TUTUP

Review Red One, Dwayne Johnson dan Chris Evans Menyelamatkan Natal

Red One bukan film Natal terbaik, tapi bukan yang terburuk

GENRE: Action 

ACTORS: Dwayne Johnson, Chris Evans, Lucy Liu

DIRECTOR: Jake Kasdan

RELEASE DATE: 06 November 2024 

RATING: 3/5

Sebelum munculnya Red One, kami sudah terlebih dahulu diperkenalkan dengan berbagai konsep "penyelamtan" Sinterklas yang lumayan sering ditampilkan oleh Hollywood. Bahkan terakhir kali kami sangat menikmati kehadiran Violent Night di tahun 2022.

Red One berupaya kembali menghadirkan kisah Natal yang unik dan penuh aksi, namun sayangnya kurang berhasil menghadirkan nuansa magis yang khas dari film-film liburan. Dengan Dwayne Johnson berperan sebagai Callum Drift, kepala keamanan di Kutub Utara, dan Chris Evans sebagai Jack O’Malley, seorang hacker cerdik, film ini membawa premis yang hampir mirip. Seperti apa filmnya? Mari kita simak reviewnya di bawah ini.

1. Sinterklas Diculik

Dok. Warner

Red One kembali berusaha menjawab pertanyaan yang muncul dari mulut anak-anak tentang Sinterklas. Apakah dia sungguhan? Bagaimana dia kalau dia tidak muncul atau menghilang di kala Natal? Dan itulah yang dibahas di film ini.

Jack adalah seorang hacker canggih yang berhasil menemukan lokasi rumah atau pabrik Sinterklas. Sayangnya penemuan tersebut dia jual ke pihak yang tidak bertanggung jawab dan dipergunakan untuk menculik Sinterklas. Karena perbuatannya, Jack harus berurusan dengan Call, yang merupakan E.L.F atau bodyguard sang Sinterklas.

Pada akhirnya dalam misi menyelamatkan Sinterklas, Jack dan Call harus bahu-membahu, mengikuti jejak yang ditinggalkan sang penculik. Pada awalnya keduanya tidak cocok, apalagi Jack adalah anak nakal di kategori 4. Tapi seiring dengan waktu duo berbeda tipe ini akhirnya paham kelemahan dan kelebihan masing-masing.

Baca Juga: Review Film My Hero Academia: You're Next, Penuh Pertempuran Sengit!

2. Visual yang Oke!

Dok. Warner

Dengan penggunaan CGI yang memanjakan mata, Red One menampilkan dunia Kutub Utara yang futuristik, sebuah kota dengan kubah besar, kendaraan berteknologi tinggi, dan tim keamanan Santa yang disebut E.L.F. Meski terlihat menarik secara visual, efek CGI yang berlebihan malah membuat film ini terasa kaku dan jauh dari kesan humanis yang diharapkan dari film bertema Natal.

Teknologi yang mendominasi setiap adegan cenderung mengesampingkan sisi emosional, sehingga sulit bagi penonton untuk merasa terhubung dengan dunia fantasi yang coba diciptakan. Pada akhirnya, CGI yang melimpah malah memperburuk suasana, menghilangkan kesan hangat yang biasanya melekat pada film liburan.

Bisa dibilang kami menyukai gaya sinematik film Red One, asalkan judulnya berubah menjadi Justice League atau Avengers. Canggih dan keren, sayang kurang hangat.

3. Duo yang Dinamis Tapi Kurang Menggigit

Dok. Warner

Duo Johnson dan Evans seharusnya bisa menjadi pasangan sempurna yang menghidupkan cerita ini. Namun, karakter Callum Drift yang serius dan Jack O’Malley yang sinis gagal menciptakan chemistry yang kuat.

Dialog mereka sering kali terasa hambar dan kurang tajam, bahkan tidak jarang berakhir dengan humor yang dipaksakan. Padahal, premis karakter-kontras ini bisa saja menjadi daya tarik utama.

Tokoh pendukung seperti Lucy Liu sebagai Zoe Harlow dan J.K. Simmons sebagai Santa Claus pun hanya ditampilkan sekilas tanpa diberikan kesempatan untuk berkembang. Mereka tampil sekadar sebagai ‘pemanis’ dan tidak banyak menambah bobot cerita. Ini membuat semua karakter terasa satu dimensi dan kurang membekas di hati penonton.

4. Kesimpulan

Dok. Warner

Di balik niatnya sebagai film komedi-aksi bertema Natal, Red One malah terasa kehilangan keintiman dan pesan moral yang biasanya ada di film-film liburan. Ketimbang membawa cerita hangat yang menggugah, film ini lebih banyak mengandalkan aksi besar-besaran dan humor yang sering kali terkesan dipaksakan.

Contohnya, adegan di mana Johnson dan Evans bertarung melawan pasukan musuh hingga ke benteng Krampus di Jerman terasa lebih seperti aksi film superhero yang kurang relevan dengan tema Natal. Bahkan kehadiran tokoh antagonis seperti Krampus dan Christmas Witch Grýla tidak banyak memberikan warna pada plot. Keduanya malah seperti tempelan asal ada.

Bagi mereka yang mencari film Natal dengan pesan kebaikan dan keajaiban, Red One mungkin lebih terasa seperti hiburan sekilas yang lebih mirip film superhero ketimbang film Natal. Berhubung kebanyakan orang Indonesia menyukai film tipe ini, kami yakin Red One akan memiliki penggemarnya sendiri.

Baca Juga: Review Here, Melintasi Waktu dan Terjebak Dalam Satu Ruangan