TUTUP

Everybody’s Gone to the Rapture Bikin PS4 Lebih Dramatis dan Emosional

Setelah melihat video dan mendengar musik Everybody’s Gone to the Rapture, mimin jadi pengen berlibur nih...

Bukan hanya menjadi rujukan game lawas yang diremake, PS4 juga banyak dituju developer game indie menempatkan gamenya. Salah satunya The Chinese Room (sebelumnya dikenal sebagai thechineseroom, developer game asal Inggris yang dikenal melalui game first-person game seperti mod Half-Life 2, Dear Esther), yang mengenalkan Everybody’s Gone to the Rapture, game adventure dengan sudut pandang first-person selama Gamescom 2013 lalu. Kabar terakhir yang kami terima akhir pekan kemarin, game ini bakal dirilis pertengahan tahun ini untuk PS4. [read_more link="http://www.duniaku.net/2013/06/11/e3-2013-sony-dengan-playstation-nya-menjadi-platform-ideal-developer-indie/" title="PlayStation Menjadi Platform Ideal Game Indie"] Everybody’s Gone to the Rapture dianggap menjadi penerus spiritual Dear Esther, game bergenre sama dari tahun 2012 lalu untuk Windows dan Mac, yang banyak mendapat pujian karena keseluruhan permainan yang terfokus pada cerita, dari awal dan akhir hanya narasi yang sarat melibatkan emosi, sambil kita menikmati artwork gamenya. Karena untuk PC mungkin kita tidak familar dengan gamenya. Namun untuk kelas konsol, keseluruhan kita bisa menyamakan gameplay-nya seperti ICO. [read_more link="http://www.duniaku.net/2015/04/20/shadow-of-the-beast-screenshot/" title="Shadow of the Beast. Game Jadul yang Diremake!"] Everybody’s Gone to the Rapture akan meneruskan konsep yang sama seperti Dear Esther, mengambil setting dunia open world, penjelahan sederhana dengan tampilan first-person, dan terfokus pada penyampaian cerita. Awalnya game indie ini hanya dikembangkan untuk PC Windows saja, dan distribusi masih sama melalui Steam. Namun melalui langkah Pub Fund yang digalakkan Sony sejak 2011 lalu, makin banyak developer indie yang menemukan rumah terbaik di PlayStation 4, dan game ini pun akhirnya "selingkuh" dengan status kini menjadi pasangan konsol terbaru Sony, bahkan Sony melalui SCE Santa Monica Studio pun ikut mendukung pengembangannya.

Everybody's Gone to the Rapture - Available Summer 2015 | PS4

Jika Dear Esther hanya mengajak kita menikmati narasi melalui telinga seorang wanita bernama Ester yang diucapkan oleh narator (yang diduga hantu suaminya) di tengah pulau tak berpenghuni, maka dalam Everybody’s Gone to the Rapture akan ada lebih banyak karakter. Enam karakter (disebutkan sebagai ilmuwan) tersebut memiliki / menceritakan ceritanya sendiri, dan setiap cerita mereka akan berhubungan dengan peristiwa penting yang terjadi di dunia dimana setting game diambil (kenapa terjadi kiamat), serta akan berevolusi seiring permainan berjalan. Settingnya sendiri berada di di sebuah desa bernama Shropshire sepanjang masa akhir dunia (Note: Shropspire sendiri menjadi nama sebuah wilayah di West Midlands, Inggris). Seiriang berinteraksi dengan obyek, tempat, dan orang yang kamu temui, potongan cerita akan terbuka. Tepatnya, cerita bergulir di sebuah lembah terpencil bernama Yaughton pada bulan Juni tahun 1984. Di sana kalian bakal mencari tahu kenapa orang-orang menghilang pasca kejadian yang disebut sebagai kiamat -- mereka digambarkan muncul seperti semacam asap bercahaya, mungkin itu roh-nya yang masih berkeliaran di Yaughton. Namun tidak seperti cerita akhir dunia dalam tipikal game, tidak ada daerah tandus, tidak ada makhluk menyeramkan hasil mutasi, zombie, atau kehancuran, yang ada hanya sebuah desa yang tenang di Inggris. Lanjut ke halaman 2... untuk mendengarkan musik game ini yang juga terdengar emosional. Menariknya, setting game ini sendiri juga dijelaskan menjadi karakter dalam game ini, bukan sekadar latar belakang cerita. Bakal ada 6 area utama dalam game, yang masing-masing memiliki karakteristik sendiri. Hanya saja, mereka tetap saling berkaitan satu sama lain membentuk kesatuan. Setiap area bakal merangkai cerita untuk kalian, dan berujung pada sebab kenapa semua orang menghilang di sana. Sepertinya kita bakal menjumpai cerita yang dramatis dan menggugah emosi, seperti musik-musiknya yang bisa kalian dengarkan di akhir tulisan ini. Jika dalam Dear Esther progress permainan sebatas mendengar narasi dan interaksi dengan obyek sekitarnya juga minim, maka dalam Everybody’s Gone to the Rapture yang dibangun oleh engine CryEngine 3 ini memungkinkan karater lebih leluasa memanipulasi obyek, bisa membuka atau menutup pintu, bahkan karaktermu mampu mempengaruhi terjadinya sebuah event yang sedang terjadi.

Everybody’s Gone to the Rapture - E3 2014

Karena fokusnya pada cerita, maka musik juga berperan penting dalam mendukung narasinya. Kalian bisa mendengar salah satu musik hasil karya komposernya, Jessica Curry di bawah ini: