TUTUP

Review The Shadow Strays, Film Aksi Berdarah dari Timo Tjahjanto

Sejak adegan awal sudah berdarah-darah!

GENRE: Action

ACTORS: Aurora Ribeiro, Hana Pitrashata Malasan

DIRECTOR: Timo Tjahjanto

RELEASE DATE: 17 October 2024 

RATING: 4/5

Film The Shadow Strays akan tayang 17 Oktober di Netflix.

Film dari Timo Tjahjanto ini menyajikan aksi berdarah.

Tapi apa filmnya bagus? Saya mendapat kesempatan menonton filmnya pada 16 Oktober 2024. Ini pendapat saya! 

1. Sinopsis

(Dok. Netflix/The Shadow Strays)

"13, seorang pembunuh ahli yang masih remaja, diskors karena sebuah misi yang ceroboh di Jepang. Di Jakarta dia bertemu dengan Monji yang berusia 11 tahun, yang kehilangan ibunya, dan berangkat untuk menyelamatkannya."

Baca Juga: Film The Shadow Strays Dapat Apresiasi Positif di TIFF!

2. Sajikan banyak aksi berdarah dalam 2 jam 24 menit

(Dok. Netflix/The Shadow Strays)

The Shadow Strays ini memiliki durasi yang tergolong panjang, yaitu 2 jam 24 menit. 

Dalam durasi yang panjang itu kamu akan disuguhkan banyak sekali adegan berdarah.

Adegan pembuka The Shadow Strays sudah memberi gambaran akan seperti apa pertarungan di film ini: jika terjadi pertempuran, maka korban-korban yang gugur kemungkinan besar tidak akan mati dengan bersih. Tubuh mereka terpotong-potong, tertusuk sesuatu, atau tertembak dan darah tertumpah adalah hal yang lumrah.

Untuk kamu-kamu yang pingin menyaksikan film aksi berdarah model begini, The Shadow Strays seharusnya bisa menghibur kamu. Film ini menyajikan banyak sekali variasi aksi, mulai dari pertarungan jarak dekat maupun pertarungan yang melibatkan senjata api.

Apakah aksinya seru? Menurut saya sih iya. Selain adegan aksinya biasanya punya variasi yang membedakan antara satu dengan lainnya, koreografinya bagus dan awamnya adegan baku hantam dan pembantaian tersaji dengan jelas. 

Tapi tentu saja, dengan penekanan pada gore, film ini jelas tidak akan cocok untuk penggemar yang tak suka hal seperti itu. 

Film ini jelas juga tidak cocok untuk anak-anak di bawah umur karena selain kekerasan, ada banyak unsur yang sebaiknya disaksikannya oleh penonton dewasa. 

3. Apakah durasi 2 jam 24 menit ini dimanfaatkan dengan baik?

(Dok. Netflix/The Shadow Strays)

Sekitar 2/3 bagian Shadow Strays saya rasa memiliki pacing yang bagus. Waktu terasa berlalu cepat sekali melihat upaya 13 mencoba menyelamatkan Monji, saking gemesnya saya dengan para antagonis dan keinginan saya untuk melihat 13 berhasil dalam misi pribadinya. 

Tapi 1/3 bagian akhirnya ini saya merasakan yang namanya ending fatigue. Ada beberapa momen dimana filmnya terasa sudah bisa berakhir tapi kemudian masih lanjut lagi. 

Itu pun masalah di filmnya terasa belum tuntas karena di akhir seperti masih ada potensi kelanjutan cerita lagi. 

Saya jadi bertanya-tanya apa 1/3 bagian akhir ini mungkin sebaiknya dipisah jadi sekuel saja biar filmnya terasa lebih solid dan konflik di akhir itu bisa terbangun dengan sama baiknya dengan konflik 13 ketika dia mengejar komplotan yang menculik Monji... 

4. Penampilan kuat dari sejumlah aktor

Kristo Immanuel di red carpet The Shadow Strays. (Dok. Netflix, infinitiPR)

The Shadow Strays ini menyajikan penampilan menarik dari sejumlah aktrisnya.

Aurora Ribero oke dalam menyajikan aksi 13, sang tokoh utama yang punya kemampuan tempur sangat berbahaya. Hana Malasan, pemeran Umbra sang sosok mentor 13 juga oke.

Ali Fikry saya rasa berhasil dalam menyajikan karakter Monji, sebagai anak yang dalam interaksi singkatnya dengan 13 bisa memberi kesan yang cukup mendalam hingga 13 berujung mempertaruhkan nyawa untuk mencoba menolongnya.

Andri Mashadi, Adipati Dolken, dan Agra Piliang menyajikan karakter antagonis Ariel, Prasetyo, dan Haga dengan eksentrik. Sosok-sosok bermasalah ini memiliki cara membawa diri yang berbeda-beda, mulai dari Haga yang paling terasa lepas gilanya hingga Prasetyo dan Ariel yang awamnya terkendali tapi punya sisi yang sangat kelam. Kesamaannya sih mereka semua terasa punya kegilaan sendiri-sendiri. 

Tapi yang paling menarik perhatian saya di film ini justru Kristo Immanuel yang memerankan Jeki.

Jeki terasa sebagai salah satu karakter normal yang terjebak di situasi fantastis. (Karakter lain yang terasa paling normal selain dia mungkin Monji). Soalnya di satu sisi ada sosok seperti 13 dan Umbra yang merupakan pembunuh super, di sisi lain ada Ariel, Prasetyo, dan Haga yang jahatnya pun terasa super. Mereka semua karakter dengan daya tarik sendiri-sendiri, namun tak satu pun bisa dikatakan sebagai sosok normal. 

Kenormalan Jeki ini membuat relate ke tokohnya mudah. Sudah begitu cara Kristo menyajikan Jeki, baik dari cara dia menyampaikan ucapannya, gerak-geriknya, juga mantap, hingga saya rasa Jeki adalah salah satu sosok di The Shadow Strays yang paling berpotensi mencuri perhatian penonton. 

5. Kesimpulan

(Dok. Netflix/The Shadow Strays)

Jadi The Shadow Strays menyajikan aksi yang mantap dan aktor-aktornya menyajikan karakter mereka dengan menarik.

Namun ada sekitar 1/3 bagian film ini dimana saya sempat merasakan ending fatigue karena meski sudah berada di titik filmnya terasa bisa diakhiri, eh ceritanya masih lanjut terus, dan terus. Lalu meski durasinya tergolong panjang untuk film aksi pun kisahnya belum sepenuhnya terasa tuntas. 

Saya tetap memberikan The Shadow Strays nilai 4 dari 5 bintang. Penggemar film aksi berdarah mungkin sebaiknya memeriksa filmnya di Netflix begitu tersedia.

Nah itu review The Shadow Strays dari saya.

Gimana menurutmu? Sampaikan di kolom komentar!