Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Humor receh sedang menjadi tren masa kini. Pasalnya, humor semacam ini bisa kita temukan hampir di mana saja tanpa perlu rancangan yang kompleks. Nah, komik Komplek Tanpa Faedah ini adalah bukti bahwa komedi receh itu memang segar.
“Komik ini bercerita tentang kehidupan warga Komplek Tanpa Faedah. Ya udah, gitu aja prolognya.” ujar Jason Satpam, saudara kembarnya Jason Statham yang jadi satpam di komik Komplek Tanpa Faedah.
[duniaku_baca_juga]
Ada yang belum kenal sama komik lokal satu ini? Kalo belum, kamu benar-benar harus berkenalan, deh. Sebab, komik ini tidak hanya akan mengocok perutmu, tetapi juga menjadi hiburan baru bagi para penggemar genre komedi.
Komik yang dirancang oleh Jonbray Komik dengan judul Komplek Tanpa Faedah ini faktanya memang telah dinobatkan sebagai Ciayo Comics of The Year oleh platform komik lokal digital kekinian, yakni CIAYO Comics.
Komplek Tanpa Faedah sendiri dirilis pada 16 Juli 2017, langsung sukses mencuri perhatian pembaca karena judulnya yang unik dan membuat orang penasaran. Kamu tentu menjadi bertanya-tanya, kenapa sih komik ini dinamai Komplek Tanpa Faedah?
Untuk mengetahui jawabannya, simak ulasan kami, yuk!
[page_break no="1" title="Komplek Tanpa Faedah dan Warganya yang Koplak"]
Komplek Tanpa Faedah awalnya diterbitkan di Instagram sebelum memulai debut di CIAYO Comics. Komik ini bercerita tentang sebuah komplek yang bernama Komplek Tanpa Faedah dan para warganya yang unik serta abnormal.
Ibu Lukman dan Ibu Rukmana adalah contohnya, mereka adalah dua tokoh yang paling pertama muncul. Obrolan mereka yang absurd akan mampu membuatmu geleng-geleng kepala atau bahkan mengundang tawa. Apalagi, mereka juga memiliki hewan peliharaan yang aneh dan bisa berbicara dalam hati.
Ini belum ditambah dengan bos preman pasar dan asistennya yang digadang-gadang cerdas dan memiliki ilmu tenaga dalam, sehingga akan mampu melakukan pemalakan secara efektif. Sayangnya, ilmu mereka mandek kalau korbannya lebih sangar daripada mereka.
Pemilik restoran Koh Mas Uda AA juga menjadi tokoh yang menyegarkan suasana. Ia suka menawarkan menu yang tak sesuai ekspekstasi pelanggan. Misalnya saat ia mengecap dahi pelanggan dengan tulisan "CAY", karena pelanggan itu memesan capcay.
Di komik ini juga banyak tokoh dan acara yang terinspirasi dari dunia nyata. Misalnya seperti Mas Nanang Rengginang yang menjadi pembawa acara misteri Uji Ngeri. Ia didampingi oleh Pak Soleh Uga sebagai pelukis dunia mistis, tapi lukisannya suka dicolong peserta Uji Ngeri.
Mas Cusnul “Cuco” Coirudin juga dibuat mirip dengan Koki Rudi Choirudin, tetapi jauh lebih cucok, bo.
[read_more id="362199"]
Semua keunikan karakter dan sifat bersatu padu membentuk sebuah hubungan konyol, recehan, tetapi tidak jayus. Warga komplek juga saling melengkapi satu sama lain, tentu membuat kelucuan menjadi lebih menarik.
Belum pernah kami dapati cerita receh namun berkualitas seperti Komplek Tanpa Faedah ini. Komik ini memang sebagian besar berisi tingkah lugu dari para warga yang terkadang salah tempat sehingga menjadi lucu dan membuat pembaca, minimal, senyum-senyum sendiri.
Sebenarnya, masih banyak tingkah warga Komplek Tanpa Faedah lain yang mampu mengocok perut, namun alangkah baiknya jika kamu membaca komiknya sendiri di platform CIAYO Comics.
Episode yang banyak tidak akan cukup untuk diceritakan semua, lebih asyik jika dibaca sendiri atau ramai-ramai bersama teman di awal pekan.
Komik Komplek Tanpa Faedah merupakan bukti bahwa lawakan absurd bisa berjaya dan tetap menghibur pembaca. Lawakan seperti ini juga tidak terkesan menggurui pembaca, apalagi dilengkapi dengan ilustrasi karakter yang Indonesia banget.
