10 Lagu Anime Naruto Terbaik yang Tak Terlupakan!
Lagu-lagu legend, gak bisa dilupain meski udah lama
Sebagai anime panjang, Naruto punya banyak sekali lagu pembuka dan penutup.
Mana lagu anime Naruto yang terbaik? Ini 10 di antaranya!
10. Sambomaster – Seishun Kyousoukyoku (Opening Naruto 5)
Sambomaster hadir dengan musik yang sebenarnya unik dan berbeda dari grup lainnya. Grup yang diisi oleh Takashi Yamaguchi di (vocal, gitar), Youichi Kondou (bass), Yasufumi Kiuchi (drum) ini menyukai musik punk rock namun mereka juga menyukai musik soul dan funk.
Kedua genre ini tentunya bertolak belakang satu sama lain dimana musik punk rock selalu terkenal berkat speed dan petikan gitar yang keras dan soul/funk yang mengandalkan petikan gitar yang halus serta musik yang lembut didengar.
Dengan segala upaya dan cara, mereka memadukan kedua genre yang bertolak belakang tersebut menjadi sebuah lagu dan hasilnya adalah sebuah lagu yang menjadi single kedua mereka yaitu “Seishun Kyousoukyoku” yang memadukan kedua genre yang bertolak belakang tersebut.
Dibuka dengan permainan drum yang sangat rockabilly lalu dilanjutkan dengan petikan gitar yang memadukan riff rock dan funk ke dalam satu dimensi. Vokal Yamaguchi disini yang serak menjadi simbolisasi dari musik seishun punk dan musik dengan gitar yang ritmis dengan efek rock n roll yang dibawakan menjadi simbolisasi dari musik soul/funk.
Jika ditilik kembali, sebenarnya lagu ini cukup kompleks terutama di pattern drum dan gitarnya karena menggabungkan dua genre yang berbeda tetapi masih dibawakan dengan nada yang ritmis, soulful, dan juga loud.
Tanpa sadar mereka berhasil membawakan lagu power pop dengan sangat baik dan sangat asyik dengan mementingkan groovy di dalamnya.
Baca Juga: 7 Ninja di Naruto yang Harusnya Bisa Menggunakan Kekkei Tota
9. Okamoto’s – Yokubou wo Sakebe!! (Ending Naruto Shippuden 18)
Band yang terdiri dari Shou Okamoto (vocal), Kouki Okamoto (gitar), Hama Okamoto (bass), dan Reiji Okamoto (drum) sering disebut sebagai The Rolling Stone muda versi Jepang. Pernyataan itu bukan tanpa alasan karena mereka memainkan warna musik garage rock dan rock n roll tradisional serta muka Shou yang mirip dengan Mick Jagger sewaktu muda.
Band yang sudah mengeluarkan tujuh album ini mempunyai diskografi yang beragam mulai dari garage rock murni, rock n roll, dance rock, sampai funk. Mereka menunjukkan sisi garage rock mereka yang fantastis dan bombastis di lagu “Yokubou wo Sakebe!!” yang menyatukan pengaruh musik mereka ke dalam satu kemasan.
Tanpa basa basi “Yokubou wo Sakebe!!” membombardir pendengarnya dengan musik garage rock yang cepat dan beradrenalin tinggi dengan lick-lick gitar yang fuzzy dan cepat. Okamoto’s seolah tidak memberikan ruang untuk diam sejenak dan terus menyerang dengan fuzz garage rock yang enerjik dan beracun.
Ekstasi garage rock ini semakin meningkat ketika Kouki mengeluarkan gitar solonya dan disambung dengan bagian yang bluesy sebelum kembali dilanjutkan ke musik garage yang cepat.
Dalam lagu ini, Okamoto’s menunjukkan seberapa cepat dan fasih garage rock bisa dibawakan sehingga lagu ini tidak melenceng dari akar bermusiknya serta mempunyai ritme yang asyik dan enerjik.
