Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Layaknya film adaptasi game dan anime, video game tie-in untuk film sering kali gagal di pasaran. Ada beberapa faktor yang jadi alasannya, mulai dari game design yang asal jadi hingga faktor kejar tayang agar bisa rilis berbarengan dengan filmnya.
Fast & Furious Crossroads menjadi game tie-in film terbaru yang seyogiyanya rilis bersama film F9, namun pada akhirnya rilis duluan karena F9 ditunda setahun akibat pandemik virus corona. Sebagai stopgap ke film F9, apakah FF Crossroads juga masih mendapatkan kutukan game tie-in film?
1. Langsung lanjutkan plot Fate of the Furious
FF Crossroads melanjutkan plot Fate of the Furious, di mana Dom dan Letty pergi ke Athena untuk menyelidiki petunjuk tentang Cipher. Namun di sana, mereka menemukan plot tersembunyi yang direncanakan organisasi penyelundup Tadakhul. Fokus utama kemudian berpindah ke Vienna Cole dan Cam Stone, mantan kru Suki dan Tej di Miami yang juga terlibat dalam plot Tadakhul.
Cerita dituturkan dalam alur yang sedikit lambat dibanding film-film Fast & Furious sehingga terasa seperti sebuah serial TV. Setiap misi diselingi oleh cutscene sinematik yang memberikan gambaran plot. Bagi para familia FF, ada banyak sekali easter egg dan referensi plot film FF yang bisa kamu temukan di sini.
2. Handling oke, combat bikin ribet
Pertama-tama, kita harus buang mindset bahwa FF Crossroads adalah sebuah game balapan, dimana game ini lebih cocok disebut sebagai game driving action ala-ala Spy Hunter atau Driver: San Francisco, dengan struktur linear khas Call of Duty. Seiring permainan kamu akan mengendarai berbagai jenis mobil favorit setiap karakter. Meskipun kadang bagian belakang mobil terasa membuang, setiap mobil secara relatif masih mudah dikendalikan dan memiliki karakter tersendiri. Misalnya Yenko Camaro milik Vienna punya body roll kuat, atau NIO EP9-nya Cam yang punya downforce tinggi.
Combat dengan mobil merupakan fokus utama game ini, yang sayangnya kurang didalami oleh Slightly Mad studios. Shunt merupakan gerakan hantaman dasar yang bisa dilakukan setiap mobil dan mudah dikuasai. Setiap mobil juga bisa dipasang berbagai jenis gadget bertipe ofensif dan defensif. Namun aktivasi gadget ini membutuhkan sebuah quick-time event yang harus diselesaikan dengan tepat. Alih-alih menantang, sistem ini justru malah jadi ribet karena kamu harus menyelesaikan QTE sambil menyetir mobil dan menghindari rintangan.
Baca Juga: Review Fast & Furious: Spy Racers - Sepupu Dom Menjadi Mata-Mata
3. Boss battle menarik namun chaotic
Setiap misi memiliki beberapa tujuan. Mulai dari yang sederhana seperti balapan di sirkuit atau pergi ke titik tujuan dalam waktu tertentu, hingga yang lebih elaborate seperti boss battle melawan kendaraan tempur raksasa. Boss battle ini cukup menarik, terutama di level-level terakhir melawan hovercraft dan roket raksasa, dimana terdapat beberapa fase yang membutuhkan ekspertise dan gadget andalan dari setiap karakter.
Namun seperti yang disebutkan di atas, pertarungan ini kadang bisa berjalan sangat chaotic karena ada banyak hal yang harus diperhatikan di saat bersamaan. Hal ini membuat serangan hanya bisa dilakukan di momen-momen tertentu. Jika kamu melewatkan momen ini entah karena kroco yang lebih bersifat mengganggu daripada mengganjal, atau karena menabrak sesuatu, kamu akan kesulitan untuk bisa bounce back. Melakukan navigasi pun dipersulit karena tidak ada minimap untuk memandu jalan.
4. Porting asal-asalan untuk versi PC
Saya memainkan FF Crossroads untuk versi PC, dan terlihat sangat jelas bahwa game ini merupakan hasil porting asal jadi dari konsol. Pertama, button prompt di dalam game menampilkan tombol-tombol joystick alih-alih tombol keyboard. Kemudian tidak ada fitur button remap sehingga gamer yang memainkan game ini di keyboard akan kesulitan untuk menemukan fungsi setiap tombol, atau mengaturnya agar nyaman dimainkan.
Selain itu performance grafiknya terasa tidak konsisten. Framerate berfluktuasi antara 60-30 FPS menggunakan setting high di Ryzen 2400G, GTX 1060, dan RAM 16 GB. Setting grafik sudah diatur di dalam preset dan tidak bisa di-fine tune satu per satu.
5. Potensi yang disia-siakan
Fast & Furious Crossroads sepertinya masih melanjutkan tren game tie-in film yang dikejar tanggal rilis. Silightly Mad Studios mampu menyajikan aspek driving yang cukup oke, namun tidak demikian dengan bagian action-nya. Apakah salah jika studio yang mengerjakan game racing sim membuat sebuah game aksi? Meskipun tidak salah, namun kurangnya pengalaman tim SMS dalam genre ini terlihat sangat jelas.
Dengan menimbang segala plus-minusnya, Fast & Furious Crossroads hanya bisa kami berikan 2 dari 5 bintang saja. Dengan hasil yang cukup mengecewakan ini, belum diketahui apakah nantinya cerita F9 akan mereferensikan game ini atau tidak. Namun setidaknya, Fast & Furious Crossroads masih layak untuk kamu coba (setidaknya sekali saja) jika kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Dom dan krunya. Kamu bisa mendapatkan game ini di PS4, Xbox One, dan PC, tapi baiknya tunggu sampai ada diskon ya.
Baca Juga: Produser Fast and Furious akan Membuat Film dari Game Crossfire