Review The Woman King, Kisah Kepahlawanan Prajurit Perempuan Afrika
Kerajaan Dahomey memiliki prajurit perempuan bernama Agojie
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
GENRE: Action
ACTORS: Viola Davis, Thuso Mbedu, Lashana Lynch
DIRECTOR: Gina Prince Bythewood
RELEASE DATE: 5 Oktober 2022
RATING: 3.8/5
Film The Woman King menggambarkan kehidupan Agojie, pasukan militer yang semuanya perempuan, yang memang eksis di Afrika pada era 1600 hingga 1904. Agojie mirip dengan para perempuan tangguh dari suku Amazon di Yunani yang tergambar dalam film Wonder Woman, atau Dora Milaje yang ada di Black Panther.
Kisah dalam The Woman King yang ditulis oleh Maria Bello dan Dana Stevens adalah fiksi belaka. Namun Agojie dan nama-nama kerajaan yang disebut dalam film, memang benar eksis di Afrika Barat pada zaman tersebut.
1. Pertempuran Dahomey vs Oyo
Dahomey adalah sebuah negara kuat di Afrika pada tahun 1600-1894. Selama itu, Dahomey tak hanya menghadapi serangan besar dari Prancis, tapi juga dari suku-suku tetangganya termasuk Oyo, suku yang menjual budak ke Prancis. Dahomey memiliki sebuah unit tentara perempuan yang disebut sebagai Agojie.
Para perempuan yang masuk ke Agojie rata-rata sudah tidak memiliki orang tua atau diberikan oleh keluarganya. Salah satu dari calon Agojie yang sedang dilatih oleh Jendral Nanisca (Viola Davis) adalah Nawi (Thuso Mbedu).
Nawi merupakan calon Agojie yang kuat tapi sedikit badung. Dia selalu membuat perkara dan keributan di tempat pelatihan Agojie. Tapi pelatih Nawi, Izoge (Lashana Lynch) percaya kalau Nawi memiliki potensi yang sangat besar.
Selain badung, Nawi juga mulai tertarik pada lawan jenis. Di tengah danau dia bertemu dengan Malik (Jordan Bolger) yang merupakan keturunan campuran antara Dahomey dengan Prancis. Dari Malik, Nawi tahu kalau suku Oyo hendak menyerang Dahomey karena kurangnya upeti yang diberikan oleh Dahomey.
Mengetahui mengenai rencana tersebut Nawi langsung melapor pada Nanisca. Akhirnya pertempuran antara Dahomey dan Oyo akhirnya tidak bisa dihindari lagi.
Baca Juga: Review Gundam Evolution, Team Objective Shooter Rasa Mecha!
2. Budaya Afrika yang kental
Rasanya sudah lama kami tidak menyaksikan film Hollywood yang berisikan para aktris kulit hitam dengan kulit putih sebagai musuh utamanya. Selain itu secara visual The Woman King juga menampilkan budaya Afrika Selatan yang kental. Lagi-lagi sebagai budaya yang cukup jarang kita temui.
Para Agojie yang tampil dengan busana sederhana tapi menawan. Selain itu kebiasaan mereka untuk membalurkan minyak sebelum bertarung, menjadikan setiap pertarungan menjadi lebih dramatis dari seharusnya.
Walaupun pertarungan mereka cenderung brutal, tapi The Woman King tak menampilkan terlalu banyak darah. Hal Ini membuat rating film ini pun tetap berada di rentah usia 13 tahun ke atas.
Selain pertarungan seru, drama dan kritik sosial jadi hal yang juga menonjol di sini. Pesan tentang anti penjajahan, anti perdagangan budak, dan feminisme, ditunjukkan oleh Nanisca dan Nawi. Pada intinya film ini seperti menyentil masa kelam bangsa barat, di saat mereka masih memperbudak bangsa lain.
3. Akting para Agojie
Mengimbangi seorang Viola Davis tentu bukan pekerjaan mudah bagi Mbedu. Namun, entah bagaimana ia mampu menancapkan begitu banyak sisi emosional karakter yang ia perankan, dan itu terlihat begitu mudah dan natural.
Begitu pun para Agojie lain seperti Izogie (Lashana Lynch), Amenza (Sheila Atim), hingga prajurit muda Fumbe (Masali Baduza). Setiap karakter seperti mendapatkan jatah yang cukup untuk memperlihatkan sifat dan karakter mereka yang sejalan dengan bergulirnya cerita.
Jadi tidak heran kalau kami kesulitan untuk memilih siapa yang paling apik dalam membawakan karakter yang mereka perankan. Pasalnya setiap Agojie, sang Raja, hingga musuh pun, menyumbangkan kemampuan akting mereka yang terbaik.
4. Kesimpulan
The Woman King adalah tipikal film kolosal yang mengangkat kisah perang dengan latar belakang yang sederhana. Yang jadi pembeda di sini adalah keotentikan budaya dan kisah yang menjadi inspirasinya.
Walaupun begitu, bukan berarti film ini tidak memiliki cerita utama yang menarik. Berbagai trauma, permasalahan suku dan gender, menjadi topik yang menarik sekaligus menyakitkan untuk diikuti. Bagaimana manusia adalah primata yang kejam dan tidak punya hati, diperlihatkan dengan sangat jelas di The Woman King.
Kami bisa memberikan nilai 3,8 dari 5 bintang review untuk The Woman King. Film yang harus ditonton semua orang terutama bagi orang yang ingin melihat bagaimana jadinya budaya Afrika tua ketika diangkat ke layar lebar.
Diterbitkan pertama 06 Oktober 2022, diterbitkan kembali 10 September 2024.
Baca Juga: Film Inang Bawa Fokus Gede Sosok Ibu Dalam Wujud Horor-Thriller!