Posisi di Chart Oricon: 79
8. The Cro-Magnons – Totsugeki Rock (Opening Naruto Shippuden 11)
The Blue Hearts merupakan grup punk rock pertama di Jepang yang mendapat kepopuleran bagai superstar di sana.
Grup yang sering disebut The Clash versi Jepang ini merupakan panutan grup punk rock dan alternative rock setelahnya dan memulai gerakan punk rock di Jepang yang juga dipicu oleh ketidakpuasan masyarakat di sana atas ekonomi Jepang yang terjun akibat penggelembungan harga aset.
Sang vokalis Hiroto Koumoto juga menjadi ikon punk rock di Jepang karena mempunyai stage persona yang kharismatik dan selalu bernyanyi dengan gerakan yang aneh seolah seperti orang mabuk atau kejang. Selain mempunyai stage persona yang seperti itu, ia juga populer berkat sering mengeluarkan kata yang ofensif di televisi.
Setelah The Blue Hearts bubar, dua personil yang paling berpengaruh dalam mengembangkan The Blue Hearts dan skena punk rock di Jepang yaitu Hiroto Koumoto dan Masatoshi Mashima (gitar) membentuk band baru bernama The Cro-Magnons.
The Cro-Magnons mempunyai akar musik yang sama dengan The Blue Hearts dan masih memainkan musik punk rock murni dengan sentuhan garage rock yang kuat. hal itu terpancar di lagu ini “Totsugeki Rock” yang hanya berdurasi 2 menitan layaknya lagu punk rock yang cepat dan berdurasi pendek.
“Totsugeki Rock” dibawakan dengan gaya punk rock tradisional yang cepat dan dieksekusi dengan sangat baik lengkap dengan teriakan “Oi!” yang populer di era awal punk rock. Vokal Koumoto masih terdengar sama seperti dulu dan mereka seolah tidak menyerah pada kondisi usia mereka yang sekarang sudah tua.
Meski begitu, justru hal itu membuat “Totsugeki Rock” terlihat matang dan bijaksana tanpa harus mengeluarkan kata yang kasar agar terdengar keren.
Lewat “Totsugeki Rock” Koumoto dan Mashima memberikan pelajaran kepada generasi muda bagaimana membuat lagu punk rock yang baik dan benar tanpa bumbu yang membuatnya menjadi aneh.
Posisi di Chart Oricon: 18
7. Hound Dog – Rocks (Opening Naruto 1)
Era 80-an dimana era new wave berjaya di seluruh dunia. Gerakan musik yang dipicu oleh MTV dan musisi Inggris ini pada awalnya identik dengan punk rock sebelum dianggap sebagai genre di dalam dirinya sendiri yang menggabungkan aspek musik elektronik dan eksperimental, subkultur mod, dan disko, rock dan musik pop tahun 1960-an.
Musik new wave juga berpengaruh di Jepang dan pada pertengahan 1980’an band yang mempunyai pengaruh dengan musik ini muncul satu persatu dan mulai mendominasi tangga lagu satu persatu.
Hound Dog menjadi satu dari sekian band di dalamnya yang mempopulerkan new wave ke telinga pecinta musik Jepang bersamaan dengan Rebecca, Checkers, Tube, Anzen Chitai, Bafuku Slump, dan Kome Kome Club.
“Rocks” sendiri pertama kali dirilis pada 27 Aagustus 1986 dan dirilis ulang pada tahun 2002 dan menjadi soundtrack pertama dari Naruto. “Rocks” menggambarkan bagaimana hebatnya new wave pada saat itu.
Gebukan drum machine yang khas, permainan synth yang mistis, dengan pembawaan post-punk yang passionate dari sang vokalis Otomo Kohei membuat “Rocks” bukan hanya menjadi ikonik karena membuka perjalanan Naruto, tapi mengingatkan kepada pendengarnya betapa hebatnya dan passionate-nya musik new wave pada jaman dahulu yang membuat remaja tergila-gila.
