TUTUP

Review Fire Emblem Echoes: Shadows of Valentia - Berhasilkah Menjadi Penutup Bombastis dari Seri Fire Emblem di 3DS?

Apakah Fire Emblem Echoes: Shadows of Valentia berhasil menjadi penutup yang bombastis dari seri Fire Emblem di handheld 3DS?

Fire Emblem Echoes: Shadows of Valentia dicanangkan sebagai penutup seri Fire Emblem di handheld 3DS. Apakah Echoes berhasil menjadi penutup yang bombastis untuk seri Fire Emblem di 3DS?

Pada awal tahun 2017, Nintendo mengejutkan para pecinta Fire Emblem dengan ">Fire Emblem Direct-nya yang mengumumkan game-game Fire Emblem baru, seperti: Fire Emblem Warriors, Heroes, proyek FE untuk Switch, serta Fire Emblem Echoes: Shadows of Valentia. Echoes sendiri merupakan remake total dari game Fire Emblem kedua, yakni Fire Emblem Gaiden yang dirilis di NES pada Maret 1992, lebih dari dua dekade lalu. [duniaku_baca_juga] Gaiden sering dianggap sebagai kambing hitam di seri Fire Emblem, apakah remake ini akan membawa Gaiden keluar dari status tersebut? Ataukah malah menjadi penutup yang tidak memuaskan bagi seri Fire Emblem di 3DS? Tanpa basa-basi lagi, berikut adalah ulasan Fire Emblem Echoes: Shadows of Valentia. [read_more link="http://www.duniaku.net/2017/05/06/fire-emblem-echoes-shadow-valentia-terakhir/" title="Fire Emblem Echoes: Shadow of Valentia akan Menjadi Seri Utama Terakhir untuk Nintendo 3DS"]

Story

Konflik di antara Duma dan Mila menjadi fokus utama dari Fire Emblem Echoes dan pendahulunya, Gaiden[/caption] Fire Emblem Echoes dan pendahulunya, Fire Emblem Gaiden, berlatar di kontinen Valentia yang masih bertetangga dengan kontinen Archanea—latar dari Fire Emblem pertamaShadow Dragon, dan juga Fire Emblem Awakening. Valentia dikuasai oleh dua sosok dewa, Mila dan Duma. Perseteruan terjadi di antara kedua dewa bersaudara ini. Mila menganggap bahwa Manusia harus diarahkan ke kedamaian dan kebebasan, sementara Duma berpendapat bahwa manusia harus diarahkan untuk mendapatkan kekuasaan. Konflik di antara kedua dewa ini akhirnya diselesaikan dengan perjanjian yang membagi Valentia menjadi dua buah kerajaan: Rigel yang dikuasai Duma di Utara dan Zofia yang dikuasai Mila di Selatan. Namun, setelah mengalami periode damai yang lama, kedua kerajaan di Valentia mulai memunculkan tanda-tanda konflik dan perang besar tampaknya tidak dapat dihindari. Dua protagonis di game ini, Alm dan Celica, berada di tengah konflik dan berusaha untuk menyelesaikannya dengan cara mereka masing-masing. [duniaku_adsense] Meskipun mengikuti plot yang sama dengan Gaiden, Echoes mampu mengembangkan cerita game yang telah berusia lebih dari 20 tahun menjadi salah satu cerita Fire Emblem yang paling saya nikmati. Karakter-karakter dan backstory/lore di Gaiden justru dikembangkan di dalam buku manual. Hal ini tentu saja tidak terjadi di Echoes, di mana semua elemen plot dan pengembangan karakter ditulis ulang dan dituangkan ke dalam game dengan sangat baik. Karakter-karakter di Echoes sendiri merupakan salah satu cast yang paling berwarna dan likeable dalam seri Fire Emblem. Dihilangkannya sistem marriage dan pairing di Echoes justru malah memberikan ruang untuk mengembangkan karakter-karakter yang ada dengan penulisan yang lebih terfokus. Dengan demikian, support conversation di Echoes yang lebih dibatasi justru lebih mampu menjalankan fungsinya untuk mengembangkan karakter dibandingkan dengan Fire Emblem Fates maupun Awakening, di mana kedua game tersebut memiliki interaksi karakter yang sangat banyak. Support Conversation dijadikan fitur di Fire Emblem Echoes. Namun kali ini sistem support mirip dengan seri FE di GBA, dimana support hanya bisa dijalankan saat battle dan sistem marriage dihilangkan.[/caption] Namun, kekurangan dari naskah Echoes juga datang dari fakta bahwa ia mengadaptasi cerita game yang telah berusia 20 tahun. Meskipun dengan penulisan ulang yang telah dilakukan Intelligent Systems, cerita Gaiden termasuk ke kategori klise tipikal sword and sorcery fantasy jika dibandingkan dengan cerita-cerita high fantasy lain yang dihadirkan dalam video game kontemporer, dan Echoes pun tidak bisa menghindari stigma klise ini. Protagonis yang ditakdirkan menyelamatkan dunia, perang besar yang tidak bisa dihindari, serta dewa berbentuk naga sudah menjadi normalitas di cerita seri Fire Emblem, dan Echoes tidak memisahkan diri dari normalitas ini. Namun perlu diingat bahwa klise di Echoes adalah klise yang dapat dinikmati, mengingat naskah game ini ditulis dengan sangat baik dan memfasilitasi interaksi antar karakter yang berwarna dan menghibur. Interaksi antara Gray dan Tobin adalah salah satu hal favorit saya di dalam game ini.[/caption]

