6 Adaptasi Anime yang Visualnya Lebih Buruk dari Versi Manganya
Banyak fans animanga yang kecewa karena hal ini!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak penonton yang berekspetasi bahwa versi anime dari manga favoritnya akan terlihat memukau dengan sejumlah aksi yang memanjakan mata. Sayangnya, karena faktor pemilihan studio dan pengalaman animatornya, dua hal itu justru membuat hasil produksinya justru lebih buruk dari yang dibayangkan.
Ingin tahu daftar anime apa saja yang masuk ke daftar adaptasi terburuk kali ini? Simak ulasannya!
1. Toriko
Meskipun kedua versinya berhasil menyajikan serunya perburuan dan pengolahan bahan makanan, versi animenya cenderung lebih bermain aman dalam menonjolkan tingkat kekerasan dalam pertarungan.
Tidak seperti manganya yang tak segan-segan memperlihatkan muncratan darah atau bekas potongan anggota tubuh, versi animenya seolah berusaha menyensornya dengan paksa sampai ke rating yang aman untuk penonton anak-anak.
Ditambah lagi efek jurus yang ditimbulkan karakter juga mendapat perubahan. Salah satunya adalah jurus Toriko sendiri yang mampu menciptakan visual pisau dan garpu logam malah diganti dengan cahaya putih kebiruan. Kemudian ada juga efek jurus Grand Knocking milik Jiro yang bisa mendatangkan tsunami justru diubah menjadi tanah yang menggunung.
Padahal, mengubah efek jurus karakter bisa membuat animasinya tak bisa dinikmati dengan maksimal terutama oleh para pembaca manganya.
2. Nanatsu no Taizai 3
Kekhawatiran para penggemar terhadap studio Deen benar-benar menjadi kenyataan.
Anime Nanatsu no Taizai yang berhasil menghibur di musim pertama dan keduanya harus anjlok karena jatuh di tangan yang salah. Yup, kebanyakan penggemar menganggap studio satu ini cocok untuk menangani anime komedi seperti Konosuba, bukannya yang penuh dengan aksi.
Kalian bisa bandingkan versi manganya dengan animenya, di mana versi aslinya ditampilkan begitu detail, dinamis dan nuansanya sangat hidup. Sayangnya, di versi animenya mulai dari musim ketiga, animasinya secara keseluruhan mulai kacau, beberapa adegan pertarungan yang harusnya epik malah menjadi keliatan ngaco.
Bahkan adegan non aksi seperti saat Elizabeth merawat Meliodas yang terbaring pun juga keliatan lucu sehingga sering dijadikan bahan meme.
3. Kengen Ashura
Banyak yang mengatakan jika studio yang mengadaptasi manga yang terkenal dengan detailnya bukan yang berpengalaman, maka bersiaplah untuk kecewa saat menonton animenya.
Perlu diakui bahwa, koreografi karakternya sendiri terbilang mulus. Sayangnya, hal itu berbanding terbalik dengan banyaknya detail dan nuansa dinamis nan brutal yang terlihat seperti bekas pukulan, efek transformasi dan lain-lain yang dirasa masih kalah jauh dengan versi manganya
Seandainya saja, anime satu ini mendapat sentuhan 2D seperti anime konvesional pada umumnya, mungkin nilai pamor Kengen Ashura bisa melampaui anime bela diri lainnya.
4. Berserk
Yang kita bicarakan bukan versi TV yang rilis tahun 1997 atau trilogi filmnya yang diproduksi pada tahun 2012. Baik serial TV jadulnya atau trilogi filmnya merupakan salah satu adaptasi terbaik yang diakui oleh para penggemar.
Alasan kenapa Berserk bisa masuk justru karena animenya yang dirilis dari tahun 2016 sampai 2017. Para fans yang berekspetasi bahwa hasil mahakarya mendiang Kentaro Miura akan mendapatkan adaptasi yang bagus justru harus gigit jari. Bayangkan saja, hasil produksinya saja didominasi oleh CGI yang kaku.
Ironisnya, animasi 2D untuk animasi lagu pembukanya di paruh keduanya justru jauh lebih enak dipandang mata. Andaikan animasi untuk lagu pembuka dan isi ceritanya ditukar, mungkin hasilnya akan jauh lebih bagus.
5. Ex-Arm
Yang satu ini tampaknya tak perlu dipertanyakan lagi seberapa parah kualitas animenya.
Sejak awal banyak tampilan animasi ganjil yang diperlihatkan sejak episode pertamanya seperti tampilan sang protagonis utama yang justru dibuat dengan teknik CGI sedangkan karakter lain dibuat dengan teknik konvensional yang visualnya terlihat lebih tegas.
Selain itu, inkonsistensi juga nampak terlihat pada peralihan dari nuansa 2D ke 3D untuk mengikuti para karakter utamanya. Ditambah lagi, koreografi seperti dalam adegan pertarungan juga tetap kaku sehingga justru menganggu nuansa adegan itu sendiri.
Saking parahnya, banyak fans yang merekomendasikan lebih baik fokus baca manganya daripada menonton animenya.
6. Record of Ragnarok
Setelah beberapa judul yang disebutkan, Record of Ragnarok adalah salah satu bukti bahwa mengadaptasi manga yang aksinya intense tidak bisa dilakukan sembarangan studio.
Bagaimana tidak? Setelah semua penggemar heboh dengan trailer yang dirilis dan berharap akan mendapatkan suguhan aksi brutal yang memanjakan mata serta bebas CGI, mereka justru mendapatkan sajian aksi yang kaku atau kasarannya disebut animasi slideshow. Ditambah penempatan soundtrack-nya juga banyak yang tidak pas.
Padahal versi manganya sendiri sukses menaikkan adrenalin para pembaca dan digemari karena detail dan gaya penggambaranya begitu epik. Tak heran jika anime satu ini langsung mendapat hujatan di jam perilisannya.
Itulah daftar adaptasi anime yang lebih buruk dari versi manganya. Apakah kalian ada tambahan judul lain yang belum masuk ke dalam daftar ini?
Jika ada, jangan lupa sampaikan di kolom komentar!