TUTUP

5 Masalah Utama MCU Setelah Avengers: Endgame! 

Kenapa MCU terus melempem sehingga nyaris terlupakan

Deadpool & Wolverine baru saja tayang di Indonesia sejak Rabu 24 Juli 2024. Setelah menyaksikan film tersebut, kami malah jadi berpikir kalau Disney dan Marvel akan menghadapi masalah serius ke depannya.

Film tersebut memang membawa angin segar ke jagat MCU, tetapi tetap saja bukan obat paten untuk berbagai masalah yang dihadapi oleh MCU saat ini. 

Bila kami analisa secara keseluruhan, MCU memiliki beberapa masalah yang timbul di fase keempat. Tepatnya setelah Avengers: Endgame muncul di layar lebar. Berikut adalah 5 masalah utama dari MCU saat ini.

1. Musuh utama yang kelewat ampas

Marvel Studios

Menjadi musuh di sebuah film superhero bukanlah sesuatu yang mudah. Kita sering sekali dihadapkan pada musuh "ampas" yang mati dengan mudah, atau memiliki alasan yang konyol untuk melawan sang superhero. Tapi saat kita dihadapkan pada musuh-musuh tersebut,  kita tetap diberi "remahan" petunjuk yang memperlihatkan kalau sang bos utama itu mengerikan dan berkuasa. Formula bercerita ini bekerja dengan baik pada sosok Thanos yang pada akhirnya diperankan oleh Jhos Brolin. 

Nah, formula "remahan" ini tidak berhasil dengan baik pada sosok Kang yang diperankan oleh Jonathan Major. Apalagi mengingat kekuatan Kang tidak pernah diceritakan dengan komplit oleh MCU. Kita hanya tahu kalau dia adalah bekas penguasa TVA yang ketika dibunuh, akan memunculkan varian lain yang lebih jahat. Pemilik teknologi masa depan dan seterusnya.

Potret tidak lengkap dan "kurang" ini diperburuk dengan kekalahannya di Ant-Man and the Wasp: Quantumania yang terkesan sangat combro atau murahan. Sekarang bagaimana waralaba film superhero bisa tetap berjalan, kalau musuh utamanya saja memiliki image yang culun?

(Dok. Marvel Studio/Captain America: Civil War, Dok. Marvel Comics)

Marvel sendiri baru saja mengumumkan RDJ akan kembali ke MCU, namun sebagai Dr. Doom.

Akankah ini memperbaiki masalah MCU? Kita masih harus menunggu. 

Baca Juga: 4 Hal yang Diungkap Shuhei Matsumoto Tentang Marvel vs Capcom

2. Banyak karakter baru yang buruk

dok. Marvel Studios/Ms. Marvel

Phase keempat dari MCU mengenalkan banyak karakter baru, sedikit yang bagus, banyak sekali yang buruk. 

Yelena, Task Master, Red Guardian, Kelompok Eternals, Ms. Marvel, Namor, Monica Rambeu dan masih banyak lagi, masuk ke bagian buruk yang tidak bisa kami ingat atau bahkan kalau bisa tidak perlu muncul di MCU.

Sementara Agatha Harkness, Shang-Chi, Moon Knight, Mobius, Ouroboros, masuk ke kategori yang sangat menarik dan menambah warna ke MCU baik itu di serial TV maupun layar lebar. 

Kami tahu kalau MCU kehilangan banyak amunisi ketika mereka mematikan Tony Starkk yang diperankan Robert Downey Jr. (RDJ) dan Steve Rogers yang diperankan Chris Evans pensiun.

Tapi melihat kondisi MCU saat ini, kami merasa harusnya sosok Iron Man masih terbang di langit MCU, dan saat ini bersiap-siap untuk bertemu Fantastic Four di Baxter Building.

Jadi, harusnya ada sosok seperti Iron Man di Phase 4 dan seterusnya. Namun sosok seperti itu belum terasa ada. 

3. Terlalu banyak benang kusut

Captain Carter di serial What If? (Dok. Marvel Studio/What If?)

Kami tahu kalau MCU phase 1, 2, dan 3 juga pada awalnya tidak memiliki tujuan yang pasti dan jelas. Sampai akhirnya The Avengers memperlihatkan sosok Thanos yang pasukannya dipinjam oleh Loki.  Nah, di phase 4 ini MCU lagi-lagi mengalami kekusutan yang sama, tetapi diimbuhi dengan serial TV dan animasi. Walhasil, banyak sekali cerita yang tidak terurai dengan baik.

