Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sayang GREE tidak beroperasi di Indonesia, sehingga game-game mereka (seperti Ark of the Ages), dan juga layanan jejaring sosialnya kurang begitu dikenal di negara kita. Namun di Jepang, GREE menjadi salah satu nama besar, dan banyak developer game konsol bekerjasama menempatkan game mereka di platform sosial GREE, seperti Konami misalnya. Namun sepertinya GREE di wilayah lain tidak sebaik di Jepang. Platform sosial GREE di Jepang menjadi salah satu kekuatan yang dominan, dan selama beberapa tahun belakangan mereka mencoba makin agresif ke luar Jepang. Namun setahun belakangan GREE justru dipaksa untuk memberhentikan sebagian karyawannya di luar Jepang, seperti akhir tahun lalu mereka merumahkan 25 karyawan dari OpenFeint, sekaligus menutup layanan online game mobile tersebut (yang sempat membuat gamer mobile kecewa, karena banyak data achievement mereka di OpenFeint hilang). Dan dua hari kemarin kembali GREE memberitakan kabar pemberhentian karyawannya. Kemarin kami mendapat kabar jika perusahaan jejaring sosial dan publisher game mobile GREE ini merumahkan sekitar 30 karyawannya dari kantor San Francisco dengan alasan untuk beroperasi seefisien mungkin. Menurut Anil Dharni, COO GREE International Inc., langkah tersebut sebagai imbas dari perubahan fokus bisnis mereka, yang kini banyak disibukkan untuk membuat game-game mobile baru. Berikut pernyataan Anil Dharni:
"We have recently aligned GREE's US studio to focus on creating the next generation of mobile social games. This shift in focus has been clearly demonstrated by the success and growth of our games. As part of ensuring that we are operating as efficiently as possible, we have made the difficult decision to reduce our work force. The employees leaving today have made great contributions to our success and we wish them all the best."Tidak hanya di San Fransisco saja, karena hari ini GREE juga diketahui menutup kantor mereka di China. Cabang GREE di sana akan resmi menghentikan operasinya per tanggal 28 Juni mendatang, dan semua karyawannya bakal dirumahkan. Alasan utama penutuoan cabang China tersebut menjadi bagian dari gagalnya penetrasi GREE di luar Jepang, dan lambatnya GREE memahami pergeseran minat pengguna platform sosial yang kini lebih banyak menggunakan media smartphone. Sedangkan GREE sendiri mendapatkan sebagian besar keuntungan dari feature phone, yang kini terus berkurang penggunanya sebagai imbas makin bertumbuhnya pengguna iOS dan Android. Pengguna Android yang sering bermain game mobile, tahun lalu pasti masih sering mendapat notifikasi untuk terhubung dengan Open Feint. Jejaring sosial online yang berperan mencatat score serta achivement tersebut diakuisisi GREE pada pertengahan 2011 lalu. Namun ketika mereka memutuskan untuk mengentikan Open Feint akhir tahun lalu, dan memaksa developer yang mengintegrasikan game mereka dengan Open Feint, harus segera memutuskan keterikatan, atau game tersebut tidak akan bisa dimainkan kembali penggunanya. Tidak hanya developer yang dibuat repot segera membuat update baru, namun gamer yang susah susah-susah bermain mengumpulkan achievement pun harus rela data mereka hilang bersama dengan ditutupnya Open Feint. Namun bukan berarti GREE melemah atau nyaris kolaps, karena di Jepang perusahaan ini masih menjadi yang terbesar, dengan market cap (kapitalisasi pasar, nilai perusahaan berdasarkan perhitungan harga pasar saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar) mencapai US $2.8 milyar. Bandingkan dengan perusahaan sejenis seperti Mobage DeNA dengan $3.6 milyar, Zynga pada nilai $2.6 milyar, Electronic Arts berada di $6.7 milyar, Activision Blizzard senilai $16.7 milyar, dan atau Nintendo ($15.0 milyar) yang ternyata kini posisinya ada di bawah GungHo (nilainya $15.1 milyar). Di Jepang GREE masih banyak menjadi rujukan banyak developer game konsol besar untuk menjadi platform utama game mobile yang mereka kembangkan. Berikut infographic terbaru yang dirilis GREE mengenai pencapaian beberapa game mereka.