Posisi di Chart Oricon: 84
6. Nobodyknows+ - Heroes Come Back (Opening Naruto Shippuden 1)
Beastie Boys membuat suatu revolusi di dunia hip hop ketika mereka merilis album Licensed to Ill pada tahun 1986. Mereka memadukan musik hard rock yang menjadi akar musik mereka ke dalam beat hip hop dan hasilnya album tersebut terjual sebanyak 10 juta kopi dan menjadi album pembuka musik hip hop ke ranah mainstream seperti sekarang.
Beastie Boys sangat pintar memadukan musik yang sedang trend saat itu, yaitu hard rock dan glam metal ke dalam unsur hip hop yang mereka bawakan sehingga menghasilkan sebuah kombinasi yang sempurna dari dua genre musik yang berlawanan ini.
Hal yang serupa terjadi di sebuah grup hip hop yang sangat terpengaruh oleh Beastie Boys. Grup yang diisi 4 MC (HIDDEN FISH, crystal boy, Yasu Ichiban?, Nori the Funky Shibiresasu) dan 1 DJ (DJ Mitsu) menggebrak dengan lagu hip hop dengan campuran hard rock yang ritimis sehingga menghasilkan sebuah akulturasi musik rap rock yang maksimal.
Lagu ini membawa kembali memori Beastie Boys dalam album Licensed to Ill. Setiap personilnya mencoba menjadi personifikasi dari masing-masing personil Beastie Boys dan hasilnya mereka berhasil mengikuti idolanya dengan sangat baik.
Kepiawaian mereka dalam mengolah musik rap rock membuat mereka berbeda dengan grup rap rock lainnya yang terkadang malah membuat lagu yang menganggu dan asal-asalan.
Selain lagu ini dibuat dengan sangat baik dan sangat mengandalkan throwback yang sempurna. “Heroes Come Back” juga menjadi sebuah lagu yang mengawali kejayaan baru Naruto yang semakin terkenal di seluruh dunia berkat Naruto Shippuden.
Lewat lagu ini, Nobodyknows bukan hanya memulai kejayaan Naruto Shippuden tetapi mereka juga membuat kejayaan sendiri dengan lagu yang sangat kuat dan mempunyai karakter yang berbeda dengan lagu Naruto yang lainnya.
5. No Regret Life – Nakushita Kotoba (Ending Naruto 9)
Gaya musik emo adalah gaya musik rock dengan ciri khas musik yang melodius, disertai lirik yang ekspresif dan berisi pengakuan. Musik emo sendiri terkenal berkat pendekatan musiknya yang personal dan langsung berhubungan dengan kondisi para pendengarnya yang kebanyakan masih berumur remaja yang masih mencari jati dirinya.
Genre musik ini juga dipengaruhi oleh musik pop punk dan punk rock yang sesuai dengan demografik pendengarnya. Boleh jadi kata emo sendiri merupakan kependekan dari kata emotional.
Gaya musik ini yang memicu band yang terdiri dari Kazusou Oda (vocal, gitar), Genta Matsumura (bass), dan Ryuuta Hashiguchi untuk membuat lagu yang emosional dengan suasana musik emo yang dalam dan lirih.
Single kedua mereka “Nakushita Kotoba” memanggil nuansa britpop dari lagu mellow Ash “Goldfinger" dan “Oh Yeah” lalu dipadukan dengan vokal Oda yang mempunyai karakter punk rock yang kuat.
Suasana musik yang ada di lagu ini dibuat dengan nada alternative rock yang lirih dan emosional demi mendapatkan kesan emo yang sempurna dan mampu membangkitkan emosi dari pendengarnya.
Lagu ini secara bertahap membangkitkan emosi pendengarnya untuk mengeluarkan air mata mulai dari suasana musik yang mellow tetapi keras yang terkesan seperti personifikasi dari orang yang menangis untuk menyembunyikan rasa kuatnya dan disempurnakan dengan Vokal Oda yang melankolis dan memainkan nada-nada tinggi di akhir lagu yang membuat merinding dan membuat kesan emosionalnya bukan hanya sekedar gimmick tetapi terdengar tulus.