Kondisi ini diperburuk dengan kebiasaan atau budaya menonton film di layar lebar. Rasa-rasanya di belahan dunia manapun tidak ada orang yang mau menonton sebuah film, tetapi sebelum menonton film tersebut, dia diharuskan menonton satu film atau dua serial TV untuk mengerti alur ceritanya. Rasanya konyol dan melelahkan, tetapi itulah yang terjadi di Phase 4 dari MCU.

Film selalu menjadi satu babak atau maksimal tiga babakan, dari serangkaian cerita yang menarik. Lebih dari itu, sebagus apapun cerita yang dibuat akan terasa melelahkan dan menjengkelkan. Karena itu kebanyakan film berakhir menjadi sebuah trilogi. Hanya ada sedikit waralaba yang bisa menembus batas ini.

Jangan sodorkan kami dengan judul-judul Fast and Furious atau Transformers, karena itu malah akan semakin memperkuat argumen ini, mengingat betapa "hancurnya" waralaba tersebut.

4. Hilang fokus

dok. Marvel Studios/Doctor Strange and The Multiverse of Madness

Ada yang berpendapat bahwa Phase 4 kurang fokus dibandingkan dengan Phase sebelumnya yang memiliki narasi besar yang jelas, seperti Thanos dan Infinity Saga. Dengan banyaknya subplot dan karakter baru yang diperkenalkan, beberapa penonton merasa sulit untuk melihat ke mana arah utama cerita MCU.

Hal ini semakin diperburuk dengan konsep multiverse yang diperkenalkan dalam Phase 4, terutama melalui film seperti "Doctor Strange in the Multiverse of Madness" dan serial "Loki", menambahkan lapisan kompleksitas yang signifikan. Meski menarik, eksplorasi multiverse ini membuat alur cerita menjadi lebih rumit dan terkadang sulit diikuti.

Tidak semua penonton mampu atau tertarik mengikuti semua detail yang terkait dengan berbagai dimensi dan realitas alternatif.

Phase 4 juga mencoba berbagai genre dan gaya yang berbeda, seperti horor dalam "Doctor Strange in the Multiverse of Madness", misteri dan sitkom dalam "WandaVision", serta drama keluarga dalam "Ms. Marvel". Diversifikasi ini, meskipun menarik, juga menambah perasaan bahwa Phase 4 kurang memiliki identitas atau arah yang kohesif. Penonton yang terbiasa dengan gaya dan narasi khas MCU mungkin merasa terputus dengan eksperimen ini.

5. Faktor-faktor yang di luar kemampuan Marvel untuk ditangani

T'Challa di Black Panther. (dok. Marvel Studios/Black Panther)

MCU (Marvel Cinematic Universe) menghadapi sejumlah tantangan besar dan kesialan sejak dimulainya Phase 4, yang dimulai dengan dampak signifikan dari pandemi COVID-19.

Pandemi menyebabkan penundaan rilis film dan produksi yang memengaruhi jadwal serta strategi pemasaran yang sudah terencana. Selain itu, keputusan untuk merilis beberapa film secara bersamaan di platform streaming dan bioskop menyebabkan ketegangan antara studio dan aktor, seperti yang terlihat dalam gugatan Scarlett Johansson terhadap Disney.

Selain dampak pandemik, MCU juga menghadapi berbagai kontroversi dan kritik terhadap beberapa proyek di Phase 4. Kritik terhadap kualitas beberapa film dan seri TV, serta isu CGI dan efek visual yang kurang memuaskan, menimbulkan kekecewaan di kalangan penggemar.

Lalu ada situasi tak terduga, meninggalnya Chadwick Boseman sang pemeran T'Challa. T'Challa yang diperankan Boseman sebenarnya satu sosok yang sebenarnya cukup karismatik untuk menjadi sentral MCU di Phase 4. 

Kemudian ada pula kontroversi Letitia Wright dan Jonathan Majors. Untuk kontroversi Majors, ini fatal karena dia memerankan Kang dan variasi-variasinya yang sudah dipersiapkan jadi antagonis utama. Situasi Majors menambah ketidakpastian mengenai masa depan beberapa karakter penting di MCU, menciptakan tantangan tambahan bagi studio dalam mempertahankan konsistensi narasi.

Secara keseluruhan, meskipun MCU berhasil menciptakan momen-momen menarik dan inovatif dalam Phase 4, serangkaian kesialan ini menguji ketahanan dan adaptabilitas Marvel Studios. Kira-kira sampai kapan Disney dan Marvel mempertahakan MCU hingga akhirnya mereka berkata "cukup" seperti Warner Bros. dengan DCEU mereka.

Tapi tentu saja, itu baru opini saya.

Menurut kamu gimana? Sampaikan di kolom komentar! 

Baca Juga: Daftar 4 Akhirat yang Diperlihatkan di Marvel Cinematic Universe!