Penilaian Film: Ghost Train, Konten Viral dan Undangan ke Dunia Gaib

Film ini mengikuti kisah Da-kyung, seorang YouTuber horor yang sedang berada di titik nadir kariernya. Demi menghidupkan kembali kanalnya, ia memutuskan menyelidiki serangkaian kasus bunuh diri dan hilangnya orang-orang secara misterius di sebuah stasiun kereta di Seoul, Gwanglim.

Tapi stasiun ini bukan sekadar lokasi angker. Ia adalah panggung dari berbagai tragedi, obsesi, dan kutukan yang sudah terlalu lama dibiarkan tidur. Bersama sang penjaga stasiun yang ia temui dan cepat akrabi, Da-kyung mulai membuka satu per satu kisah mengerikan di balik dinding-dinding kosong itu.

Dan yang ia temukan, jauh lebih menyeramkan dari sekadar hantu.

Stasiun Gwanglim ini adalah tipikal stasiun modern yang ada di negara-negara maju, di mana ada platform bertingkat untuk kereta yang di atas tanah, dan lantai basement, untuk kereta-kereta yang berjalan di bawah tanah. Jelas kamu tidak bisa membandingkan stasiun Gwanglim dengan stasiun Manggarai yang konon katanya memiliki kereta hantu juga.

Meskipun tampil meyakinkan, Gwanglim adalah lokasi fiksi. Syuting dilakukan di terowongan nyata di kota Seoul. Desain produksi memanfaatkan ruang sempit, suara gema, dan penerangan minim untuk menciptakan ketegangan yang nyaris konstan.

Dari situ lahirlah kekuatan terbesar film ini, yaitu jumpscare yang lumayan artistik dan tidak terlalu diumbar. Kenapa artistik? Karena kamu tidak akan takut dengan hantunya, tapi sebagai gantinya kamu akan disuguhi dengan "build-up" dan "Sting" yang lumayan menakutkan. Terkadang kamu dibuat untuk mendengar detak jantungmu sendiri saat karakter menyusuri koridor gelap, dan ikut menahan napas saat suara langkah mendekat dari ujung lorong.

Yang membuat film ini lebih dari sekadar hiburan adalah pesan moral yang kuat, keserakahan! Hampir semua karakter di film ini, termasuk Da-kyung sendiri, menginginkan sesuatu yang bukan milik mereka. Ada yang ingin tenar. Ada yang ingin cantik. Ada yang ingin kaya. Tapi seperti yang film ini tegaskan, keinginan itu punya harga, dan tidak semua orang siap membayarnya.

Berbeda dari film horor biasa yang menggambarkan korban sebagai tokoh tak berdosa, Ghost Train memperlihatkan sisi kelam setiap orang dengan jujur. Mereka bukan karakter yang diburu oleh iblis karena nasib buruk. Mereka adalah manusia yang secara sadar atau tidak mengambil langkah yang mengundang malapetaka.

Lebih gilanya lagi, setiap kisah yang diceritakan oleh sang penjaga stasiun, ternyata saling berhubungan. Jadi setiap orang yang terlibat di dalamnya, selalu memiliki sebuah alasan buruk untuk bertemu dan mengalami teror sang hantu.

Ghost Train (2025) bukan hanya film horor yang menakutkan. Ia adalah kisah tentang manusia yang haus akan hal yang salah. Tentang bagaimana obsesi bisa mengaburkan akal sehat. Dan tentang bagaimana tempat kosong seperti stasiun di jam tiga pagi bisa menjadi cermin yang sangat jujur, menampilkan sisi diri yang paling kita sembunyikan.

Apakah para korban pantas mendapatkan nasib mereka? Apakah Da-kyung layak selamat? Film ini tidak memberi jawaban pasti. Justru di situlah letak kekuatannya, mengajak kita untuk menilai sendiri.