Ketika Oda menyanyikan lirik “nakushita shimatta” di akhir entah mengapa tanpa sadar air mata langsung tumpah persis seperti di liriknya.
Dirilis ketika cerita memasuki tahap dimana Sasuke hilang, “Nakushita Kotoba” adalah lagu yang bisa membuatmu menangis karena permainan atmosfir dan temanya atau karena kamu tidak kuat untuk mengikuti vokal Oda yang tinggi.
Posisi di Chart Oricon: 40
4. Flow – Go!!! (Opening Naruto 4)
Sebelum merilis lagu “Go!!!” band yang berisi Kohshi (vokal), Keigo (vokal), Take (gitar), Got’s (bass), dan Iwasaki (drum) ini merupakan grup yang kepopulerannya biasa saja dan hanya terkenal di kalangan pecinta rap rock dan mixture rock.
Nasib mereka langsung berubah total ketika mereka merilis “Go!!!” pada 28 Oktober 2004 dan menjadi tembang antemik dan selalu diingat dari serial Naruto.
Berkat “Go!!!” mereka langsung menjadi band spesialis anime populer seperti Code Geass, Nanatsu no Taizai, Heroman, Durarara!!!, Dragon Ball, Samurai Flamenco dan memberikan kontribusi berkali-kali ke anime yang membesarkan nama mereka yaitu Naruto.
Sebenarnya, Flow memainkan stereotip lagu pop punk dan rap rock pada lagu “Go!!!” tetapi yang membedakan mereka dengan lagu yang mempunyai genre yang sama adalah semangat mereka serta lirik mereka yang konsisten dan berpadu padan dengan kata bahasa Inggris yang selalu mereka ucapkan pada lagu ini yaitu “We are fighting dreamers”.
Saking populernya, Flow memberi judul FIGHTING DREAMERS di mini album mereka yang paling baru.
“Go!!!” memainkan musik punk rock dengan sentuhan rap rock yang berenergi dan tidak membiarkan pendengarnya untuk rehat sejenak.
Ketukan drum yang rapat serta permainan gitar yang cepat terus menerus mengajak pendengarnya untuk bersemangat dan terus mengikuti ritme dari lagunya. Flow tidak seutuhnya bermain dengan pakem punk rock dan pop punk yang itu-itu saja dalam lagu ini, beberapa improvisasi yang seru mereka tanam di pertengahan lagu membuat lagu masih terdengar groovy tanpa harus menghilangkan speed dari “Go!!!”.
“Go!!!” juga merupakan awal kesuksesan bagi Flow dan perkembangan musik anime atau anisong ke seluruh dunia. “Go!!!” pun menjadi standar tidak tertulis bagi sebuah lagu anisong yang mampu membakar penontonnya di layar kaca dan di panggung.
Posisi di Chart Oricon: 6
3. Kana Boon – Sillhouttes (Opening Naruto Shippuden 16)
Awalnya kuartet yang terdiri dari Maguro Taniguchi (vokal, gitar), Hayato Koga (gitar), Yuuma Meshida (bass), dan Takahiro Koizumi (drum) terkenal berkat kepopulerannya di internet lewat lagu indie rock mereka yang penuh dengan sarkasme lewat “Naimononedari".
Setelah kepopuleran tersebut mereka akhirnya masuk ke major label Sony Music Japan melalui sublabel Ki/oon dan tetap mempertahankan tema sarkasme dan sindiran halusnya terhadap berbagai hal di dalam album DOPPEL (2013) dengan musik indie rock dan post punk revival yang cepat dengan lirik yang mungkin susah dipahami oleh pendengar di luar Jepang.
Begitu mereka masuk ke era album TIME (2015) mereka mulai menurunkan tingkat sarkasme mereka dan membuat musik alternative rock yang dapat dimengerti oleh masyarakat awam dengan lirik yang memberi semangat.
Perubahan tersebut terdengar jelas di lagu mereka “Silhouette” yang menjadi single ke-5 mereka. “Silhouette” dibuka dengan riff gitar yang ambisius dan kencang lalu disambung dengan vokal Maguro yang tinggi dan khas untuk menambah kesan emosional sambil mengimbangi speed lagu ini.
