Baru 3 tahun, dan kita sudah mendapatkan PlayStation baru lainnya... lama-lama perkembangan konsol game menjadi seperti smarthphone dan PC ya, setahun bisa muncul dua tipe baru *hiks* *buka dompet*
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
[read_more id="185281"] Pertengahan Maret 2016 lalu, kami mengabarkan mengenai rencana Sony Computer Entertainment menyiapkan penerus PlayStation 4, yang memiliki kode PS4K atau Neo. Itu sekadar rumor, dan walaupun belum terbukti, namun sudah banyak yang mempercainya. Apalagi jika melihat rumor sebelumnya, yang menyebutkan jika Sony menyiapkan varian baru PlayStation 4 dengan dimensi yang lebih kompak ternyata berakhir benar, dan kita mendapatkan PS4 CUH-1200 yang lebih hemat listrik, maka bisa jadi rumor, gosip, atau kalian bisa juga menyebutnya sebagai hoax tersebut bisa menjadi kenyataan. Hari ini menjelang berlangsungnya event pameran game E3 2016 di Los Angeles, walaupun bukan melalui sebuah pernyataan resmi, namun Andrew House, President dan Global Chief Executive dari Sony Interactive Entertainment mengatakan kepada Financial Times, bahwa memang benar pihaknya sedang mengembangkan versi upgrade PS4, yang menawarkan resolusi grafis ultra-high definition 4K dengan tujuan untuk mempertahankan posisinya agar tetap memimpin di depan Microsoft dan Nintendo. Rencana Sony ini menjadi yang pertama dalam sejarah PlayStation, karena baru di pertengahan rentang usianya sudah mendapatkan pembaruan hardware, seakan saat ini industri konsol game ingin bersaing dengan smartphone dan PC yang lebih cepat ritme dikenalkannya hardware baru. [read_more id="253744"] Menurut Andrew House, PS4 Neo bisa dikatakan menjadi versi high-end dari PS4 yang sekarang, dan dijual dengan harga lebih tinggi dari harga standar US $350. PS4 Neo juga berfungsi melengkapinya, dan dijual bersamaan sepanjang masa hidup keluarga PS4 ini, yang biasanya untuk satu generasi konsol yang idealnya mencapai enam tahun. Sedangkan saat ini PS4 baru dijual sekitar tiga tahun, atau setengah dari masanya. Andrew House menambahkan, bahwa PS4K Neo bakal menarget gamer hardcore, monsumen yang sudah memiliki televisi dengan resolusi 4K yang menginginkan resolusi lebih saat memainkan game mereka. Pernyataan eksekutif Sony kepada media menjelang E3 2016 ini sangat beralasan, mengingat sebelumnya kita juga sudah mendapatkan kepastian jika Microsoft resmi akan meluncurkan versi Xbox One terbaru yang lebih canggih selama event tersebut. Xbox One Scorpio tersebut sudah bocor beberapa informasinya, dan diklaim beberapa kali lebih kuat dibandingkan PS4 yang sekarang. [read_more id="244508"] Namun sayangnya, Andrew House mengatakan jika Sony tidak akan bersamaan mengkonfirmasikan hardware tersebut selama E3 2016 ini, atau menolak memberikan komentar mengenai harganya. Dia hanya menjanjikan jika semua game yang dibuat ditujukan untuk PS4 Neo tetap akan backward compatible dan bisa dimainkan di PS4 lama. Sama seperti apa yang saat ini juga sedang diusahakan Microsoft dengan ekosistem Xbox dan Windows mereka. Menurutnya, kedua anggota PS4 tersebut juga akan mendukung perangkat virtual reality PlayStation VR, yang mulai akan dijual tahun ini, tepatnya Oktober nanti, dengan harga sekitar Rp5.3 jutaan. Dengan adanya dua pilihan PS4 yang sistemnya keseluruhan sama, pengembang pun tidak akan kesulitan membuat game untuk PS4 dan PS4 Neo. Tenaga tambahan yang dibutuhkan untuk mengubah game agar mendukung ke resolusi 4K pun menurut President dan Global Chief Executive dari Sony Interactive Entertainment tersebut tidak akan besar.
Bagaimana gamers, khususnya PlayStation gamers, apakah kalian siap mendapatkan PS4 baru tahun ini? Meskipun bukan PlayStation 5 yang mungkin sudah kalian harapkan kedatangannya, namun tampaknya langkah Sony ini sudah membuat banyak gamer yang kepikiran mau membeli PS4 agar lebih bijak menunda dulu rencananya. Karena bisa jadi begitu PS4 Neo dikonfirmasikan dan dijual, PS4 akan turun harganya, dan kita bisa mulai memilih sesuai budget, mau membeli versi lama, atau yang baru.
Sumber: Financial Times