file rata-rata 50 MB hingga 60 MB. Dengan membuat ukuran game sebesar itu, maka bisa meningkatkan kemungkinan untuk diunduh. Namun tentu saja tetap memperhatikan kualitasnya.
[page_break no="4" title="Meningkatnya Penggunaan Direct Carrier Billing"]
Direct Carrier Billing alias mekanisme potong pulsa menjadi salah satu metode pembayaran favorit di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia. Meskipun lebih mahal, namun opsi ini bisa menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat. Apalagi penetrasi kartu kredit masih sangat rendah di negara ini. [page_break no="5" title="Keberadaan Gift Card di Minimarket"] Sama seperti
Direct Carrier Billing, semakin menjamurnya
gift card menjadi salah satu faktor yang mempercepat pertumbuhan game
mobile di Asia Tenggara. Selain mudah digunakan, keberadaan
gift card ini di minimarket-minimarket juga mempermudah gamer untuk mendapatkannya.
[page_break no="6" title="Pemanfaatan Message in Game"] Keberadaan mekanisme pembayaran baru seperti
Direct Carrier Billing dan
gift card fisik tidak akan diketahui gamer jika tidak diinfokan ke dalam game-nya sendiri. Untuk itu, banyak game-game mobile yang dipasarkan di Asia Tenggara memanfaatkan
message in game agar pemain tahu, bahwa ada cara lain untuk membeli i
n app purchase selain menggunakan kartu kredit. Harapannya tentu saja, bisa mengonversi lebih banyak pembeli dengan mekanisme-mekanisme pembayaran yang baru ini. [read_more id="311718"] [page_break no="7" title="Konversi Harga USD ke Mata Uang Masing-masing Regional"] Bukan hanya sekedar konversi, namun juga menyesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi masing-masing negara. Sebagai contoh di Amerika Serikat harga paling rendah yang bisa ditawarkan di Google Play Store bisa sampai US $0.9 atau sekitar Rp12.000. Namun harga paling rendah jika dikonversi ke Rupiah bisa Rp3000, atau 10 Baht jika dikonversi ke mata uang Thailand. Itulah harga yang bisa diimplementasikan oleh developer jika menjual game atau in app purchase di negara-negara tersebut. Sebagai seorang developer game, sudahkah kamu memperhatikan tujuh hal di atas sebelum merilis game di Asia Tenggara?