Apakah Mungkin Penerbit dan Pengembang Game Menghasilkan Uang Tanpa Loot Box?
Apakah mungkin publisher atau developer game bisa menghasilkan uang tanpa microtransaction dan loot box?
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sumber: Game Rant[/caption]
Apakah mungkin sebuah publisher game atau pelaku industri game lainnya menghasilkan uang tanpa loot box atau microtransaction?
[duniaku_baca_juga]
Microtransaction dan loot box bukanlah hal baru di industri game (Overwatch sudah berjalan hampir dua tahun sekarang), namun penyertaan microtransaction dan loot box pada judul AAA game saat ini telah mencapai titik tertinggi, di mana Star Wars Battlefront 2 menjadi pusat kemarahan gamer terhadap skema monetisasi ini.
Memang sih sampai detik ini tidak ada pemboikotan massa dan kami yakin hal itu tak akan terjadi, tapi ketegangan memang terus berlanjut di dunia maya. Well, semua hal ini akan mengacu pada sebuah pertanyaan... apakah mungkin sebuah video game bisa menghasilkan uang tanpa loot box atau microtransaction?
Sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita sedikit melihat apa saja yang sudah terjadi pada microtransaction dan loot box itu sendiri.
Baru-baru ini ESRB mengeluarkan sebuah pernyataan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk menggolongkan loot box sebagai perjudian. Sementara Activision telah "dianugerahi" sebuah paten tentang sistem dan metode menjalankan microtransaction dalam sebuah video game multiplayer.
Dampak kemarahan gamer terhadap skema microtransaction ini juga memaksa Electronic Arts harus menutup salah satu studio pengembang mereka, Visceral Games pada bulan Oktober 2017 lalu.
Seems Visceral got shut over microtransactions, the popularity of sandbox/roguelikes, Twitch/YouTube as marketing, and publisher financials.
— Rami Ismail (@tha_rami) October 17, 2017
Dan sekarang kita sedang menghadapi kebuntuan lain antara orang-orang yang membeli dan bermain game dan mereka yang membuat dan menjualnya. Dan satu-satunya yang bisa merusak hubungan ini adalah uang!
Sudah bukan rahasia lagi bahwa game membutuhkan biaya dan bukan rahasia juga bahwa biaya pengembangan game telah meningkat secara signifikan selama ini. Tim pengembang harus memikirkan engine baru, server multiplayer, pengujian yang lebih fokus, dan feedback dari para fan.
[read_more id="349370"]
Dan kembali lagi... bagaimana sebuah publisher atau developer game bisa menghasilkan uang tanpa "mengganggu" pelanggan mereka?
[page_break no="" title="Perbaiki Model Bisnisnya"]
Sumber: Eclypsia[/caption]
Sejujurnya menemukan jawaban pertanyaan tersebut adalah hal yang sulit. Terutama karena kita jarang mendapatkan semua informasi yang diperlukan. Penerbit sering bungkam selama bertahun-tahun ketika berbicara masalah anggaran game mereka.
Yang sering gamer dan kami lihat adalah pemasaran. Game AAA sering memiliki anggaran pemasaran setinggi biaya pengembangan (kadan bisa lebih tinggi). Menurut kami jika memang anggaran pengembangan dan pemasaran tinggi, maka hal bijak yang perlu dilakukan mereka adalah sedikit menaikkan harga game itu sendiri.
Sebagai contoh, Star Wars Battlefront 2 diluncurkan dalam dua edisi. Edisi standar hadir dengan konten dasar game dan update gratis, karena memang tidak ada season pass. Versi ini dijual seharga USD69.99 (sekitar Rp947 ribu).
Sementara edisi kedua disebut Elite Trooper Deluxe Edition yang mencakup mode multiplayer dengan harga USD109 (sekitar Rp1,4 juta).
[read_more id="347832"]
Jelas sudah ada insentif bagi beberapa pemain untuk mengeluarkan uang lebih banyak sebelum mereka harus membeli loot box. Dan skema loot box ini hanya akan semakin membuat banyak pemain tidak memilih mode multiplayer-nya.
Menurut kami seharusnya EA menawarkan hanya satu versi game yang lengkap dengan biaya USD109 (sekitar Rp1,4 juta), sehingga memungkinkan banyak pemain untuk tidak dipusingkan dengan banyaknya pilihan, di mana pilihan tersebut akan mempengaruhi isi dompet mereka.
Lanjutan pembahasan ini bisa kamu cek di halaman kedua!
[page_break no="" title="Tidak ada solusi sempurna"]
Alasan para penerbit belum melakukannya, tentu saja, karena itu akan membuat pemain mereka protes dengan kenaikan harga. Sebuah video game bisa hidup atau mati bergantung dari seberapa baik pemasaran yang dilakukan oleh penerbit dan harga game yang lebih tinggi mungkin bukan sebuah hal yang menyenangkan, tapi itu akan lebih memudahkan mereka.
Untuk meningkatkan standar harga dari USD59.99 (sekitar Rp812 ribu), penerbit dan pengembang game perlu lebih jujur. Mereka harus membagikan data penjualan secara konsisten dan mengungkapkan rincian anggaran mereka.
Para pemimpin pengembang game juga harus dapat berbicara tentang gaji mereka ketimbang dipaksa untuk menjadi "tameng" perusahaan di depan penggemar fanatik.
[read_more id="351516"]
Pergeseran ini bisa membebaskan banyak game lainnya dari ekspektasi harga USD59.99 (sekitar Rp812 ribu) dan memang pelaku industri game tidak bisa mempertahankan model bisnis seperti ini selamanya.
[page_break no="" title="Katakan saja yang sebenarnya"]
Sumber: PCMag[/caption]
Game adalah sebuah hobi yang cukup mahal. Pemain bisa mengeluarkan sejumlah uang untuk hal-hal yang mereka sukai. Meningkatnya harga bisa mengarahkan orang untuk lebih memilih judul game apa yang akan mereka pilih dengan lebih hati-hati.
Pada akhirnya, faktor kejujuran dari publisher atau developer game itu sendiri akan cenderung membuat penggemar mereka berinvestasi lebih lama yang artinya perusahaan bisa menghasilkan uang lebih banyak ketimbang opsi loot box yang akan membuat umur sebua game semakin lebih pendek.
[read_more id="347454"]
Bagaimana menurut kamu? Apakah pelaku industri game bisa menghasilkan uang tanpa loot box dan microtransaction?