Lanjut ke halaman berikutnya untuk melihat penilaian kami ...
[page_break no="2" title="Ulasan Komplek Tanpa Faedah"]
Ilustrasi dalam komik Komplek Tanpa Faedah ini memang sederhana, tetapi terasa khas. Kita bisa melihat wajah para tokohnya yang terasa "sangat Indonesia", mencerminkan beberapa orang yang (mungkin) pernah kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk penyampaian komedi pada komik ini, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Belum ada typo maupun padanan kata yang sulit dimengerti.
[duniaku_adsense]
Meski begitu, kami memang menemukan gambar yang terpotong sehingga membuat tulisan jadi kelihatan sempit dan memenuhi balon kata.
Kelebihan Komplek Tanpa Faedah adalah alur cerita yang berbeda-beda tidak membuat pembaca merasa bosan dengan karakter yang cuma “itu-itu saja”. Episodenya juga banyak, ada sekitar 52 episode yang telah berjalan dan itu masih akan terus berlanjut selama masih banyak pembaca yang terpingkal-pingkal.
Pemilihan warna dan kostum warga di komik ini juga tidak neko-neko, tidak berlebihan layaknya sinetron lokal di beberapa stasiun televisi. Konsepnya sederhana, membumi dengan kebiasaan orang Indonesia, namun tetap rapi.
[read_more id="355811"]
Kami belum menemukan kekurangan cerita pada komik ini. Mungkin karena konsepnya absurd, sehingga semuanya terkesan paripurna. Tidak ada yang terlihat serius pada komik ini, sehingga sulit untuk mengetahui di mana letak kesalahannya. Semuanya terlihat lucu.
Mungkin, justru di situlah kekurangannya, semuanya terlalu lucu untuk dianggap serius. Tetapi, dibilang kekurangan juga sepertinya malah jadi kelebihan. Hehehe.
Dan berhubungan dengan namanya, Komplek Tanpa Faedah, komik ini langsung menggambarkan suasana yang absurd dan membuat orang penasaran. Pemilihan judul ini sangat tepat, menurut kami. Judulnya sukses memarketingkan dirinya sendiri. Mantap lah, Jonbray Komik!
[page_break no="3" title="Komplek Tanpa Faedah dan Gambaran Realitas"]
Komplek Tanpa Faedah sesedikitnya juga menggambarkan realitas kehidupan di dunia nyata. Kita mungkin pernah mengalami atau melihat beberapa kejadian absurd seperti dalam komik Komplek Tanpa Faedah ini.
Episode 4: Preman Pasar, misalnya. Episode ini menceritakan tentang Pak Iyek yang mencoba perutungan menjadi preman. Pak Iyek ditemani oleh Dadang, preman yang katanya punya tenaga dalam dan cerdas.
Dengan gaya slengean, Pak Iyek dan Dadang lantas melancarkan aksi mereka di pasar. Mereka pun menemukan seorang laki-laki untuk dipalak. Namun, akibat “kesombongan” dua preman bau kencur tersebut, mereka malah menerima hasil yang tak sesuai dengan ekspektasi.
Laki-laki yang dipalak oleh Pak Iyek dan Dadang ternyata memiliki ilmu bela diri yang lebih hebat dibanding Pak Iyek dan Dadang. Alhasil, bukan untung malah buntung. Bukan syukur malah babak belur.
Realitas semacam itu mungkin pernah kamu temui satu atau dua kali, baik secara langsung maupun lewat kanal berita. Terkadang, orang dengan penampilan normal bisa saja lebih menyeramkan dibanding orang yang berpenampilan sok seram.
[duniaku_baca_juga]
Cerminan hidup lain juga bisa ditemui pada Episode 5: Uji Ngeri. Episode ini menceritakan secara eksplisit minat masyarakat Indonesia pada hal mistis, sehingga muncul program acara misteri untuk melakukan uji nyali di tempat angker.
Sementara itu, di Episode 6: Ojek Online, cerita mengambil dari sudut pandang pengemudi maupun penumpang ojol (ojek online). Di sini kita bisa melihat secara tersirat bahwa pelanggan kadang-kadang cerewet dan banyak maunya.
Komplek Tanpa Faedah banyak menyuntikkan realitas sepele secara tersirat. Namun, jika kita peka, biasanya pembaca akan sadar bahwa hal-hal seperti itu sering kita temui di dunia nyata. Dari segi promosi, karya ini memang mampu mempromosikan dirinya sendiri secara natural, karena banyak hal yang berhubungan dengan kehidupan nyata.