Untuk mengetahui lebih jauh aspek gameplay, grafis, dan sound dari game ini, buka halaman selanjutnya!

Gameplay

[read_more link="http://www.duniaku.net/2017/04/25/fire-emblem-echoes-shadow-valentia/" title="Kenali Lebih Jauh Fitur Terbaru dari Fire Emblem Echoes: Shadows of Valentia"] Salah satu alasan mengapa Gaiden dianggap sebagai kambing hitam seri Fire Emblem adalah karena perbedaan elemen gameplay yang cukup signifikan dari standar FE pada umumnya. Contoh dari hal ini misalnya dihilangkannya weapon triangle, penggunaan magic yang mengurangi HP, serta jarak serang Archer yang jauh. Echoes mengikuti formula gameplay Gaiden dengan beberapa pengembangan dan tweaking, seperti misalnya growth status karakter di Gaiden yang terkenal sangat pelit kemudian disesuaikan dengan growth stats karakter game-game FE modern. Reclassing dan promosi class pun cukup unik di Echoes, di mana Awakening dan Fates menggunakan second serta master seal, Echoes menggunakan Mila Idol yang tersebar untuk mengganti class unit. Reclassing hanya terbatas kepada class Dread Fighter yang mampu kembali menjadi villager, unit yang memiliki class lain seperti mage hanya dapat menjadi mage dan sage/priestess sampai akhir game. Echoes juga menghadirkan Mila’s Turnwheel, sebuah alat yang dapat memutarbalik waktu secara terbatas. Mekanik ini sangat berguna untuk menghindari kesalahan yang tidak disengajai atau RNG yang tidak adil. Sama seperti Gaiden, Archer di Fire Emblem Echoes mampu menyerang musuh lebih jauh dibandingkan seri FE lain. Jarak tembak Archer juga bertambah seiring naiknya class dari Archer tersebut.[/caption] Perbedaan utama Gaiden dan Echoes tentunya terdapat dalam eksplorasi dungeon yang sekarang dihadirkan dalam full 3D. Pemain dapat menyerang musuh yang ditemui di dungeon untuk mendapatkan keuntungan dalam battle, hal yang biasa terlihat di game lain seperti seri Persona misalnya. Meski dungeon yang disediakan pada awalnya dapat diselesaikan dengan cepat, mendekati akhir game dungeon yang ada menjadi makin menantang dan panjang. Ditambah dengan sistem fatigue yang menurunkan performa unit apabila ia terus-menerus mengikuti battle tanpa mengkonsumsi makanan, memasuki dungeon-dungeon end game di Echoes memerlukan persiapan dan unit-unit yang mumpuni. Fitur Dungeon menjadi salah satu daya tarik utama Echoes, and it does not dissappoint.[/caption] Gameplay Echoes merupakan perpaduan dari difficulty Fire Emblem klasik, sistem eksplorasi dungeon dan mekanik gameplay unik di Gaiden, serta mekanik-mekanik baru dan level of polish yang muncul di seri-seri FE modern. Hal ini menjadikan Echoes sebagai Fire Emblem yang sangat cocok dimainkan bagi para fans baru yang mungkin hanya menikmati game-game era 3DS dan juga para fans lama yang telah mengikuti seri ini sejak zaman Chozo Kaga memimpin pengembangannya. Akan tetapi meskipun Echoes memperbaiki beberapa mekanik gameplay Gaiden, ada satu hal yang menjadi kekurangan besar Gaiden yang sayangnya kurang diperbaiki di Echoes. Hal ini ialah desain dari map battle. Map di Gaiden dan Echoes memiliki desain yang repetitif, biasanya hanya berisi satu lapangan terbuka dengan satu atau dua terrain yang berbeda. [duniaku_adsense] Di atas adalah salah satu contoh kesamaan desain map Gaiden dan Echoes. Kesamaan desain ini memang memberikan kesan hormat kepada source material, tetapi muncul kembali pula masalah-masalah yang diakibatkan desain map Gaiden di Echoes yang padahal merupakan remake.[/caption] Hal ini diperburuk dengan adanya unit bernama Cantor. Cantor dapat memunculkan unit-unit monster tanpa batas sampai ia dibunuh. Mengingat banyak map di Echoes yang menempatkan Cantor di dalam sebuah bangunan dengan jalan masuk yang terbatas, beberapa battle memakan waktu lama dikarenakan terus-menerusnya Cantor memunculkan unit monster yang menyumbat jalur masuk ke dalam bangunan yang biasanya juga berisi jenderal musuh yang harus dibunuh. Desain map dan Cantor mengakibatkan gameplay dari Echoes terkadang membuat pemain frustrasi, terutama di difficulty yang lebih tinggi. Ilustrasi dari unit Cantor sendiri sangat mewakili frustrasi yang menghantui pemain saat melawannya.[/caption]