Lagu ini terus memborbardir pendengarnya dengan riff gitar yang mantap, lirik yang padu padan dengan tema Naruto Shippuden pada waktu itu yang sedang berada di puncak ceritanya serta permainan alternative rock yang bernyali dengan reff yang ikonik.
“Silhouette” membuka jalan kepopuleran kuartet ini bukan hanya di Jepang tapi di seluruh dunia berkat meme" yang tersebar di internet serta distribusi serial Naruto yang menyebar di seluruh dunia.
Selain berhasil membawa audiens baru, Kana-Boon juga berhasil merubah dirinya dengan sempurna lewat lagu ini dan diteruskan di album setelahnya yang mempunyai musikalitas sama bagusnya dengan “Silhoutte”.
Dengan musik yang enerjik dan lirik yang ikonik, “Silhouette” dan Kana-Boon berhasil menjadi ikon baru dunia alternative rock Jepang dan membuat orang yang mendengarkan lagu ini ingin berlari seperti Naruto atau sekedar ingin bernyanyi “OBOETENAI KOTO MO TAKUSAN WA DAKEDO NANIMO NANIMO SILUETTO”.
Peringkat di Chart Oricon: 11
2. Akeboshi – Wind (Ending Naruto 1)
Menyanyikan sebuah lagu yang tulus dengan pesan yang universal dan dapat dimengerti oleh semua orang merupakan pekerjaan yang sulit bagi musisi Jepang.
Kendala bahasa, pengucapan bahasa Inggris orang Jepang yang masih terbata-bata, dan perbedaan makna serta diksi dari kata-kata Jepang yang sulit dimengerti oleh orang luar membuat lagu Jepang sangat sulit beresonansi dengan semua orang di penjuru dunia.
Seorang solois bernama asli Yoshio Akeboshi ini menjawab tantangan tersebut dengan memberikan sebuah lagu yang bercerita tentang bagaimana ceritanya mencintai diri sendiri dengan menjadi seseorang yang apa adanya lewat “Wind”.
“Wind” dibuka dengan dentingan piano yang lirih lalu disambung dengan bunyi suling yang menguatkan kesan oriental dan melankolis dari lagu ini.
Arsiran musik new age dan soul terus mengusik pendengarnya dan mampu membuat atmosfir melankolia tanpa harus terdengar termehek-mehek dan memaksakan.
Vokal Akeboshi yang bernyanyi bahasa Inggris secara fasih menambah kesan universal dari lagu ini. Akeboshi tidak bernyanyi secara lirih dan mellow, ia bernyanyi secara tulus seolah ingin memberikan pesan kepada pendengarnya bahwa hidup harus pelan-pelan dan tidak usah terburu-buru seperti pepatah Zen.
Titik kesempurnaan dari “Wind” terletak di liriknya. “Wind” merupakan personifikasi dari seorang ayah kepada anaknya yang baru menginjak dewasa, atau senior kepada juniornya tentang bagaimana memaknai hidup tanpa harus terburu-buru dan memaksakan menjadi seseorang yang kamu tidak suka.
Tema self-improvement yang dibawakan oleh Akeboshi tidak terkesan menggurui dan mendoktrin, ia hanya ingin berbagi pengalamannya tentang menjadi dewasa kepada pendengarnya dan hal tersebut dieksekusi dengan sangat sempurna dan mampu membangkitkan air mata ketika mendengarnya.
Mendengarkan “Wind” adalah suatu pengalaman emosional bagi pendengarnya apalagi lagu ini dirilis di era dimana para penonton Naruto waktu itu masih anak-anak dan remaja yang ingin beranjak dewasa.
Ketika mendengarkan lagu ini kembali kenangan masa kecil langsung muncul dan tiba-tiba kita menangis mendengarnya karena mengingat masa kecil dan remaja kita yang begitu naif dan lugu persis seperti lirik lagunya.
