Review Pantja-Sila: Cita-Cita dan Realita - Film Pas Untuk Mengenang Sejarah Lahirnya Pancasila
Film pas bagi generasi muda untuk mengetahui sejarah lahirnya Pancasila
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seperti tahun-tahun sebelumnya, bulan Agustus menjadi momen yang pas bagi para sineas industri film tanah air untuk mengangkat film-film bertemakan kemerdekaan. Tak terkecuali dengan tahun ini, Jakarta Media Syndication dan Geppetto Production bekerjasama membuat sebuah film berjudul Pantja-Sila: Cita-Cita dan Realita. Seperti apa film perjuangan Bung Karno memperjuangkan dasar negara Pancasila ini? Maka simak review Pantja-sila: Cita-Cita dan Realita di sini.
Sinopsis
Menggunakan format historical monolog, film Panjta-sila: Cita-cita dan Realita berlatar dalam situasi sidang Badan Persiapan Usaha Kemerdekaan (BPU-PK) tanggal 1 Juni 1945 dan menggambarkan secara rinci tentang pidato Bung Karno (Tyo Pakusadewo) dalam memperkenalkan dan memperjuangkan falsafah negara Indonesia yang dikenal dengan nama Pancasila. Lewat pidato historical tersebut, Bung Karno secara gamblang menggambarkan cita-cita bangsa Indonesia yang terkandung dalam falsafah negara yaitu Pancasila. “Realita” yang tertera di judul film ini mencerminkan realita pahit hidup berkebangsaan yang tidak sama dengan apa yang dicita-citakan pada saat Indonesia merdeka namun tetap menjadi tujuan dasar Negara Pancasila itu sendiri.
Film yang Isinya “Cuma” Pidato
[read_more id="254662"]
Jika kamu datang ke bioskop dan mengharapkan film ini akan menyajikan banyak aksi tembak-tembakan melawan penjajah Jepang, atau aksi para penduduk pribumi menusuk tentara Belanda dengan sebuah bambu runcing, sepertinya kamu harus menghapus opini imajiner tersebut.
Berbeda dengan film-film yang mengangkat tema kemerdekaan Indonesia lainnya, film Pantja-Sila: Cita-cita dan Realita hanya menampilkan pidato menggebu-gebu Bung Karno dalam sidang Badan Persiapan Usaha Kemerdekaan (BPU-PK). Seperti yang diutarakan oleh Tino Saroenggallo selaku produser dan sutradara bahwa yang dijual oleh film ini adalah isi pidato Bung Karno mengenai falsafah negara Pancasila bukan akting atau gimmick-gimmick mahal ala film kemerdekaan. Melalui film ini, generasi muda Indonesia bisa mendengar kata per kata isi pidato yang dibacakan oleh Soekarno (tanpa membaca teks) di depan sidang BPU-PK pada tanggal 1 Juni 2016. Dibacakan spontan dari untaian kata yang sudah terbentuk belasan tahun di dalam benaknya.
Terkendala Biaya dan Data
Dalam Press Conference yang dihadiri oleh Duniaku pada 3 Agutus 2016 di XXI Epicentrum, beberapa kali Tio Pakusadewo menekankan bahwa proses pengerjaan film Pantja-sila: Cita-cita dan Realita terkendala oleh biaya atau dana. Namun lewat modal semangat Tio Pakusadewo dan kawan-kawan demi berbakti dan mengabdi bagi bangsa dan negara, film ini pun akhirnya rampung. “Kalau nanya budget-nya berapa, engga bisa dihitung karena kami menggunakan semangat. Sejujurnya, saya engga tau [berapa budget-nya]. Tapi, kami terus memperjuangkan supaya film ini bisa terus disaksikan tiap generasi.” ujar Tio.
Selain dana, salah satu kendala lainnya dalam menggarap film ini adalah data, “Kita enggak punya data. rekaman audionya, rekaman gambarnya apalagi.” lanjut Tio. Film Pantja-sila: Realita dan Cita-cita hanya bermodalkan stenografi asli dari pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945.
Kesimpulan
Kesimpulan review Pantja-sila: Cita-cita dan Realita adalah film ini merupakan film yang tepat ditonton bagi generasi muda untuk semakin mengenal bagaimana lahirnya Pancasila lewat pidato Bung Karno pada sidang BPU-PK. Mengingat bahwa tidak ada rekaman dari pidato tersebut, film ini mampu mengisi kekosongan kepingan sejarah berdirinya bangsa Indonesia.