Grafis

Detil model karakter di Echoes berkembang cukup jauh dibandingkan dengan kedua pendahulunya di 3DS.[/caption] Echoes memiliki penampilan visual terbaik dari semua game Fire Emblem yang dirilis di 3DS. Model karakter dan animasi dibuat dengan memaksa sistem 3DS ke batasnya. Animasi battle di Echoes jauh lebih fluid dibandingkan para pendahulunya, menjadikan setiap serangan yang dilancarkan karakter mampu disambungkan dengan tangkisan dan serangan balik tanpa adanya jeda. Desain karakter di Echoes tidak digarap oleh Yusuke Kozaki yang menggarap desain Fire Emblem Fates dan Awakening, melainkan digarap oleh Hidari yang biasa mendesain karakter seri Atelier. Desain Hidari sendiri merupakan eyecandy dan tentunya merupakan perkembangan signifikan dibandingkan dengan desain original di Gaiden. Secara keseluruhan, penampilan visual Echoes tidak hanya terbaik di seri Fire Emblem yang tampil di 3DS, tetapi juga dapat diadu dengan game-game 3DS yang memiliki grafis mumpuni seperti Resident Evil Revelations dan Xenoblade Chronicles 3D. Perbedaan desain Hidari dengan desain karakter original di Fire Emblem Gaiden dapat dilihat di video ini">. Be careful on who you call ugly in middle school...[/caption]

Aspek sound yang mencakup voice acting dan soundtrack dari game ini, serta final verdict dapat dilihat di halaman selanjutnya.

Sound

Echoes adalah game pertama di seri Fire Emblem yang menggunakan full voice acting. Meskipun beberapa ada yang kecewa dikarenakan tidak adanya pilihan dual dub seperti Awakening, voice acting Inggris di Echoes merupakan salah satu voice acting terbaik yang pernah saya dengar dalam sebuah JRPG. Voice acting yang bagus ditambah dengan naskah yang ditulis dengan baik ini kemudian memberikan interaksi antar karakter yang sangat enak untuk didengar dan dibaca. Untuk masalah soundtrack sendiri, Echoes menggunakan beberapa soundtrack Fire Emblem Gaiden. Akan tetapi, aransemen ulang dari Yasuhisa Baba dan Takeru Kanazaki membuat soundtrack Gaiden yang sudah bagus di era-nya menjadi sebuah soundtrack yang mantap di Echoes. Dua komposer ini juga menambahkan beberapa soundtrack baru khusus untuk Echoes, seperti lagu ending fenomenal yang berjudul The Heritors of Arcadia. Berikut adalah contoh perbandingan soundtrack Fire Emblem Gaiden dan versi aransemen ulangnya di Echoes. [youtube_embed id="C7FJwIWN8FA"] [duniaku_adsense]

Kesimpulan

Pada akhirnya saya dapat dengan mantap merekomendasikan Fire Emblem Echoes: Shadows of Valentia kepada para fans Fire Emblem maupun pecinta genre RPG strategi secara general. Echoes adalah penutup yang pas bagi seri Fire Emblem di 3DS. Perpaduan dari elemen Fire Emblem klasik dan modern menjadikan game ini wajib dimainkan oleh fans baru maupun lama. Naskah yang ditulis dengan baik, cast yang berwarna dan menghibur, grafis yang mantap, serta soundtrack dan voice acting yang fenomenal membuat kekurangan gameplaynya yang kadang tidak seimbang dikarenakan desain map dan unit Cantor yang menyebalkan menjadi tidak terasa. Meskipun Echoes terkadang membuat saya frustrasi, pada akhirnya saya merasa puas setelah menyelesaikan petualangan Alm dan Celica di Valentia. Diedit oleh Snow