Gamer, mana suaranya? Setuju tidak jika main video game bisa membuat kalian susah belajar?
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
[read_more id="167922"] Siapa yang tidak kenal Mario Teguh. Motivator terkenal ini cukup familiar di mata masyarakat Indonesia melalui acaranya yang super berjudul "Mario Teguh Golden Ways" yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Bahkan beliau juga pernah mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai Motivator dengan Facebook Fans terbesar di dunia. Kata-kata bijak Mario Teguh yang ringan dan mudah dipahami membuat kita terasa disentil dengan halus tentang perbuatan buruk yang kita lakukan sehari-hari tanpa kita sadari. Penyampaiannya yang lugas dan kadang disertai dengan humor membuat para penggemar setianya merasa lebih pas dan nyaman. Rangkaian kata-katanya terkadang juga bisa menjadi pemicu semangat kepada semua orang. Sudut pandangnya dalam berpikir sangat positif membuat banyak orang terkagum akan kelihaiannya. Dia mampu memberikan saran atas berbagai permasalahan hidup. Tak heran jika setiap postingannya di Facebook dapat dipastikan mendapat ribuan like dan ratusan komentar. Termasuk dua post-nya di bawah ini, yang dibuat pada tanggal 5 Maret 2015 dan 4 Agustus 2015 kemarin. [embedly url="https://www.facebook.com/marioteguh/photos/a.415355429880.177881.52472954880/10153593526674881/?type=1&permPage=1"] [embedly url="https://www.facebook.com/marioteguh/photos/a.415355429880.177881.52472954880/10154039060249881/?type=1&permPage=1"] Di satu sisi mungkin kalian yang bukan gamer tidak akan mempermasalahkan motivasi beliau yang terasa menjudge tersebut, khususnya posting pada tanggal 4 Agustus lalu. Bahkan mungkin juga setuju. Apalagi di sekitar kita masih saja banyak pihak yang memberikan stigma negatif terhadap hobi nge-game. Namun penulis pribadi yang juga seorang gamer, dan memang dari remaja memiliki cita-cita bisa hidup atau memiliki mata pencaharian dari hobi nge-game, sangat tidak setuju dengan pendapat om Mario kali ini. Tidak benar jika hobi nge-game itu adalah "hobi turunan." Penulis yakin, setiap individu anak itu berbeda, termasuk itu ketertarikan mereka terhadap sesuatu. Namun di sini, om Mario langsung menjustifikasi jika Ayah yang suka main video game di hadapan bayinya, akan memiliki anak ABG yang susah belajar karena gila video games. Om Mario bukan sekadar menunjuk pada remaja yang dianggapnya susah belajar karena suka bermain game, namun dia juga menyebut seorang ABG gamer itu bisa sampai pada taraf "gila video games" karena ulah ayahnya tadi, ketika mereka masih bayi. Padahal pengalaman penulis, segamer-gamernya seorang teman yang baru saja menjadi seorang ayah, dia tidak sampai mencurahkan hobinya bermain game selama bayinya masih terjaga.[/caption]
Karena itulah, tidak heran posting motivasi Golden Ways dari Mario Teguh tersebut mendapatkan banyak respon dari netizen. Banyak yang setuju dan seperti biasa merespon dengan "Salam Super," namun tidak sedikit juga yang kontra. Berikut penulis kompilasikan beberapa respon yang membantah pandangan Om Mario mengenai orang tua gamer tersebut:
Om Mario, saya dulu ABG tidak susah belajar dan saya sangat suka main video game. Sebagai perempuan remaja, main video game itu bukan sesuatu hobi yang lazim pada jaman saya dulu, tapi saya diajari bermain video game oleh ayah saya, dan saya tumbuh menjadi suka video game. Saya akhirnya bekerja di bidang video game sekarang, dan saya merasa sangat fulfilled dengan kehidupan saya sekarang. Tanpa video game, saya tidak akan bisa menjadi seseorang seperti ini, tentunya tanpa Ayah saya yang gila video game, saya tidak akan seperti ini sekarang. Terima kasih, mohon untuk tidak menggunakan video game sebagai objek kemalasan seorang anak, apalagi dikaitkan dengan ayah yang gamer, teman2 saya banyak yang menjadi ayah dan seorang pemain video game akut, dan anak mereka tidak susah belajar. memang demand akan video game itu ada, namun semua anak pasti memiliki demand, tinggal cara ortu menangani anak tersebut bagaimana. (Athiraniday Subagio) I grew up playing games with my dad and watched him playing games all the times. Dad taught me not to run away from my responsibilities and studies and it stuck to me, playing games in front of your kids does not make them lazy, playing games because you're running away from your responsibilities does. I think your statement is baseless and does not cover all possible angles of the argument, please don't put up statements like this in the future that only serves to rally the masses and gain likes from people, thank you. (Mahardika Mukti) Jadi menurut Pak Mario bermain video games di depan anak itu tidak baik, dan bisa membuat anak kecanduan main video game?
Saya kurang setuju Pak.
Saya rasa tidak harus seperti itu analogi yg digunakan untuk menjelaskan "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" unsure emoticon
Lagipula tidak semua video game jelek, dan bahkan... kecanduan video game juga tidak selalu buruk. Video game sudah menjadi salah satu e-Sport di dunia Internasional dengan hadiah belasan juta dollar... bahkan ada yang dijadikan karir yang cemerlang. Mungkin analogi yg digunakan kurang tepat Pak Mario. (Rinaldi Suhardiono) [read_more id="187524"]
Menurut penulis, Om Mario hanya melihat game dari satu sisi saja. Beliau tidak tahu, jika juga ada banyak manfaat positif dari bermain game, yang bahkan bisa bikin kalian
sukses dunia dan akhirat, dan bahkan seorang gamer itu bisa menjadi
salah satu kriteria calon pendamping yang paling banyak dicari saat ini. Bagamana menurut kalian dua motivasi Mario Teguh di atas? Apakah kalian setuju, atau juga keberatan jika dianggap game itu dianggap sebagai penyebab seorang anak menjadi susah belajar? Tuangkan pendapat kalian melalui kolom komentar di bawah!