Review The Crow: Remake yang Penuh Darah dan Penderitaan

The Crow akhirnya diremake dengan aktor dan cerita baru

yf-09730-r2 (Small).jpg

GENRE: Supernatural Hero

ACTORS: Bill Skarsgård, FKA Twigs

DIRECTOR: Rupert Sanders

RELEASE DATE: 20 Agustus 2024

RATING: 3/5

The Crow adalah film supranatural gothic Amerika yang disutradarai oleh Rupert Sanders, dengan naskah yang ditulis oleh Zach Baylin dan William Schneider. Sebagai reboot dari seri film The Crow, film ini merupakan film kelima dalam waralaba tersebut dan menjadi film kedua, setelah film tahun 1994, yang secara langsung mengadaptasi seri buku komik tahun 1989 dengan judul yang sama karya James O'Barr.

Film ini dibintangi oleh Bill Skarsgård sebagai Eric / The Crow, seorang musisi yang dibunuh dan kemudian dibangkitkan untuk membalas dendam atas kematiannya dan tunangannya, yang diperankan oleh FKA Twigs.

1. The Crow yang lebih dramatis

thecrow-03316-r (Small).jpgDok. Lionsgate

Di Indonesia, film The Crow versi remake ini siap tayang di layar lebar minggu depan, membawa serta harapan dan keraguan dari para penggemar lama dan baru. Film ini tetap mengacu pada komik karya James O’Barr, mengikuti kehidupan tragis Eric Draven yang dibangkitkan oleh seekor gagak untuk membalas dendam kepada para pembunuh kekasihnya.

Namun, alih-alih menampilkan Eric Draven dengan gaya gothic seperti yang dilakukan oleh Brandon Lee di tahun 1994, Skarsgård hadir dengan tampilan yang lebih punk dan narasi yang lebih melodramatik, dengan emosi kedukaan yang lebih intens.

Penampilan visual Draven juga mengalami perubahan signifikan. Makeup mata yang lebih gelap dan rambutnya yang lebih pendek semakin menekankan warna gelap yang menjadi ciri khas The Crow.

Baca Juga: Review Alien: Romulus, Teror Baru dengan Gaya Lama

2. Beberapa adegan keren di dalam film

thecrow-06513-r3 (Small).jpgDok. Lionsgate

Film terbaru ini digambarkan lebih serius dan lebih kelam, berbanding terbalik dengan estetika visual yang memanjakan mata dan persona heroik yang dibawa oleh Brandon Lee. Hasilnya, beberapa adegan juga mendapatkan sentuhan kelam yang menyebabkan film ini memperoleh rating 18+ di Indonesia.

Adegan kelam tersebut melibatkan aksi The Crow yang memperlihatkan kalau dirinya tidak bisa mati meskipun mengalami luka yang sangat parah. Terkesan cheesy, tetapi kalau kamu menonton untuk pertama kalinya, kamu pasti bakal menjerit kesenangan melihat adegan pertempuran tersebut.

Pokoknya kalau untuk urusan aksi film ini patut diacungi dua jempol sekaligus. Sayang hal ini berbanding terbalik dengan perkembangan karakter yang sepertinya banyak dipercepat atau dilewati begitu saja.

3. Kesimpulan

thecrow-00816-r3 (Small).jpgDok. Lionsgate

Dalam kesimpulannya, The Crow versi terbaru ini menghadirkan interpretasi yang berbeda dari kisah klasik yang telah dikenal dan dicintai banyak orang. Meskipun upaya untuk memperbarui estetika dan emosi cerita terasa segar, tetap ada perdebatan apakah film ini mampu menandingi kekuatan dan keaslian versi aslinya. Bagi penonton yang baru mengenal dunia Eric Draven, film ini mungkin menawarkan perjalanan yang mendebarkan dan penuh nuansa gelap.

Namun, bagi para penggemar lama, pertanyaan besar tetap ada: apakah The Crow yang baru ini berhasil menangkap esensi dari apa yang membuat film tahun 1994 begitu ikonik? Pada akhirnya, mungkin yang paling penting adalah bagaimana setiap penonton memutuskan untuk melihat film ini sebagai penghormatan atau sebagai tantangan terhadap sebuah warisan yang tak tergantikan.

https://www.youtube.com/embed/2wNOfSJDAoU

Baca Juga: Review Doraemon Nobita's Earth Symphony: Masterpiece?

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU