Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Siapa yang tidak kenal dengan mobil-mobil lucu dari serial Cars garapan Disney? Cars sudah meraih sukses yang sangat besar dan menghasilkan banyak pundi-pundi emas ke dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu, tidak lah mengherankan jika Disney kemudian ingin memperluas franchise Cars dan merilis spin off-nya yang berjudul Planes ini. Planes pada awalnya direncanakan untuk dirilis dalam format direct-to-video atau dalam bentuk DVD, digital download dan lain-lain namun kemudian malah dirubah menjadi film layar lebar.
Masih mengambil universe yang sama dari Cars, Planes sebenarnya adalah film yang sangat potensial. Karena mengambil tokoh pesawat yang dapat berbicara, seharusnya film ini menjadi lebih indah dan visually stunning jika dibandingkan dengan Cars. Ternyata, tidak ada banyak perubahan berarti dari film kali ini. Kita mulai dari sisi storyline. Alkisah, ada seorang (atau sebuah?) pesawat penyemprot hama bernama Dusty Crophooper yang bermimpi untuk menjadi seorang pembalap dan ikut serta dalam lomba bergengsi Wings Around The World, sebuah kompetisi mengelilingi dunia yang diikuti oleh pesawat-pesawat top dari seluruh dunia. Dusty dibantu oleh kawan karibnya, sebuah mobil pengisi bensin bernama Chug serta mekanik Dottie. Tidak ketinggalan pula Skipper, sebuah pesawat perang tua dari era Perang Dunia II yang memberikan tips-tips bagi Dusty.
Dari sini cerita berjalan cukup standar dan sangat mudah ditebak. Dalam perjalanan mengelilingi dunia memang terjadi beberapa insiden yang membuat sosok Dusty semakin terlihat seperti pahlawan dan dibenci oleh juara dunia 3 kali, Ripslinger. Sayangnya, menurut saya penggambaran dari perjalanan keliling dunia ini kurang detail. Terlalu banyak tempat yang dilompati dan dilewati begitu saja. Berangkat dari New York, setting keliling dunia hanya mengambil tempat di atas samudera Atlantik,Jerman, India, Himalaya, Cina serta samudera Pasifik. Masing-masing dalam porsi yang kecil. Beberapa adegan memang cukup menarik untuk ditonton, seperti saat Dusty, yang ternyata takut akan ketinggian, harus berjuang melawan badai di atas samudera Pasifik. Sayangnya, versi 3D dari Planes tidak lah terlalu berpengaruh besar dalam film ini. Saya menonton versi 3D-nya namun tidak dapat merasakan ada di bagian mana yang menggunakan efek 3D. Yang saya suka dari Planes adalah karakter El Chupacabra, pesawat asli Meksiko yang sangat sifatnya sangat lucu.
Terlepas dari semua hal tersebut, bagi penonton cilik, Planes masih sangat layak untuk ditonton. Hal ini terbukti dari cukup hebohnya anak-anak kecil yang ikut menonton screeeningnya bersama saya. Planes adalah film keluarga dan mungkin kurang cocok bagi penonton yang sudah berumur seperti saya, namun jika kalian ingin mengajak adik-adik kalian menonton film ini, saya sangat merekomendasikannya. Oh ya, film ini nantinya akan menjadi sebuah trilogi loh.