TUTUP

Cyber-shot DSC-RX100, Kemampuan DSLR Dalam Casing Kamera Saku

Sony mencoba kembali merevisi identitas kamera saku agar lebih relevan dengan Cyber-shot DSC-RX100, yang mengagumkan karena memasang sensor satu inchi, dan aperture f/1.8 namun dalam sebuah casing yang kompak.

Dengan DSLR seperti Canon EOS 550D dan Nikon D3200 menjadi lebih mudah dijangkau harganya, dan kamera smartphone juga makin meningkat kualitasnya, jelas yang menjadi korban adalah tipikal kamera point-and-shoot dengan lensa tunggal yang berada di tengah - tengah -- bahkan salah satu produsen kamera point-and-shoot seperti Sony mengakui jika perkembangan kamera smartphone mulai menggerogoti pasar point-and-shoot. Namun Sony mencoba kembali merevisi identitas kamera saku agar lebih relevan dengan Cyber-shot DSC-RX100 ini, yang mengagumkan karena memasang sensor satu inchi, aperture f/1.8 namun dalam sebuah casing yang kompak. Selama ini apa yang menjadi ukuran dan nilai jual kamera point-and-shoot angka megapixel yang besar, dan juga seberapa panjang jarak yang mampu diraih ketika melakukan optical zoom. Di sini Sony berbeda, karena yang diperbesar adalah ukuran sensornya. Pembidik utamanya memang biasa. Kamu mendapatkan lensa 20.2 megapixel, yang menjadi satu keluarga Exmor dan didukung chip pemrosesan gambar Bionz processor. Namun lensa 28-100mm tersebut datang dari Vario-Sonnar Zeiss, dengan 3.6x optical zoom (dari 28mm hingga 100mm, pas untuk memotret dalam tampilan wide-angle) serta yang paling mengesankan adalah kemampuan bukaan lensanya yang besar, mencapai f/1.8, pasti sangat membantu ketika berada di situasi dengan depth of field yang dangkal atau kondisi low-light. Videonya sendiri dihasilkan dalam format AVCHD, namun kamu mendapatkannya full HD 1080p (1920 x 1080 pixep) dengan 60 frame per detik -- selain juga mode 720p dalam format MP4. Untuk gambar bisa menghasilkan format RAW selain juga JPEG. Casingnya berlapis aluminium, dilengkapi tidak hanya kendali manual yang bisa kamu program di bagian belakang -- seperti untuk shutter dan kendali aperture selama merekam film. Namun kamu juga mendapatkan kendali manual (control ring) ada di sekitar lensanya untuk menempatkan lebih banyak fungsi di sana -- seperti akses cepat  ke kontrol fokus secara manual, pengaturan shutter dan aperture, dan juga setting ISO, dimana bisa kamu set dari ISO 100 hingga 25,600 -- serta ada batasan auto ISO limit 6400. Mungkin yang membuatnya agak kurang menarik hanya desainnya yang kaku, warna hitam tanpa lengkungan yang elegan. Karena Sony memasukkan sensor yang cukup besar dalam sebuah fixed lens, maka satu harapan adalah bukaan lensanya yang mampu memasukkan banyak cahaya. Demikian kamu mendapati tidak hanya ketajaman gambar, namun juga menghasilkan efek defocusing yang apik (hasil foto dengan background nge-blur). Sensor berukuran 1 inchinya juga menjadi yang terbesar di antara point-and-shoot sekelasnya. Namun Sony sendiri mengklaim baterainya tetap kuat untuk 330 jepretan dalam sekali charge. Lanjut ke halaman 2... Cyber-shot DSC-RX100 pun juga sangat kompak, apalagi jika dibandingkan DSLR standar. Dengan dimensi 10 x 6 x 3.5 cm dan berat yang 750 gram. Untuk navigasinya mengandalkan layar LCD 3 inchi dengan resolusi 1,229k dot, yang oleh Sony layarnya dibentuk melalui teknologi WhiteMagic -- pixel putihnya dimanfaatkan untuk mem-boost kecerahan layar dan meningkatkan detail. Gunanya jelas agar ketika kamu mengoperasikan di luar ruangan dan di bawah paparan cahaya matahari, masih tetap terlihat jelas layarnya. Sony juga melangkapi DSC-RX100 dengan beberapa mode pemotretan yang diterapkan pada beberapa model baru mereka seperti Sony Alpha SLT-A37 dan NEX-F3, termasuk Auto Portrait Framing (otomatis meng-crop hasil foto agar pas dengan frame yang ditentukan) dan clear image zoom, yang menggunakan database internal untuk mengisi pixel yang hilang, agar menghasilkan gambar akhir yang lebih jelas ketika dilakukan zoom secara penuh. Walaupun kesan pro terlihat jelas, namun mode pemotretan lainnya juga menarik untuk para fotografer casual. Seperti mode Sweep Panorama dimana kamu perlu menggerakkan kamera ini dari kiri-kana untuk mendapatkan panorama yang pas, lalu ada Handheld Twilight untuk memotret dalam gelap, dan juga 10-fps burst mode yang bisa dicapai meskipun memotret dalam resolusi full 20 megapixel. Selama ini untuk kelas kamera saku point-and-shoot yang cukup mumpuni, kami masih memilih Canon PowerShot S100 (saat ini masih dijual dengan rentang Rp. 3,8 jutaan di Indonesia), yang memang menawarkan pengendalian manual yang membuat kelas pocket menjadi berasa profesional. Namun dengan akan hadirnya Cyber-shot DSC-RX100 ini, sepertinya kita mendapatkan pemenang baru, walaupun dengan banderol yang lebih mahal. DSC-RX100 hadir dengan tubuh yang sedikit lebih besar dari S100, sensor CMOS 20.2 megapixel berukuran 13.2mm x 8.8mm, atai atau sekitar 2.7 kali lebih besar dari sensor pada S100 (7.6mm x 5.7mm) dan juga tipikal kamera saku di kelasnya yang lain. Kemudian sensor pada DSC-RX100 ini pun masih lebih kecil daripada tipikal DSLR berformat APS-C. Oh ya, kami juga suka desain pop-up flash-nya, yang menyembul keluar ketika kamu membutuhkan penerangan tambahan. Tertarik dengan kamera poket seharga entry level DSLR ini? Tunggu saja Juli 2012 mendatang, karena Sony bakal merilisnya dengan harga US $649.

Cyber-shot DSC-RX100 "eyes uncompromised"

httpv://youtu.be/Sfr9zu9Xdn0

Sumber: Sony Store