“Don't try /To live so wise/Don't cry/'Cause your so right/Don't dry/With fakes or fears/'Cause you will hate yourself in the end//”
Dengan petikan musik yang lembut, tulus, dan menenangkan. Akeboshi berhasil membawa pesan musiknya jauh menembus Jepang dan menjadi salah satu lagu ikonik di kalangan pecinta anime di era awal 2000an.
Peringkat di Chart Oricon: 31
1. Asian Kung-Fu Generation – Haruka Kanata (Opening Naruto 2)
Sebelum mengisi lagu Naruto melalui Haruka Kanata, Asian Kung-Fu Generation hanyalah sebuah band yang terkenal berkat memainkan musik power pop yang cepat ala Weezer serta musik indie rock yang aneh dari senior mereka Number Girl.
Begitu mereka mendapatkan sensasi di skena musik indie Jepang melalui EP “Houkai Amplifier” mereka langsung dikontrak oleh Sony Music Japan melalui sublabel Ki/oon.
Ketika mereka sudah masuk major label mereka langsung dipromosikan untuk mengisi lagu Naruto.
Sebuah pilihan yang cukup rawan dan beresiko ketika “Haruka Kanata” dipilih menjadi lagu pembuka kedua Naruto dimana serial tersebut merupakan serial anime shounen yang sedang naik daun di kalangan penonton Jepang.
Tetapi Asian Kung-Fu Generation membuktikan kepada seluruh dunia kenapa mereka layak untuk mengisi lagu pembuka Naruto yang menjadi lagu ikonik di kalangan pecinta anime dan musik Jepang.
Lagu dibuka dengan petikan bass yang cukup keras lalu dihantam dengan riff gitar padat yang terpengaruh dari musik post-punk ala Gangs of Four dan Manic Street Preachers dalam album The Holy Bible.
Vokalis Masafumi Gotoh membuka lagu dengan vokal yang pelan sebelum ia menaikkan tensi suara dia ke arah scream tetapi hebatnya lagu ini tetap pada jalannya dan Gotoh masih memegang kendali penuh atas lagunya sehingga lagu ini tidak terdengar menjadi hardcore atau pop punk.
Gotoh tiba-tiba menjadi Frank Black dari Pixies dalam memainkan gimmick slow-loud singing dari awalnya smooth tiba-tiba jadi berteriak dan bisa menjadi Rivers Cuomo dari Weezer dalam memainkan vokal emo-nya.
Asian Kung-Fu Generation memberikan segalanya di “Haruka Kanata” dan hasilnya lagu ini tidak hanya bagus, epik, dan memorable dari segi lagu tetapi juga dari segi kultural dimana mereka masih bisa memasukkan unsur indie rock/post-punk yang tulen tanpa harus terdengar berat dan tetap bagus dari segi komersial.
Notasi dan pekikan riff gitar yang mendekati musik lo-fi ini menambah keepikan dari lagu yang menjadi landmark dalam dunia alternative rock dan anisong ini. Hal itu membuat semua band alternative Jepang ingin menjadi Asian Kung-Fu Generation karena mereka bisa mempertahankan idealismenya tanpa harus melenceng dari segi komersialitas. “
Haruka Kanata” adalah awal dari segalanya. Mulai dari awal kepopuleran Asian Kung-Fu Generation di dunia musik jepang, awal kepopuleran mereka di mata internasional, awal dari demam indie rock dan gerakan alternative rock di Jepang, awal dari gerakan anisong di seluruh dunia, awal dari kekuatan lagu tema anime dalam meningkatkan fanbase dari anime tersebut, serta awal dari banyaknya band baru yang berlomba-lomba mengisi lagu tema anime agar bisa terkenal seperti Asian Kung-Fu Generation dan membuat revolusi di dunia musik dan anime Jepang.
Posisi di Chart Oricon: 45
Nah, itu 10 lagu anime terbaik versi saya. Setuju gak? Sampaikan di kolom komentar!
Baca Juga: 5 Alasan Kakashi Bisa Jadi Hokage Lagi Kalau Naruto Gugur